Sebagai suami istri berbeda suku, saya dan suami kesulitan mengajarkan bahasa daerah masing-masing. Saya berasal dari suku Jawa-Betawi, sedangkan suami dari suku Sunda. Setiap hari kami berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia saja. Bahasa ibu adalah bahasa yang diketahui oleh anak-anak sejak lahir. Dalam hal ini berarti bahasa ibu dari anak-anak saya adalah bahasa Indonesia.
Risiko dari pernikahan beda suku dan tinggal di Jabodetabek adalah hilangnya bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu dari saya dan suami saya. Anak-anak saya tidak mengerti bahasa Jawa dan Sunda. Kalau diajak ke kampung halaman kami, anak-anak tidak tahu orang-orang di sekitarnya sedang membicarakan apa karena menggunakan bahasa daerah.
Kami tinggal di Depok, Jawa Barat. Anak-anak mendapatkan pelajaran bahasa Sunda. Mestinya anak-anak saya menguasai bahasa Sunda, karena ayahnya berasal dari suku Sunda. Nyatanya,anak-anak saya juga tidak paham bahasa Sunda. Kalau sedang pulang ke Garut, mereka tidak tahu kakek-neneknya sedang bicara apa. Jika dibiarkan saja, bahasa daerah cepat musnah.
Terbayang tidak sih dengan semakin banyaknya pernikahan beda suku, anak-anak hanya diajak berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia? Saya sendiri adalah hasil dari pernikahan beda suku, yaitu suku Jawa dan Betawi. Ibu saya menggunakan bahasa Jawa hanya untuk berkomunikasi dengan saudara-saudaranya. Saya dan adik-adik saya pun jadi tidak begitu menguasai bahasa Jawa. Nantinya anak-anak kesulitan berkomunikasi dengan keluarga besar karena tidak menguasai bahasa ibu dari ibu dan bapaknya.
Menurut UU Perlindungan Anak, UU 23/2002 dan UU 35/2014, ada 13 Hak Anak yang dilindungi oleh Undang-undang, salah satunya: Hak untuk Mendapatkan Pendidikan dan Pengajaran. Begitu juga yang tercantum dalam Konvensi Hak-hak Anak PBB 1989 yang disahkan oleh Keputusan Presiden No 36 tahun 1990, ada 10 Hak Anak yang harus dipenuhi oleh orang tua yaitu: Hak untuk Bermain, mendapatkan pendidikan, perlindungan, rekreasi, makanan, jaminan kesehatan, identitas, status kebangsaan, berperan dalam pembangunan, dan kesamaan.
Mengajarkan bahasa ibu kepada anak-anak adalah salah satu pemenuhan hak anak atas pendidikan dan pengajaran. Selain itu juga dapat melestarikan bahasa daerah, sehingga bahasa daerah tidak musnah. Ada berbagai cara mengenalkan anak pada bahasa ibu, salah satunya melalui cerita bergambar. Mengapa? Pada anak balita yang belum lancar membaca, cerita bergambar akan membantunya memahami isi cerita melalui gambar-gambar adegan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh di dalam cerita itu.
Yup, cerita bergambar dapat menghidupkan dongeng seolah-olah anak sedang menontonnya di televisi. Anak jadi bisa membayangkan apa yang sedang dilakukan oleh tokoh-tokohnya seperti yang tertulis di dalam teks cerita. Anak juga jadi bisa mengenali ekspresi para tokohnya, seperti ekspresi senang, tertawa, sedih, marah, cemberut, dan lain-lain.
Cerita bergambar yang dibacakan kepada anak-anak akan merangsang minat baca mereka, menumbuhkan hobi membaca, mengoptimalkan perkembangan otak, membuat mereka lancar berbicara, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan menanamkan budi pekerti melalui cerita-cerita yang disajikan. Salah satu bentuk cerita yang mengandung nilai-nilai kebajikan itu adalah dongeng.
Di Indonesia ada banyak cerita dongeng yang melegenda. Umumnya disajikan dalam bahasa Indonesia. Untungnya sekarang ada aplikasi Let's Read yang berisi dongeng dan cerita-cerita bergambar dari berbagai daerah dan negara yang memiliki banyak pilihan bahasa. Ada bahasa nasional dan bahasa daerah. Aplikasi ini bisa diunduh secara gratis di playstore. Untuk membacanya juga bisa offline dengan mengunduh ceritanya secara gratis. Iya, benar, semua ceritanya bisa dibaca GRATIS!
Saya memilih bahasa Jawa dan Sunda, kemudian keluarlah pilihan cerita yang menggunakan kedua bahasa itu.
Salah satunya berjudul: Sing Endi Jarite?
