Dulu, saya bukan orang yang mudah memaafkan. Saya itu orangnya sensitif, mudah tersinggung, dan pendendam. Kalau ada orang yang menyinggung saya, pasti akan saya ingat terus dan sulit memaafkannya. Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa itu hanya akan membuat penyakit hati dan stres. Jadi, saya pun mencoba menjadi orang yang mudah memaafkan dan menyikapi setiap ketersinggungan dengan santai.
Namun, memaafkan bukan berarti bisa melupakan. Namanya juga manusia diberikan kemampuan untuk mengingat. Kejadian menyebalkan pasti akan tertanam di memori kita. Yang penting adalah jangan dimasukkan ke hati dan diingat-ingat terus. Kalau tidak, hidup akan berjalan sulit dan kita akan memiliki banyak musuh. Termasuk pasangan hidup kita.
Yup, suami atau istri adalah orang yang paling dekat dengan kita. Kalau tidak bisa memaafkan kesalahan mereka, pastilah kita akan terbebani menjalani hidup bersama mereka. Kita terus mengingat kesalahannya dan lama-lama jadi ilfeel (hilang perasaan). Bahaya kan?
Namun, kalau kesalahannya sangat besar dan sudah "merusak" seperti KDRT dan selingkuh, itu mah boleh saja dimaafkan tapi langsung saja tinggalkan, daripada nantinya malah menghancurkan hidup kita. Kalau cuma kesalahan kecil? Legowo saja. Segera maafkan dan cobalah melupakannya. Tentunya nggak lupa 100% ya, tapi jangan diingat-ingat gitu lho. Kalau diingat-ingat terus, ya jadinya susah memaafkan.
Selain dengan pasangan hidup, kita juga pastinya sering bersinggungan dengan teman, tetangga, kerabat, dan sebagainya. Bayangkan kalau kita nggak mudah memaafkan, berapa orang yang akan menjadi musuh kita? Rasanya nggak enak banget lho menyimpan amarah kepada orang lain.
Saya sering kok "marahan" dengan teman, termasuk teman dekat. Hanya karena hal-hal kecil, tersinggung oleh ucapannya. Awalnya sih gengsi mau minta maaf dan memaafkan, sehingga kami hanya saling diam. Lama-lama ya ada rasa nggak enak kalau berpapasan tapi diam-diaman. Ah, sudahlah, langsung saja baikan dan saling memaafkan. Sudah deh, besoknya berkomunikasi seperti biasa seolah nggak pernah marahan.
Gimana sih cara mudah memaafkan? Tulisan ini sebenarnya untuk saya juga, karena saya masih terus berusaha menjadi orang yang mudah memaafkan. Kalau ada yang pernah berkonflik dengan saya, saya anggap kita sudah saling memaafkan ya. Soalnya saya sudah nggak mengingat-ingat lagi.
3 Cara Mudah Memaafkan
Selalu Ingat Batas Waktu Marahan
Sebagai seorang muslim, marahan itu nggak boleh lebih dari tiga hari. Ini diriwayatkan dalam hadis Rasulullah Saw, "Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam. Di mana keduanya bertemu lalu saling berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang lebih dulu mengucapkan salam." (HR. Muslim)
Saya selalu mengingat hal itu. Suami saya juga. Jadi kalau kami marahan lalu saling mendiamkan, itu nggak pernah lebih dari 3 hari. Kami tahu bahwa haram hukumnya marahan lebih dari 3 hari. Begitu hari ketiga, langsung deh colek-colekan dan baikan hehehe.
Ternyata orang yang terbaik itu adalah orang yang lebih dulu mengucapkan salam, artinya orang yang lebih dulu minta maaf atau berbaikan. Memang saya paham rasanya gengsi untuk meminta maaf, meskipun kita yang salah. Coba deh belajar untuk meminta maaf dan memaafkan. Lama-lama kita nggak lagi memikirkan gengsi kok.
Kalau sama-sama paham soal ini, lebih enak ya. Marahan jangan lebih dari tiga hari. Kalau nggak paham, gimana? Kita bisa kasih tahu saja. "Eh, marahan nggak boleh lebih dari 3 hari lho. Jadi, maafin aku ya kalau aku ada salah." Coba ngomong gitu deh. Kalau nggak bisa ngomong, ya kirim pesan wa saja.
