Friday, 28 August 2020

Adopsi Hutan Demi Keanekaragaman Hayati

Manusia hidup tak hanya sendiri di dunia ini, tetapi juga dengan makhluk hidup lain yaitu hewan dan tumbuhan. Keberadaan hewan dan tumbuhan pada dasarnya bermanfaat untuk keberlangsungan hidup manusia. Bayangkan jika di dunia ini sudah tidak ada hewan dan tumbuhan, bagaimana lagi manusia bisa memperoleh sumber daya alam untuk bahan pangan? Sayangnya, keserakahan kita membuat bumi ini perlahan kehilangan keanekaragaman hayatinya. 

foto: pixabay

 

Hutan Indonesia terus berkurang jumlahnya dan mengalami kerusakan akibat eksploitasi berlebihan. Deforestasi (hilangnya hutan akibat kegiatan manusia) tanpa sadar membawa kerugian buat kita. Sejak di sekolah dasar kita sudah belajar bahwa pepohonan di hutan berfungsi untuk menjaga kita dari bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, dan memberikan udara yang segar untuk bernapas. 

Namun, apa jadinya jika banyak hutan yang telah beralih fungsi dan menjadi gundul akibat deforestasi? Lambat laun kita akan mengalami bencana alam besar, termasuk kehilangan keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati itu tidak hanya pepohonan, tetapi semua makhluk hidup yang tinggal di hutan yaitu hewan-hewan yang berfungsi untuk menjaga ekosistem hutan. 

Saat ini saja, banyak hewan yang kehilangan tempat tinggalnya karena hutannya telah gundul. Padahal, keberadaan hewan itu juga berguna untuk rantai makanan. Jika salah satu rantai makanan itu ada yang putus, maka akan berbahaya bagi manusia. Contohnya seperti kejadian di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Harimau mulai menyerang manusia karena hewan-hewan yang menjadi bahan makanannya telah habis diburu oleh manusia akibat perambahan hutan. Perubahan lahan hutan menjadi perkebunan juga membuat satwa-satwa itu berkurang jumlahnya, karena kehilangan tempat tinggal. Akibatnya, harimau pun memburu manusia dan membahayakan kehidupan manusia.  

Harimau, penjaga ekosistem. Foto: Pixabay

Belum lagi dengan gajah-gajah yang terusir dari tempat tinggalnya di hutan, karena sudah habis beralih fungsi menjadi perkebunan. Gajah-gajah itu pun memasuki pemukiman manusia dan sudah tentu mengganggu manusia. Kalaupun semua hewan itu dimusnahkan, tetap saja manusia akan mengalami getahnya. Harimau adalah penjaga ekosistem hutan, karena menjadi puncak teratas dari rantai makanan. Jika harimau musnah, maka tidak ada lagi hewan yang memangsa hewan pemakan tumbuhan. 

Bayangkan jika jumlah hewan pemangsa tumbuhan itu melonjak jumlahnya karena tidak ada harimau? Maka, tumbuhan pun akan habis dimakan, Lalu, hutan juga menjadi gundul dan berdampak buruk bagi manusia. Bencana alam mengancam. Begitulah pentingnya keanekaragaman hayati demi keberlangsungan hidup manusia. 

Jadi, manusia harus bisa berdampingan hidup dengan hewan-hewan lain dan menjaga keanekaragaman hayati dengan melestarikan hutan sebagai tempat tinggal mereka. Jika keanekaragaman hayati itu musnah, apa yang akan kita ajarkan nanti kepada anak-anak? Apakah harimau, gajah, monyet, dan satwa liar lainnya yang ada di hutan kelak hanya akan menjadi dongeng seperti Dinosaurus?

"Ah, tapi aku kan tinggal di kota dan jauh dari hutan. Nggak ada pengaruhnya buatku kalau hutan itu gundul atau tidak." Begitu alasan warga perkotaan. Eit, jangan salah. Meskipun kita tinggal jauh dari hutan, kita tetap membutuhkan hutan. Hutan adalah paru-paru dunia. Hutan menyediakan oksigen dan udara yang bersih dan sejuk untuk kita hirup. Bayangkan jika sudah tidak ada hutan, pasti suhu udara menjadi panas karena tidak ada penangkal sinar matahari. Terjadi global warming yang membahayakan keberlangsungan hidup manusia. 

Hutan juga mencegah banjir bandang dengan keberadaan pepohonan berakar kuat yang berfungsi untuk menyerap air. Banjir bandang itu bisa juga mengarah ke kota, jika hutan sudah benar-benar gundul. Selain itu, hutan dapat menyerap air tanah sebagai sumber persediaan air di musim kemarau. Hutan juga membuat hujan secara alami. 

Selain itu, hutan menyediakan bahan pangan bagi manusia. Banyak manusia yang bergantung pada sumber daya alam yang dihasilkan oleh hutan. Hutan juga menyediakan tumbuhan-tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai obat-obatan. Jadi, bagaimana cara melestarikan hutan demi keanekaragaman hayati? Banyak cara yang bisa dilakukan, seperti melakukan penanaman pohon di hutan yang gundul. 

Jika lokasi tempat tinggal kita dekat dengan hutan, kita bisa ikut melestarikan hutan dengan terjun langsung. Akan tetapi, jika tempat tinggal kita jauh dari hutan, kita bisa melakukan Adopsi Hutan. Wah, apa itu Adopsi Hutan? Apakah hutannya kita bawa pulang? Ya, tidak dong. Sama saja seperti program orangtua asuh di mana kita tidak perlu membawa pulang anak yang kita asuh ke rumah, tapi cukup membiayai kebutuhannya dari jauh. Begitu juga dengan Adopsi Hutan. 

Adopsi Hutan adalah gerakan gotong royong untuk menjaga hutan beserta keanekaragaman hayati di dalamnya. Kita cukup memberikan donasi untuk adopsi hutan melalui KitaBisa. Jumlah donasinya bisa mulai dari Rp 1.000. Dana itu akan disalurkan kepada masyarakat penjaga hutan Indonesia untuk menjaga hutan melalui kegiatan patroli hutan, modal wirausaha produksi hasil hutan, dan lain-lain. Jadi, walaupun kita jauh dari hutan, kita bisa berperan melestarikan keanekaragaman hayati di dalam hutan melalui Adopsi Hutan. 

 


 

Lestarikan hutan demi anak cucu kita. Jangan sampai mereka nanti hidup dalam kesengsaraan akibatnya hilangnya hutan dari muka bumi ini. Hari Hutan Indonesia yang jatuh pada tanggal 7 Agustus 2020 menjadi momentum bagi kita untuk bersama-sama melestarikan hutan.

 

 

 








 




No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^