Sing Endi Jarite?
Saiki wis awan. Ibu durung teka saka pasar. Untunge ana Mbah Putri karo Mbah Kakung ing omah. Bayu ngerewangi Mbah Putri njaga toko batik Ibu ing teras omah. Didit, adhine, mulai rewel ing gengdhongane Mbak Putri.
Selengkapnya, langsung baca saja di aplikasi Let's Read. Saat membacakan cerita ini ke Salim, saya menggunakan metode membaca nyaring. Manfaatnya dapat meningkatkan daya ingat anak, mengajarkan beragam ekspresi kepada anak, menghibur anak, merangsang imajinasi anak, dan menghangatkan hubungan anak dengan orangtua. Membaca nyaring itu seperti seorang pendongeng yang sedang membacakan cerita dengan ekspresi sebagaimana yang digambarkan oleh tokoh-tokohnya. Anak seperti sedang menonton pertunjukan dongeng. Tentu lebih menarik, bukan?
Saat belajar untuk ujian pun, disarankan membaca nyaring karena bisa lebih cepat diserap oleh otak. Begitu juga kalau kita membaca nyaring untuk anak-anak. Konsentrasi anak pun langsung terfokus pada cerita yang sedang kita bacakan. Apalagi kalao kita bercerita sambil menampakkan ekspresi para tokoh di dalam cerita itu. Anak-anak bisa belajar mengenali ekspresi yang berbeda-beda. Ini sangat penting, agar anak kelak memiliki empati kepada orang lain.
Membaca nyaring juga mengeratkan hubungan anak dan orangtua, karena orangtua jadi memiliki waktu mendampingi anak secara khusus meskipun itu hanya 15 menit sehari. Ya, membaca dongeng yang pendek itu tidak perlu waktu lama. Lain halnya kalau anak disuruh membaca sendiri. Meskipun anak-anak sudah bisa membaca sendiri, tetap saja untuk membaca cerita bergambar dalam bahasa daerah itu tidak mudah.
Dalam hal mengajarkan bahasa ibu, membaca nyaring juga mengajarkan cara mengucapkan bahasa tersebut yang sering kali tidak sama dengan teks tulisannya. Contohnya, kata "saka" dalam bahasa Jawa dibacanya "soko." Jadi nanti anak-anak tidak salah mengucapkannya.
Cerita bergambar yang disajikan di dalam aplikasi Let's Read ini sangat beragam dan disesuaikan dengan usia anak-anak sehingga sangat mudah dicerna oleh anak-anak. Dijamin tidak akan kehabisan cerita setiap harinya, karena koleksinya sangat banyak. Anak-anak pun bisa mengenal dan memahami bahasa ibu, serta bisa cepat belajar membaca secara menyenangkan. Saya jadi ketagihan nih membacakan cerita berbahasa Jawa kepada Salim, sekaligus meningkatkan pengetahuan saya juga.
Let's Read membuat membaca menyenangkan untuk anak dan orangtuanya. Yuk, Mom, penuhi hak anak dengan memberikan pendidikan dan pengajaran salah satunya belajar bahasa ibu melalui Let's Read! Yuk, segera unduh aplikasi Let' Read di sini! Ayo membaca bersama Let's Read!
Tonton pengalaman saya membaca cerita bergambar berbahasa Jawa di aplikasi Let's Read di video ini!
Let's read seru ya kita jadi seperti punya perpustakaan pribadi yang seru..
ReplyDeletedengan adanya aplikasi let's read, para orangtua merasa terbantukan juga untuk membuat anak-anak jadi gemar membaca
ReplyDeleteAak, kerennya kalo ada Let's Read ini
ReplyDeletememudahkan ortu untuk mengajak anak makin cinta literasi, termasuk belajar bahasa ibu.
keren bin asyik!
Waaah...aku malah belum pernah coba yng bahasa daerah. Pake lets read baru untuk baca yg bahasa enggris. Ntar coba aaah...soalnya aku juga mau anak2ku bisa bahasa daerah (jawa). Faktanya, walaupun saya dan suami sama2 suku Jawa tapi dr anak2 lahir sampai sekarang, kami tinggal di luar jawa. Jadi, mereka minim belajar bahasa jawa karena interkasi dengan orang2 sekitar dan teman2 kan pake bahasa indo
ReplyDeletebulan lalu baca review tentang let's read juga dan akhirnya nyoba eh iya beneran konten-kontennya bagus, tiap malem aku jadiin bacaan sebelum tidur
ReplyDeletebagus nih, ada aplikasi yang ceritanya menggunakan bahasa daerah. Saya sendiri juga sudah jarang membaca cerita/tulisan berbahasa daerah. Bahkan berbicara bahasa Jawa pun juga jarang, ke anak-anak pakai bahasa Indonesia, karena suami dari Sumatra.
