Alhamdulillah, waktu tidak terasa sudah berlalu dan anak-anak saya sekarang sudah remaja. Dua anak yang usianya hanya selisih setahun, sudah duduk di bangku SMA. Anak sulung di kelas 10 dan adiknya baru mau lulus SMP. Tahun kemarin mencari SMA untuk si kakak, tahun ini untuk si adik. Semoga selalu dimudahkan rezekinya.
Kami tidak menunggu pendaftaran SMA Negeri, karena ribet mengurusnya. Rumah kami pindah-pindah sehingga harus ganti KK lagi. Bukan pindah kontrakan tapi pindah rumah, karena suami memiliki tiga rumah di Jabodetabek ini. Iya benar, suami saya memang berinvestasi di properti sehingga memiliki banyak rumah.
Rumah yang sekarang kami tempati ini adalah rumah kedua yang kami beli sejak anak-anak masih balita tapi baru ditempati setelah anak-anak remaja. Sebelumnya, rumah ini sudah dikontrakkan tiga kali, lalu direnovasi saat pandemi, dan baru sekarang ditempati karena si sulung masuk SMA dekat rumah ini.
Nah, sekarang anak tengah juga mencari SMA yang tidak jauh dari rumah ini. Dalam mencari SMA, ini beberapa pertimbangannya:
Pertimbangan Memilih SMA
Lokasi
Lokasi sudah tentu harus dekat dengan rumah, supaya bisa menghemat biaya transportasi dan juga tenaga. Kasihan kalau anak harus berangkat pagi dan naik transportasi dalam waktu lama. Tarif ojol sekarang sudah naik dan mahal, meskipun drivernya konon cuma dapat sedikit. Kalau naik angkot, dijamin telat deh karena Depok ini macet di mana-mana. Jadi patokan lokasinya itu maksimal 6 km deh.
Prestasi
Kami juga mempertimbangkan prestasi sekolah tersebut dengan standar versi nilai UTBK tertinggi yang terbaru atau jumlah prosentase siswa yang berhasil masuk PTN. Kalau dari TK-SMA itu di sekolah swasta, sedangkan saat kuliah sih berharap bisa masuk PTN karena tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas PTN di Indonesia masih tertinggi. Lagipula sekarang ini PTN itu bukan hanya untuk anak tidak mampu ya, karena ada jalur Mandiri dan Prestasi yang mana itu nanti disesuaikan biaya SPP-nya tergantung kemampuan orangtua. Jadi, sama saja biayanya dengan masuk PTS.
Alhamdulillah, si sulung sudah berhasil masuk SMA Swasta yang menduduki peringkat pertama terbaik di Depok versi nilai UTBK. Sekarang ini peringkatnya bukan diduduki oleh SMA Negeri lho. Dari 5 terbaik, hanya satu SMA Negeri yang masuk. Sisanya 4 terbaik itu adalah SMA Swasta. Makanya, saya yakin kualitas SMA Swasta itu tidak kalah dengan SMA Negeri. Nah, sekarang anak kedua ini mendaftar di SMA Swasta yang peringkatnya nomor 2 terbaik di Depok. Itu karena kami terlambat mendaftar di sekolah si kakak dan hanya ada satu gelombang saking banyaknya yang mendaftar.
Biaya
Masalah biaya juga mesti jadi pertimbangan, karena di sekola swasta ini biayanya tidak main-main. Untuk biaya di awal saja sekarang angkanya sudah berkisar antara 30-60 juta. Sedangkan SPP-nya itu sudah 2 jutaan per bulan. Jadi kami mendaftar di SMA Swasta yang biayanya masih bisa dijangkau. Alhamdulillah, masih ada rezeki untuk menyekolahkan anak. Tentunya dengan menyingkirkan pengeluaran lain yang bisa ditunda, seperti traveling.
Kualitas Guru
Pendidikan para guru juga harus menjadi pertimbangan. Alhamdulillah kalau di SMA Swasta itu pasti diinformasikan level pendidikan guru-gurunya, karena itu menjadi nilai jual mereka. Kami bisa mengetahui guru-gurunya itu tingkat pendidikan sampai level berapa dan lulusan mana. Misalnya seperti di SMA anak pertama saya, sebagian besar gurunya itu sarjana lulusan Universitas Indonesia.
