Monday, 31 July 2023

Selamat Tinggal, Juli....

Bye Juli.... Sedih sekali ternyata saya belum menulis apa-apa di blog ini selama bulan Juli. Mumpung masih ada satu hari lagi, jadi saya paksakan menulis sekarang. Memang di bulan Juni-Juli ini saya sedang sibuk-sibuknya urusan sekolah dan rumah, salah satunya wisuda Al Quran. Anak sulung lulus SMP dan melanjutkan SMA yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Padahal sama-sama masih di Depok, tapi jauh. Jaraknya kurang lebih 14 km yang kalau ditempuh pakai angkot itu butuh waktu lama karena macet. Sedangkan kalau pakai ojek itu PP ongkosnya kurang lebih Rp 100.000. Besar sekali kan kalau dikalikan sebulan untuk transportasi saja Rp 2,2 juta. 

cerita juli

 

Kalau dipaksakan naik ojek tiap hari, kasihan juga badannya kena angin kelamaan. Khawatir nanti malah sakit. Apalagi sekolahnya kan full day, pulangnya jam 4 sore. Tadinya mau LDR dengan suami dan si sulung. Setelah saya kecelakaan motor, diputuskan saja akhirnya kami pindah rumah. Kenapa memaksakan ke sekolah yang jauh? Itu sebagai salah satu ikhtiar memilihkan sekolah terbaik untuk anak. Bukan sekolah negeri ya, tapi swasta. Jadi kami nggak perlu pindah KK apalagi pakai cara curang supaya lolos zonasi. Sengaja mengambil sekolah swasta yang jauh itu karena dari segi peringkatnya menduduki posisi pertama SMA terbaik di Depok berdasarkan nilai UTBK 2022. 

Kami sudah mendaftar di gelombang pertama bulan Oktober 2022 saking niat banget anaknya bisa masuk sekolah ini. Biayanya memang cukup tinggi, tapi alhamdulillah ada rezekinya dan dapat diskon karena langsung melunasi di bulan pertama setelah lulus seleksi. Walaupun swasta, tetap ada seleksinya dan ada anak yang nggak lulus juga. Makanya bersyukur si sulung lulus seleksi, meskipun hari-hari selanjutnya dipenuhi pikiran tentang rencana ke depan. Tadinya saya dan dua anak mau tetap di  rumah lama di Sawangan, suami dan si sulung di rumah baru di Depok Tengah. Paling tidak untuk dua tahun sembari menunggu si bungsu lulus SD.

Qadarullah saya kecelakaan motor, sehingga suami pun melarang untuk naik motor jauh-jauh lagi. Sekolah si bungsu juga cukup jauh dari rumah lama yaitu kurang lebih 8 km. Depok ini ternyata luas sekali ya, masih satu kawasan saja sudah jauh semuanya. Musibah itu membuat kami mantap pindah ke rumah baru yang lokasinya dekat dengan SMA si sulung. Memang rumah itu sudah kami beli sejak si sulung masih balita. Malah duluan punya rumah itu daripada rumah di Sawangan. Tadinya kami mau tinggal di rumah itu karena banyak sekolah yang bagus. Ternyata baru sekarang kesampaian. Selama ini rumahnya sudah dikontrakkan sampai 4x, kemudian direnovasi dan kosong. 

Untungnya belum kami kontrakkan lagi, karena khawatir malah rusak. Pengalaman mengontrakkan rumah beberapa kali, rumahnya malah jadi rusak. Berhubung kami pindah rumahnya nggak total, jadi hanya membawa beberapa barang saja dari rumah lama, seperti tempat tidur, lemari, meja belajar, AC, beberapa potong baju, dll. Urusan pindahan rumah ini cukup menyita waktu, sampai nggak sempat menulis banyak-banyak. Belum lagi harus mengurus sekolah baru si sulung dan si bungsu.

Yup, si bungsu jadinya pindah ke sekolah dekat rumah baru, karena kalau masih di sekolah lama itu jaraknya jadi kurang lebih 12 km. Sekolah yang baru ini hanya jalan kaki saja dari rumah baru. Sekolah swasta umum, bukan SDIT. Soalnya nanggung tinggal 2 tahun lagi. Enaknya sih saya bisa sekalian olahraga pagi jalan kaki mengantar si bungsu ke sekolah, lalu belanja sayur. Pulangnya nggak usah dijemput, karena si bungsu bisa pulang sendiri. Saya bisa menghemat waktu 2 jam setiap hari,  yang dulu saya pakai untuk antar jemput si bungsu.  

Tinggal anak yang tengah saja nih masih jauh sekolahnya, kurang lebih 9 km, tapi tinggal satu tahun lagi. Selanjutnya ya insya Allah mencari  sekolah yang dekat rumah saja. Apalagi lokasi sudah di Depok Tengah, jadi banyak sekolah yang bagus. Sampai kapan kami mau tinggal di rumah di Depok Tengah? Entahlah, saya juga tidak bisa memperkirakan masa depan karena kami sudah tiga kali pindah rumah. Pertama di Citayam, lalu Sawangan, dan sekarang di Depok Tengah. 

Suami juga bercita-cita menghabiskan masa tua di kampung halamannya di Garut. Secara mengejutkan, masih di bulan Juni, suami membeli rumah lagi tapi kali ini di Garut. Makin nambah kesibukan karena membeli rumah warisan orang, jadi ya rumahnya harus direnovasi lagi. Foto di bawah ini adalah foto rumahnya yang masih belum direnovasi. Selama ini memang gaji suami itu lebih banyak untuk urusan sekolah anak-anak dan rumah. Kalau saya sih nggak usah dibelikan apa-apa deh, karena bisa beli sendiri mulai dari baju, tas, skincare, sampai peralatan rumah tangga. Mungkin saja nanti kami pindah ke Garut setelah suami pensiun dan urusan sekolah anak-anak pun selesai.  

rumah di garut

 

Selamat tinggal Juli, selamat datang Agustus. Tetap bekerja keras untuk biaya sekolah anak dan cicilan rumah. Alhamdulillah.



1 comment:

  1. Depok itu memang masalahnya di macet yaa mba. Jadi jarak yg sebenernya ga jauh2 banget suka molor lama, dan bikin ongkos transport kayak gojek juga naik 😔

    Tapi syukurlah kalo dengan pindah rumah malah bisa terselesaikan masalahnya.

    Garut aku juga sukaaa, Krn sejuuk. Pernah sekali kesana, enaak banget. Tapi udh lama, ga tau deh kalo skr ini. Cuma pastinya kotanya tenang dan ga polusi kayak Jakarta kan 😄

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^