ReplyDeleteWah ternyata Let's Read ada pilihan cerita dengan bahasa daerah ya mba? Menarik juga ya anak-anak bisa baca cerita sambil belajar bahasa daerah
ReplyDeletebenar banget ya mbak
ReplyDeletedengan let's read ini anak anak bisa mengenal bahasa ibu..
aku bahkan mengajari anak anakku bahasa jawa dgn membaca buku yg ada di let's read
Wah, iya ya di Lets Read ada pilihan Bahasa daerah? Wah bisa nih aku kenalin anak-anak Bahasa Sunda juga. Gak tahu deh, walopun aku sama suami sama2 orang Sunda, karena pengaruh tontonan tv dan gadget, anak-anak jadi banyak ngomong Bahasa Indonesia. Banyak banget yang mereka gak tahu dari Bahasa Sunda.
ReplyDeleteAku hepi bangt punya aplikasi lets read ini bun.
ReplyDeleteBacanya nggak perlu make kuota pula, dan bagus-bagus ceritanya
Wah, inspiratif ini. Saya dan suami sama-sama bersuku Jawa tapi karena kami pindah-pindah tempat tinggal, di awal sepakat anak-anak dan di rumah pakai Bahasa Indonesia. Saya aja kalau berdua sama suami ngomong Jawa.
ReplyDeleteBagus jika ada cerita berbahasa daerah di Let's Read..pengin coba ajari ke anak jadinya
anak anak aku juga suka baca cerita di lets read nih mak, banyak banget ceritanya, beragam gaya animasi dan tema cerita. Plus ada banyak bahasa juga yaaa, jadinya cocok banget buat anak-anak ya maaaak
ReplyDeleteAku suka banget aplikasi let's read ini suka baca-baca kalau pas senggang, bukunya apik semua...
ReplyDeleteAnakku tuh lagi suka aku ajarin ngobrol pakai bahasa Jawa, kebetulan karena kami orang Jawa dan sering banget ke Yogyakarta dimana banyak sanak saudara disana. Terus anakku kadang bilang kok suka pada medok bacanya? heheheee
ReplyDeleteKalau di Jakarta dapat muatannya jadi Suku Betawi yaa, kak Leyla?
ReplyDeleteAku juga kehilangan Bahasa Ibu. Jadi ingin instal Let's Read untuk mengembalikan pemahaman anak akan Bahasa Daerah tempat Ayah dan Ibunya dibesarkan.
Alhamdulillah..seneng banget ya ada aplikasi yang bikin anak tambah pinter gini... Bukan cuma jadi suka baca ya..tapi wasan juga pasti bertambah
ReplyDeletewaah aku bisa recomen ke sepupu-sepupu aku yang memang suka sekali sama gadget dan mengalihkannya untuk rajin membaca dengan Let's read ini. Aksesnya juga mudah dan recomen untuk anak-anak
ReplyDeleteTernyata kita sama, Mbak, suami istri berasal dari suku yang berbeda, sehingga bahasa yang digunakan sehari-hari memakai Bahasa Indonesia.
ReplyDeleteAkibatnya anak-akan kurang mengerti bahasa daerah hiks
Boleh juga nih ya ide untuk mengakrabkan anak dengan bahasa ibu. Anakku loh, tinggal di Jawa, dapet pelajaran Bahasa Jawa, ya tetep kok enggak begitu ngerti percakapan dalam Bahasa Jawa ehehee..
ReplyDeleteSalim ... SID juga baca Let's Read, lho. Kenal apps ini dari 2-3 tahun lalu dan sampai sekarang enggak ku hapus karena banyaaak buku cerita anak yang menarik.
ReplyDeleteAku termasuk yang membaca dongeng nyaring waktu dengan Yasmin.
ReplyDeleteSelain nyaring juga ekspresif.
Masih terbayang mata Yasmin yang terbius saat aku membacakan cerita/dongeng.
Dan doi juga jadi ketagihan.
Sungguh membaca nyaring sekaligus ekspresif itu membantu bonding dengan buah hati.
Apalagi sekarang ada Lets' Read yang memfasilitasi.
Perfect!
lets read ini keren banget memang ya mbak leyla. sayangnya belum ada bahasa aceh. anakku karena pengasuh berbahasa aceh skrg udah pintar bahasa aceh
ReplyDeletemak leyla, aku belom nyobain sih ini appsnya. tapi apa anak gak pusing baca dongeng di hape mak?
ReplyDelete