Assalamualaikum, Mom. Tak terasa sudah setahun nih kita lebih banyak di rumah saja demi menghindari penularan virus covid 19. Anak-anak belum sekolah offline sampai hari ini. Awalnya pasti terasa berat, karena orangtua harus membimbing anak belajar di rumah secara full time. Anak-anak kehilangan kebebasan bermain bersama teman-temannya di sekolah dan menikmati kegiatan di sekolah. Tentunya ini berpengaruh pada kesehatan mental kita.
Sekolah Pintar Lazuardi kembali mengadakan Virtual Saturday Vest berupa webinar untuk orangtua dengan topik "Dukungan Mental Health untuk Ananda, menghadirkan Dr. Haidar Bagir dan Alia Mufida. Turut hadir pula Zata Ligouw sebagai Mom Digital Creator dan Dya Loretta yang membawakan topik "Jadi Teman Genzy!Kolaborasi dan Eksplorasi Kreatifitas Anak." Sambutan disampaikan oleh Setiyo Iswoyo, Direktur SMA Pintar Lazuardi dan Sonya Sinyanyuri, Kepala SMA Pintar Lazuardi.
Alia Mufida menjelaskan bahwa Mental Health adalah kondisi di mana individu menyadari potensi diri, mampu mengatasi rasa stres yang normal dalam hidup, dapat bekerja secara produktif, membuat keputusan yang sehat, dan mampu berkontribusi ke lingkungannya. Sudah tentu Mental Health ini sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Ternyata Mental Health juga bisa mempengaruhi kesehatan fisik lho. Banyak penyakit fisik seperti stroke, diabetes tipe 2, dan sakit jantung itu justru dipicu oleh mental yang tidak sehat.
Usia remaja, yaitu 10-19 tahun berisiko mengalami masalah kesehatan mental yang tinggi karena mereka masih menghadapi banyak perubahan fisik, emosional, dan sosial. Mereka juga harus menghadapi banyak tantangan, baik itu dari keluarga, sekolah, dan lingkungan. Mama yang sudah pernah mengalami masa remaja, pasti masih ingat dong problematika apa saja yang kita alami dulu? Nggak di rumah, nggak di sekolah, ada saja masalah yang menjadi beban pikiran.
Ya, itu karena otak remaja juga sedang berubah menjadi dewasa. Mereka harus memikirkan solusi mengatasi masalah-masalah tersebut. Remaja yang memiliki kesehatan mental, ditandai oleh:
- Memiliki perasaan bahagia dan positif mengenai diri sendiri
- Mempunyai hubungan yang sehat dengan keluarga dan teman
- Memiliki banyak aktivitas
- Bisa melenting kembali ke titik netral dari situasi sedih dan kecewa
- Terlihat punya sense of "acchieving" sesuatu
- Merasa diterima dan signifikan di lingkungannya
- Bisa rileks dan istirahat
- Melakukan aktivitas bersama keluarga dan berusaha makan sehat
- Jangan sungkan menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak. Nggak apa-apa loh mencium dan memeluk mereka, meskipun mereka sudah beranjak dewasa.
- Tunjukkan bahwa orangtua tertarik pada kehidupannya dan hargai apa yang sudah mereka capai. Sering bertanya mengenai apa yang sedang mereka lakukan, dan berikan apresiasi positif. Bukan ujug-ujug memprotes karena menganggap tidak akan memberikan masa depan yang cerah.
- Luangkan waktu untuk berinteraksi berdua saja dengan anak dan interaksi bersama seluruh anggota keluarga. Misalnya, Mama ke mall berdua salah satu anak saja, lalu rekreasi bersama seluruh keluarga.
- Sering berbincang mengenai perasaan anak, apalagi kalau mereka sedang terlihat sedih. Posisikan diri kita sebagai sahabat anak, agar mereka tidak merasa sendirian atau mencari sahabat lain yang bisa saja menyesatkan.
- Dengar, dengar, dengarkan mereka. Jangan hanya mau didengarkan saja. Orangtua juga harus bersedia menyediakan telinga untuk anak-anaknya.
- Tidak membesar-besarkan masalah kecil dan mengecil-ngecilkan masalah besar. Sampaikan kekhawatiran kita dengan bahasa yang baik.
Selain saran-saran di atas, perlu juga menjaga kesehatan fisik karena itu terkait dengan kesehatan mental. Terlebih di masa pandemi ini, anak-anak kurang bergerak karena di rumah saja. Ada tipsnya nih untuk menjaga kesehatan fisik, yaitu: aktif bergerak, mengembangkan pola makan sehat, dan tidur yang cukup dan berkualitas.
Lalu, bagaimana caranya mengelola stres pada anak?
- Orangtua harus peka saat anak terlihat stres.
- Lakukan stres managemen bersama dan menjadi teladan bagi anak dalam hal mengelola stres
- Ajak anak untuk aktif berkegiatan di masyarakat dan rutin berolahraga.
Nah, sebentar lagi anak-anak akan menjalani sekolah offline. Gimana caranya mempersiapkan anak untuk masuk sekolah? Diantaranya adalah dengan antisipasi munculnya kecemasan, membicarakan perasaan mereka soal kembali ke sekolah, persiapkan kondisi tubuh, orangtua harus mendukung juga soal sekolah tatap muka agar anak yakin, dan mendiskusikan hal-hal yang bisa diprediksi dan bersiap menerima hal-hal yang tidak bisa diprediksi.
Nah, itu dia Mom paparan dari Alia Mufida mengenai tips menjaga kesehatan mental anak di tengah pandemi. Saya sendiri sebagai orangtua dari dua anak remaja, merasa dapat masukan posifit dari paparan tersebut. Sebentar lagi anak-anak kembali sekolah offline, tentunya kita harus mempersiapkannya kan. Saya senang sekali dengan webinar yang diadakan oleh Sekolah Pintar Lazuardi ini, karena tema bahasannya selalu sesuai dengan permasalahan parenting yang kita hadapi. Apalagi webinarnya ini gratis lho.
Kalau Mama mau ikutan juga webinar parents update dari SMA Pintar Lazuardi, ikuti saja media sosialnya:
Instagram @smapintarlazuardi
Facebook smapintar lazuardi
Twitter @smapintarlaz
Setuju memang, kesehatan mental atau jiwa itu juga penting, jangan diremehkan. Banyak orang merasa sehat badannya, tetapi jiwanya rapuh. Perlu ada perawatan kalau begitu.
ReplyDelete