Tahun ini alhamdulillah sudah tidak ada larangan mudik karena covid. Sejak dua hari lalu, arus mudik sangat padat. Untuk menghindari kemacetan yang parah, kami sekeluarga mudik hari Jumat tanggal 29 April kemarin.
Kemacetan masih ada, tapi nggak parah. Biasanya perjalanan Depok-Garut itu makan waktu 5 jam kalau lancar. Kami hanya molor 2 jam, jadi 7 jam perjalanan. Kalau macet parah bisa sampai 12 jam. Untung kemacetannya sudah berlalu 2 hari sebelumnya.
Baca Juga: Syarat Menikah, Bisa Masak dan Gaji 30 Juta
Dua tahun kemarin, kami berlebaran di rumah sendiri karena larangan mudik. Tahun ini lebaran di rumah mertua. Omong-omong soal mudik, ada video tiktok yang viral tentang seseistri yang menangis karena harus berlebaran di rumah mertua. Dia maunya lebaran di rumah orangtua.
Bagi pasangan yang baru menikah, masalah itu memang lazim terjadi. Saya pun dulu di awal menikah pernah merasa sedih karena suami selalu mengajak lebaran di rumah mertua. Alasannya, rumah orangtua saya kan dekat. Jadi bisa sering dikunjungi. Rumah mertua saya jauh, jadi kalau mudik ya ke sana.
Saya sedih karena merindukan berlebaran di rumah orangtua. Walaupun rumah orangtua hanya 1,5 jam perjalanan, tetap rasanya beda kalau berlebaran di rumah orangtua. Di hari lebaran kita bisa langsung bersalaman. Makanannya juga berbeda.
Di rumah orangtua saya, menu makanan lebarannya sangat lengkap ala betawi. Ketupat, opor, semur daging, sayur pepaya, sambal kentang, dan sambal pete. Di rumah mertua hanya ada ketupat dan kari ayam.
Saat pertama berlebaran di rumah mertua, saya membatin, "kok bisa lebaran cuma ketupat dan kari ayam?" Entahlah apa karena saya sudah terbiasa makanan berlimpah. Intinya pasti ada perbedaan lebaran di rumah orangtua dan mertua. Itu yang jadi alasan seseistri di video viral terlihat lebay karena menangis.
Baca Juga: Bandung Love Story, Bandung Lautan Cinta
Solusinya sebenarnya gampang. Kita harus bicara terus terang kepada suami, agar berlaku adil. Tahun ini lebaran di rumah mertua, tahun depan di rumah orangtua. Saya pun begitu. Akhirnya suami saya setuju, meski tetap saja di rumah orangtua saya tidak bisa lama-lama.
Setelah salat Ied dan makan, suami langsung ajak ke rumah mertua karena nggak mau ketinggalan momen hari pertama wkwkw. Belum sempat berlebaran dengan keluarga besar dari orangtua saya. Sedangkan kalau berlebaran di mertua, ya nggak bisa langsung pergi. Pasti harus kumpul dengan keluarga besar dulu sampai dua hari berikutnya.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya kami sudah tidak menganggap ribet perkara mudik itu. Bahkan kami ingin berhari raya di rumah sendiri. Mungkin ada hikmahnya juga Covid. Kami jadi bisa merasakan berlebaran di rumah sendiri selama dua tahun.
Baca Juga: Saat Menjadi Lebih Hebat karena Mencintaimu
Bahkan saat perjalanan mudik tahun ini, suami agak malas berangkat, karena capek di jalan. Justru saya yang menyuruhnya semangat, karena toh momen mudik ini biasanya hanya sampai orangtua masih hidup. Kalau orangtua sudah meninggal, tak ada lagi alasan mudik.
Ya, mudik di rumah orangtua atau mertua sama saja. Sesekali nggak mudik pun tak mengapa. Yang penting kita tetap menyambung silaturahim kapan pun di mana pun.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^