Halo Mom, siapa nih yang risau karena anaknya main gadget terus? Apalagi setahun terakhir anak-anak belajar via daring. Bisa seharian pegang gadget deh. Jangan khawatir, Mom, memang anak-anak kita sudah masuk generasi Z atau Gen Z, yaitu generasi yang terkoneksi dengan dunia digital.
Terpenting adalah bagaimana kita memanage pemakaian gadget itu dan menjadi orangtua yang ortu kebanggaan anak. Ada tipsnya nih jadi ortu kebanggaan Gen Z. Saya mendapatkan tipsnya dari Dya Loretta, dalam webinar bersama SMA Pintar Lazuardi, tanggal 10 April 2021 lalu dengan tema "Kepoin Kebiasaan dan Gaya Gen Z." Narasumbernya ada Dya Loretta dan Kepala SMA Lazuardi, Sonya Sinyauri.
Webinar dibuka dengan sambutan dari Muhammad Ikhsan yang memaparkan persoalan para ortu generasi X yang kesulitan memahami anak-anaknya yang generasi Z. Anak-anak generasi Z terkoneksi dengan dunia digital, sangat jauh berbeda dengan generasi X. Dunia pendidikan memang menyajikan banyak tantangan. Pak Ikhsan bercerita pengalaman anak sulungnya saat masih sekolah dulu aktif di kegiatan ekstrakurikuler, akibatnya memang mengorbankan waktu belajar akademisnya.
Itu kenapa sekolah harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Termasuk menyikapi perkembangan generasi Z. Sekolah harus bisa menguasai dunia digital pula. Kondisi pandemi juga pun mempercepat perkembangan itu, sehingga SMA Pintar Lazuardi 99% berbasis online. Gimana sih caranya mengantar anak-anak generasi Z agar bisa menjadi driver, bukan passenger? Gimana supaya anak-anak menjadi tangguh dalam menghadapi tantangan zaman? SMA Pintar Lazuardi pun mengadakan webinar dengan tema: "Kepoin Kebiasaan dan Gaya Gen Z."
Di masa depan nanti, ada 10 profesi yang beberapa di antaranya berhubungan dengan dunia digital. Dukung anak untuk meraih cita-citanya, termasuk bila ia ingin terjun menekuni profesi yang berhubungan dengan dunia digital ini. Apa saja profesinya?
Ada Data Analys, Digital Marketer, Application Developer, Praktisi Medis, Spesialis SEO, Ahli Lingkungan, Software Engineer, Kontruksi dan Teknik, dan Entrepreneur. Wah, mana nih pekerjaan yang kira-kira akan diminati oleh anak kita nanti?
Dya Loretta memaparkan pentingnya orangtua untuk mengenal anak-anaknya. Ortu harus kepoin anak-anak, tapi gimana caranya supaya nggak dikomplain anak-anak? Pertama, ada fase kenalan. Orangtua harus kenalan dengan kebutuhan anak-anak. Anak-anak Gen Z sangat addict dengan gawai dan internet. Bisa lebih dari 10 jam sehari. Berapa persen yang positif? Kebanyakan malah negatif, makanya ortu harus memantau.
Kita perlu mempersiapkan anak-anak untuk tidak mengonsumsi materi-materi internet yang negatif. Selama pandemi, anak-anak Gen Z harus selalu terhubung dengan internet. Otomatis orangtua harus upgrade pengetahuan, karena anak-anak belajar secara daring. Awalnya pasti kesulitan, karena anak-anak terbiasa belajar tatap muka di sekolah.
Hampir 48,7% Gen Z adalah addict user, ketergantungan pada dunia digital. Ketika ada informasi yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh anak-anak, bagaimana kita menetralisirnya? Rata-rata orangtua berada di usia Milennial dan Gen X, sehingga ada kesenjangan 25% antara orangtua dan anak. Bagaimana dong mengatasi kesenjangan itu? Anak-anak ngapain aja ya di internet?
Ternyata urutan kelima tertinggi adalah messaging, browsing, jejaring sosial, video streaming, dan email. Pertanyaannya, kalau browsing tuh browsing apa ya? Biasanya browsing didorong oleh rasa penasaran atau ingin tahu. Apakah anak-anak mendapatkan informasi yang benar dari hasil browsing?
Gaya belajar Gen Z adalah audio visual, karena didukung oleh internet. Bagaimana caranya supaya orangtua bisa mengawasi? Kuncinya adalah komunikasi. Di saat anak-anak mengakses internet, orangtua harus mengetahui apa yang diakses dan menerangkan boleh tidaknya diakses. Banyak lho aplikasi yang tidak boleh diakses oleh anak, misalnya aplikasi dating. Banyak juga aplikasi yang ternyata tidak boleh diakses di Indonesia.
Gen Z juga mudah menerima arahan dari mentor yang memposisikan dirinya sebagai teman. Intinya, orangtua harus bisa memposisikan diri sebagai teman anaknya. Jangan jadi hakim untuk anak, supaya anak mau berkomunikasi dua arah. Beberapa karakteristik Gen Z adalah: visual dan kreatif, digital dan streaming, boss for self, up to date, dan open minded.
