Zaman sekarang lebih banyak orang yang terkena penyakit mental karena tidak bahagia. Saya pun pernah berada dalam kondisi tidak bahagia, berpikir untuk bunuh diri, dan menyalahkan Tuhan karena merasa hidup ini tidak adil.
Seiring dengan berjalannya waktu dan proses yang saya jalani, maka sekarang saya lebih bisa berdamai dengan hidup dengan membahagiakan diri sendiri. Di artikel ini saya ingin berbagi cara membahagiakan diri sendiri atau hal-hal yang membuat saya bahagia.
Baca Juga: Cara Menjadi Ibu yang Bahagia
Rasa Syukur
Nikmat yang kita dapatkan sesungguhnya ada banyak sekali. Kalau kita tidak bahagia, bisa jadi karena tidak bersyukur. Sebelum menghitung kemalangan yang kita terima, coba hitung dulu nikmat yang kita rasakan.
Kesehatan, kondisi fisik yang lengkap, masih bisa makan hari ini, masih punya orangtua walaupun galak, masih bisa sekolah, dll. Memiliki orangtua yang galak memang nggak enak, tapi selama mereka masih berjasa membesarkan dan menyekolahkan kita dari kecil, kita harus bersyukur.
Di tempat lain, ada anak-anak yang dibuang oleh orangtuanya. Bahkan ada pula yang dibunuh. Begitu juga saat kita merasa nggak cantik atau ganteng, nggak good looking. Ingatlah bahwa di tempat lain ada orang yang tidak memiliki salah satu atau beberapa anggota tubuh.
Sejak bersyukur, saya jadi lebih mudah menerima kenyataan hidup dan memunculkan rasa bahagia di dalam hati. Bersyukur juga saya lakukan ketika mendapatkan rezeki atau hadiah.
Jiwa yang Pemaaf
Tidaklah mudah memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain kepada kita, apalagi kalau dasarnya kita itu pendendam. Dulu saya pun suka dendam. Semua kesalahan orang pasti saya ingat terus. Ternyata itu membuat saya tidak bahagia.
Saya pun mendidik diri untuk memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain, terutama kesalahan suami sebagai orang paling dekat dan paling sering berinteraksi dengan saya. Sudah tentu kami pasti pernah sama-sama menyakiti satu sama lain.
Saya memaafkan dan melupakan kesalahan orangtua. Banyak anak yang menyimpan dendam kepada orangtua karena kesalahan pengasuhan. Saya pun demikian. Setelah dewasa dan menjadi orangtua, baru saya sadari tidak mudah menjadi orangtua yang disukai anak-anak. Pasti ada saja yang kesalahan sebagai orangtua yang tidak disengaja. Semoga nanti anak-anak saya pun bisa memaafkan dan melupakan kesalahan saya.
Mimpi yang Sederhana
Setiap orang pasti pernah memiliki mimpi selangit. Begitu juga dengan saya. Banyak mimpi yang tak tercapai, tapi bukan berarti tak ada yang tercapai. Saya pernah bermimpi menjadi bintang film, model, disainer ternama, penulis best seller, dan lain-lain.
Seiring berjalannya waktu, ternyata tak semua mimpi dapat terlaksana. Saya menyederhanakan mimpi setidaknya ada satu yang terlaksana yaitu menjadi penulis walaupun bukan penulis best seller. Ya sudahlah tak mengapa. Yang penting bahagia. Memiliki mimpi yang sederhana ternyata membuat saya bahagia.
Baca Juga: Saat Menjadi Lebih Hebat dengan Mencintaimu
Hati yang Lapang
Bersikap legawa itu tidak mudah. Kalau hal-hal kecil saja membuat kita terganggu sampai stres, mana bisa bahagia? Hati yang lapang membuat saya bahagia, karena saya bisa menerima kekurangan-kekurangan dalam hidup dan tak menjadikannya beban pikiran yang terlalu berat sampai susah tidur.
Pasrah
Saya akan berusaha mencapai keinginan saya, tetapi jika tak tercapai pun tak apa. Setelah ikhtiar, yang saya lakukan adalah pasrah. Sehingga saya tak merasa kecewa berlebihan ketika ikhtiar yang saya lakukan tak mendapatkan hasil yang diinginkan.
Sebab, saya menyadari bahwa Allah hanya melihat usaha seseorang, bukan hasilnya. Jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, maka sudah bernilai di hadapan Allah. Tak peduli apakah kita berhasil atau gagal. Itu lebih baik daripada tak berusaha sama sekali.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^