Selalu Ingat Pentingnya Memaafkan
Betapa gengsinya memberi maaf, segera ingat bahwa memaafkan itu sangat penting. Bukan saja untuk menjaga silaturahim tapi juga menjaga kesehatan mental dan jiwa. Saya kembali lagi ke ajaran Islam bahwa orang yang mudah memberi maaf itu akan mendapatkan kemuliaan dan ditinggikan derajatnya di hadapan Allah.
Sebagaimana dalam hadis berikut, "Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim).
Masya Allah ya, begitu dahsyat pentingnya memaafkan, karena memang memaafkan itu nggak mudah. Apalagi kalau kesalahannya sangat besar. Semoga saja kita diberikan kelapangan hati untuk memaafkan sebesar apa pun kesalahan orang itu kepada kita.
Memaafkan juga baik untuk kesehatan. Ada orang yang tidak bisa memaafkan, lalu terus menerus memikirkan kesalahan orang itu sehingga hidupnya tak tenang. Akhirnya kesehatan mental dan jiwanya pun terganggu.
Selalu Ingat Keuntungan Memaafkan
Apa untungnya memberi maaf? Kalau kita adalah orang yang suka melihat untung rugi, maka kita harus tahu nih keuntungan dari memaafkan. Lagi-lagi saya membahasnya dari sisi seorang muslim ya. Keuntungan memaafkan bagi seorang muslim adalah mendapatkan pahala, ampunan, dan ridho Allah.
Pada dasarnya kehidupan ini bagi seorang muslim adalah ujian. Termasuk saat kita dipertemukan dengan orang-orang yang menyakiti hati kita. Ujiannya adalah kemampuan untuk memaafkan kesalahan orang tersebut seberat apa pun. Apabila kita bisa memaafkan, maka kita akan mendapatkan pahala yang banyak untuk bekal di akhirat, ampunan dari dosa-dosa, dan ridho Allah.
Nggak heran kalau dalam ajaran Islam itu ada saling memaafkan sebelum memasuki bulan Ramadan dan saat Idul Fitri. Sebab, kalau kita berbuat kesalahan kepada seseorang dan begitu juga sebaliknya, lalu tiada maaf bagimu, maka orang yang menyakiti hati kita itu akan terhambat jalannya ke akhirat. Soalnya masih ada orang yang nggak mau memaafkannya sih.
Saya pun teringat sebuah kisah saat sahabat bertanya kepada Nabi tentang orang yang masuk surga. Kata Nabi, ada orang yang ibadahnya biasa-biasa saja tapi dia masuk surga. Ternyata setiap menjelang tidur, dia melakukan afirmasi diri yaitu memaafkan semua orang yang bersalah kepadanya.
Rupanya, mudah memaafkan itu bisa menjadi salah satu jalan ke surga. Tapi bagaimana kalau bukan muslim dan nggak percaya itu semua? Kita lihat saja keuntungannya secara duniawi ya, yaitu bisa menjaga tali silaturahim, menjaga kesehatan mental dan jiwa, dan membuka kesempatan baru (karena barangkali orang yang kita maafkan itu kelak membawa rezeki).
Seperti kata pepatah, "seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak." Artinya, lebih baik punya banyak teman daripada punya satu musuh. Kalau bisa ya kita jangan sampai punya musuh karena membuat hidup tidak tenang.
Menulis memang bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental sebagaimana yang saya tulis dalam artikel: Andai Aku Tak Menulis, Mungkin Aku Depresi. Cara lainnya adalah dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Yuk mari bersama-sama kita coba memaafkan kesalahan orang lain setiap malam sebelum tidur. Supaya tidur kita bisa nyenyak dan nggak kepikiran kesalahan orang lain terus.
Melalui tulisan ini juga saya ingin mengatakan kepada orang-orang yang mungkin merasa masih ada ganjalan dengan saya. Saya sudah memaafkan dan semoga Anda juga sudah memaafkan saya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^