Boss for Self adalah anak-anak ingin menjadi bos untuk dirinya sendiri, sehingga membutuhkan negosiasi dan diskusi dengan orangtua. Kadang orangtua mengelola kehidupan anak 100%, padahal anak-anak ingin mengatur hidupnya sendiri. Jadi perlu ada kesepakatan antara orangtua dan anak. Harus ada ruang untuk anak melatih dirinya dalam mengatur dirinya sendiri.
Open Minded adalah berpikiran terbuka. Anak-anak bisa mendengarkan dan menyimak apa pun baik itu positifi maupun negatif. Orangtua benar-benar harus membekali anak-anaknya supaya bisa lebih matang dan mampu memilih hal-hal yang positif.
Anak-anak Gen Z juga suka banget Streaming Music sehingga sering memasang head set. Otomatis, orangtua susah deh mau mengajak ngobrol karena telinga anak sedang mendengarkan musik. Bahkan, berdasarkan penelitian Spotify, sebanyak 77% anak-anak mendengarkan musik saat sedang bersantai di rumah, bahkan 48%-nya mendengarkan musik saat tidur.
Ada tips untuk belajar online dengan nyaman di rumah:
- Pastikan pencahayaan yang maksimal
- Sediakan kebutuhan belajar
- Temukan spot belajar terbaik
- Luangkan waktu istirahat
- Sediakan cemilan
- Siapkan playlist musik kesukaan
SMA Pintar Lazuardi berusaha memenuhi kebutuhan orangtua Gen Z dengan moto "Kepo Banget." Menggunakan metode belajar Blended Learning yang menggabungkan belajar online dan offline dengan prosentase belajar online lebih besar. Kegiatan tatap muka hanya dilakukan seminggu sekali yaitu untuk pembentukan karakter, pengembangan keterampilan sosial, coaching tentang karir, dan kegiatan praktikum yang tidak bisa dilakukan secara online.
Ada 5 prinsip pembelajaran SMA Pintar Lazuardi, yaitu:
Pendidikan Karakter
Melalui GENZY ACTION di mana anak-anak akan melakukan berbagai kegiatan belajar yang dapat mengembangkan karakter.
Growth Mindset Approach
Memiliki pola pikir yang selalu berkembang. Kesuksesan bukan hanya untuk yang memiliki bakat dan kecerdasan, tapi juga semua anak asalkan diberikan stimulus yang benar.
Fleksibel
Pembelajaran bersifat fleksibel di mana anak-anak belajar online 4 hari dan tatap muka 1 hari. Setiap anak memiliki kebiasaan belajar yang berbeda, sehingga pemberian materi disesuaikan dengan kemampuan setiap anak.
Interaksi Kuat antara Siswa dan Guru
Interaksi menjadi penentu keberhasilan pembelajaran. Memanfaatkan berbagai macam fitur agar anak tidak kehilangan interaksi yang utama dengan gurunya.
Berorientasi Masa Depan
Program-program belajar di SMA Pintar Lazuardi ditujukan untuk masa depan, sehingga nanti ada bimbingan karier, personalized program, dan blended learning.
Menerapkan metode LMS yaitu Learning Management System, SMA Pintar Lazuardi menerapkan strategi PINTAR (Pedagogical Intelligence Architecture). LMS didukung oleh aplikasi yang canggih dan dapat diakses di mana saja.
KEUNGGULAN LMS PINTAR
- MULTIPART berarti materi disampaikan dalam bagian-bagian kecil dan dipilih hanya materi fundamental dari sebuah mata pelajaran. Upaya ini dimaksudkan agar mudah dipahami secara mandiri oleh siswa.
- FEEDBACK SYSTEM akan memastikan peserta didik terlibat aktif, berinteraksi, saling memberi dan menerima umpan balik (feedback) untuk efektivitas belajar, mengetahui capaian hasil belajar, terbentuknya komunitas belajar, mendokumentasikan portofolio yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
- DIFFERENTIATED LEARNING Dimulai dengan diagnostic assessment, sehingga dapat memandu learningpath yang akan dilalui siswa dari urutan materi dan memungkinkan siswa memiliki tahapan belajar yang berbeda.
- LEARNINGPATH peserta didik akan memililki‘jalur/peta’ untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan dan tujuan pembelajaran.
- MULTI-FRIENDLY CONTENT Materi dan media pembelajaran dikemas dalam beragam bentuk sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Disajikan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
- GAMIFICATION Pembelajaran online juga mempertimbangkan kesenangan dan keseruan.
Elisa Koraag sebagai orangtua dari dua anak remaja menceritakan pengalamannya mendidik anak Gen Z. Orangtua harus menjadi kawan bagi anaknya dengan kontrol yang menggunakan sistem demokrasi. Orangtua harus memfasilitasi anak-anaknya untuk meraih masa depan. Apabila orangtua menikmati proses belajar anak, maka anak-anak pun akan menikmatinya.
Nah gimana Mom, udah siap jadi ortu kebanggaan anak dengan menerapkan saran dari Dya Loretta?
Wah pemaparan yang menarik saya jadi tercerahkan ..ternyata memang sebagai ortu kita juga harus upgrade dan tidak bisa memaksakan anak harus belajar begini atau ngga boleh begitu. Kita harus lebih ramah dan melek digital untuk mendampingi anak anak gen z
ReplyDelete