Kurikulum
Sudah pasti menggunakan kurikulum merdeka, tapi inilah kelebihan sekolah swasta dibandingkan negeri. Mereka menggunakan kurikulum tambahan, misalnya kurikulum Cambridge. Untuk sekolah swasta Islam, ya ada tambahan materi pelajaran-pelajaran islami juga. Penggunaan bahasa Inggris juga diprioritaskan, sehingga anak-anak bisa lebih fasih berbahasa Inggris. Untuk SMA anak pertama saya, berhubung SMA-nya juga punya bisnis bimbel yang terkenal, jadi anak-anak mendapatkan bimbel gratis juga saat nanti di kelas 11 dan 12 untuk bekal masuk PTN.
Fasilitas Sekolah
Sebelum mendaftar, kami keliling sekolah dulu untuk melihat fasilitasnya seperti bangunan, kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, sampai toiletnya. Anak saya malah memilih berdasarkan kebersihan toiletnya. Kalau mau ke SMA Negeri, kita tidak bisa memilih begini ya karena yang penting diterima. Alhamdulillah, rata-rata sekolah swasta yang biayanya jutaan itu memang fasilitasnya bagus termasuk toiletnya sangat bersih dan modern. Jadi sebanding ya antara biaya sekolah dan fasilitasnya.
Penanganan Bullying
Jangan lupa menanyakan soal penanganan bullying di sekolah tersebut. Berhubung SMA Islam, jadi pembinaan akhlak diutamakan. Peraturan sangat ketat. Jangankan yang nakal, yang sering terlambat masuk sekolah juga bisa kena sanksi dan ancaman dikeluarkan. Para guru sangat terbuka kepada orangtua dan bisa bertanya kapan saja. Para gurunya juga ramah-ramah, tidak ada yang galak. Sepanjang saya menyekolahkan anak-anak dari SD-SMA Swasta Islam, tidak ada guru yang pemarah dan keras. Semuanya ramah dan baik.
Lingkungan dan Pergaulan
Masa SMA ini sangat menentukan untuk masa depan anak, sehingga perlu memilih lingkungan dan pergaulan SMA yang baik. Katakan "tidak" pada SMA yang terkenal sering tawuran. Ada lho beberapa SMA yang anak-anaknya sering tawuran. SMA si kakak ini sangat ketat, karena kelas untuk anak laki-laki dan perempuan saja dipisah. Alasannya supaya mereka konsentrasi belajar dan tidak pacaran. Bukan hanya anaknya yang diwawancara saat seleksi masuk, tapi juga orangtuanya. Katanya perilaku orangtua juga menjadi pertimbangan, karena kalau orangtuanya baik, kemungkinan besar anaknya juga akan baik.
Nah itu dia pertimbangan kami memilih SMA. Untuk mendaftar ke SMA Swasta terbaik di sekitar tempat tinggal kita, harus dilakukan sejak bulan Oktober karena biasanya pendaftarannya sudah penuh di bulan Desember. Saya saja gagal mendaftarkan ke sekolah yang sama dengan kakaknya gara-gara telat. Maklum, bulan Oktober kemarin belum ada kemungkinan uang masuk. Jadi masih mikir-mikir mau mendaftar. Alhamdulillah, baru sekarang kelihatan ada uang masuk yang cukup untuk mendaftar.
Kalau suami saya berikhtiar menyekolahkan anak di sekolah swasta Islam ini supaya perilakunya baik dan terjaga dari pergaulan buruk, terutama narkoba. Mengingat sekarang ini banyak yang terjerumus ke narkoba, karena pendidikan anak adalah tanggung jawab orangtua. Anak adalah investasi akhirat, sebab mereka yang akan mendoakan kita setelah kita meninggal. Jadi kami berusaha mendidik anak-anak sebaik mungkin. Tentunya pendidikan itu tidak hanya tanggung jawab sekolah, melainkan orangtua juga. Semangat menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak kita.
Baca Juga: Permainan Mencari Barang Hilang untuk Anak
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^