Menjadi penyandang disabilitas bukanlah hal yang mudah. Diskriminasi dan stigmatisasi terus membayangi. Apalagi jika kondisi disabilitas itu terjadi akibat penyakit kusta. Masih banyak orang yang berpikir bahwa OYPM (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) itu masih bisa menularkan penyakitnya. Nyatanya, tidak.
Pernahkah kita berpikir bahwa stigma dan diskriminasi terhadap OYPMK itu sangat melukai hati mereka dan bisa menyebabkan tekanan psikis dan mental? Jika mereka berobat dan sembuh, kita tidak perlu takut tertular lagi lho. Bayangkan gimana rasanya kalau dijauhi gara-gara penyakit yang sudah sembuh? Pasti rasanya nggak enak kan. Merasa kesepian karena semua orang menjauh.
Oleh karena itu, OYPMK juga perlu chilling-healing untuk mengurangi beban pikirannya. Berkaitan dengan hal itu, Radio KBR mengadakan talkshow di channel youtube Ruang Publik KBR dengan tema: "Chilling-Healing bagi OYPMK, Perlukah?" pada hari Rabu, 14 Desember 2022 jam 09:00 - 10:00 WIB. Live streamingnya masih bisa ditonton di chanel youtube itu.
Donna Swita, Executive Director Institut of Women Empowerment (IWE) menceritakan latar belakang terbentuknya IWE dari tahun 2008 yang memfokuskan pada pemberdayaan wanita. Keanggotaannya bersifat pribadi, tetapi sebagian besar anggotanya bergabung dalam organisasi. IWE memiliki visi misi untuk menciptakan dunia yang lebih baik kepada perempuan dan disabilitas.
Selama tiga tahun terakhir, IWE lebih banyak bekerja untuk perawatan diri bagi perempuan pembela HAM. Penyandang disabilitas itu termasuk dalam lingkup kerja pembela HAM, terrmasuk salah satunya adalah OYPMK.
Ardiansyah, OYPMK dan Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia menceritakan pengalamannya sebagai OYPMK yang rentan mengalami stigma diri. Awalnya, dia menyembunyikan penyakitnya. Setelah menjalani pengobatan, orang-orang pun mengetahui bahwa dia menyandang kusta, sehingga dia pun mulai mengalami stigma. Orang pertama yang melakukan diskriminasi itu justru ibunya sendiri, sampai dia mengalami tekanan psikis dan mental.
Healing adalah penyembuhan dari tekanan psikis dan emosi seseorang. Penyandang disabilitas yang mengalami stigma dan diskriminasi ini sangat membutuhkan chilling-healing, agar kondisi psikologisnya dapat terjaga dan tidak mengalami keadaan yang lebih parah.
Ardiansyah menyembuhkan dirinya dengan pergi keluar meninggalkan keluarga yang menekannya dan bergabung dengan komunitas yang senasib dan bersosialisasi dengan orang-orang baru. Prinsipnya, jika bukan diri sendiri yang mengubah nasib, maka tidak ada orang lain yang bisa mengubahnya. Ardiansyah juga menasihati orangtua dan keluarganya agar tidak lagi memberikan stigma negatif dan diskriminasi kepadanya.
Seorang OYPMK itu sangat menderita bukan saja fisik tapi juga mental, sehingga menjadi orang yang tertutup. Dia membutuhkan teman untuk bercerita di saat semua orang menjauhinya karena takut tertular. Padahal, dengan kemajuan zaman, obat untuk OYPMK sekarang ini sudah membuat penyakit kusta tidak lagi menular. Jadi, OYPMK yang sudah berobat itu tidak lagi menularkan penyakit kustanya. Tidak seharusnya dijauhi dan ditakuti.
Ardiansyah mengajak para OYPMK agar terus berusaha mengembangkan diri dan membuktikan dirinya bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ardiansyah. Dia membuktikan masih dapat terus bekerja dan berprestasi meskipun pernah menyandang kusta.
Sedangkan Donna menyebutkan bahwa healing itu bisa dilakukan tanpa harus mengeluarkan uang. Mulai dari memperbaiki cara berpikir mengenai healing. Healing bisa dilakukan dengan meditasi atau menulis. Saya setuju banget nih. Menulis itu salah satu bentuk healing yang mudah dan murah lho. Coba saja menulis curhat di blog dan media sosial. Apalagi kalau tulisannya bisa mengedukasi pembaca agar menghindari stigma dan diskriminasi terhadap OYPMK.
Apa sih yang diharapkan OYPMK dari orang di sekitarnya? Mas Ardiansyah menyebutkan harapannya, yaitu orang di sekitarnya dapat memberikan dukungan untuk bangkit dan sembuh dari penyakitnya. Bukan malah membuatnya menyerah dan pasrah terhadap nasib.
Penyakit kusta itu bukan akhir dunia dan masih bisa disembuhkan lho. Jadi berhentilah memberikan stigma dan diskriminasi terhadap mereka. Sebaliknya, berikan dukungan agar mereka mau semangat berobat untuk sembuh.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^