"Ustazah, malam ini Amira membaca cerita Nabiku."
Sebuah pesan masuk di grup WhatsApp disertai dengan foto anak yang sedang membaca buku, mengingatkan saya akan sesuatu. Pesan itu diikuti oleh pesan-pesan lain yang juga disertai foto anak sedang membaca buku.
Oya, setiap malam Rabu ada tugas dari sekolah Salim, yaitu mendampingi anak yang sedang membaca buku cerita. Sebagai bukti, anak dan buku yang sedang dibaca itu harus difoto kemudian dikirim ke grup WhatsApp kelas.
Salim membaca buku cerita setiap malam Rabu |
Itu adalah salah satu program literasi di sekolah anak saya. Tak hanya membaca buku cerita di malam Rabu, di hari Senin anak-anak juga memiliki jam khusus membaca di luar ruangan bersama-sama. Kegiatan ini terlihat menyenangkan. Setiap anak membaca buku yang disukainya.
Kegiatan membaca buku cerita di sekolah |
Di awal masuk sekolah, para orangtua diminta menyumbangkan satu sampai dua buku cerita untuk perpustakaan sekolah. Rupanya memang ada program membaca buku cerita setiap minggu. Untuk anak kelas 6, Ismail diharuskan membaca satu cerita setiap minggu, kemudian menuliskan ringkasannya dan disetorkan kepada ustazahnya (sebutan untuk guru kelas).
Ketika program ini pertama kali diumumkan, saya membaca komentar beberapa orangtua yang terkejut karena pemberitahuannya mendadak.
"Wah, gimana nih Ustazah? Di rumah nggak ada buku cerita sama sekali," tanya seorang wali murid.
Wow, saya juga terkejut dong. Masa sih di rumahnya tidak ada satu pun buku cerita? Akhirnya, daripada si anak tidak membaca, Ustazah pun membolehkan membaca buku pelajaran bila tidak punya buku cerita. Yiaaah.... Kalau buku pelajaran kan sudah dibaca setiap hari. Anak-anak butuh rileksasi dengan membaca buku cerita yang ringan.
Jujur, saya masih tidak percaya jika ada orangtua yang sama sekali tidak membelikan buku cerita untuk anaknya. Bahkan, saya pernah bertemu dengan satu keluarga di sebuah supermarket. Di supermarket itu ada stand buku-buku csrita yang dijual murah. Saya pun tertarik membelinya. Ketika sedang mencari buku, ada seorang anak yang ikut mencari Dan dengan cepat menemukan buku yang disukainya.
"Aku beli ini juga ya?" pintanya kepada orangtuanya.
Jawaban sang Ayah, yang sekaligus berupa pertanyaan, sungguh membuat saya ternganga.
"Kan itu sudah beli sandal. Mau beli buku atau sandal?"
Anak itu terlihat ragu, tapi kemudian melepaskan bukunya dan mempertahankan sandalnya. Yaaah.....
Barangkali saya bisa berpikir positif bahwa si Ayah tak punya uang lagi. Tapi, kalau melihat penampilan mereka sih sepertinya mampu. Harga bukunya juga yang sudah diobral hingga 80%. Murah sekali deh. Entahlah, kalau saya pasti senang jika anak-anak semangat membaca buku.
Yup, saya sudah merangsang minat baca anak-anak saya sejak kecil dengan banyak membelikan dan membacakan buku cerita. Saya meniru cara orangtua saya dalam merangsang minat baca anak. Mama saya dulu sempat suka menulis dan menjadi anggota redaksi di majalah kantornya. Ayah saya juga suka membaca buku dan punya banyak koleksi buku.
Budaya Literasi memang harus ditumbuhkan dari dalam keluarga. Orangtua harus memberikan dukungan kepada anak agar rajin membaca. Banyaknya berita hoax yang ada saat ini, adalah karena kurangnya minat baca. Seringkali orang hanya membaca judul yang provokatif, tanpa mau menelusuri sumbernya dulu.
Bagaimana peran keluarga dalam membudayakan literasi? Berikut beberapa caranya:
Memberikan Fasilitas Buku Bacaan
Buku bacaan itu bukan hanya buku pelajaran. Dulu, buku yang paling saya senangi adalah buku Bahasa Indonesia, karena di dalamnya ada cerita-cerita rakyat. Sebelum dipelajari di kelas, saya sudah membacanya sampai bab terakhir.
Buku-buku cerita yang mendidik tapi menghibur harus ada di setiap rumah. Orangtua harus menyisihkan rezeki untuk membeli buku-buku itu. Orangtua saya dulu hanya pegawai negeri golongan dua yang gajinya kecil, tapi almarhumah ibu saya berlangganan majalah anak untuk saya dan saya dengan senang hati membacanya.
Daripada membelikan petasan dan mainan yang tidak berfaedah untuk anak-anak, lebih baik uangnya dibelikan buku cerita yang menghibur dan mendidik. Dari buku cerita itu, anak akan belajar banyak hal dengan cara menyenangkan.
Membacakan Buku Cerita
Ketika anak-anak belum bisa membaca bukunya sendiri, baik ibu atau ayah harus meluangkan waktu untuk membacakan cerita. Sebaiknya setiap hari diusahakan selama minimal 15 menit membacakan, tapi kalau tidak sempat ya minimal seminggu sekali.
Jika anak sering dibacakan cerita, maka dia akan terbiasa mendengarkan cerita dan semakin lama menyukainya. Kelak dia akan senang membaca cerita sendiri. Membacakan cerita juga akan mengasah kemampuan berbahasa anak, bahkan menjadi sarana stimulasi bagi anak yang terlambat bicara.
Ketika anak-anak belum bisa membaca bukunya sendiri, baik ibu atau ayah harus meluangkan waktu untuk membacakan cerita. Sebaiknya setiap hari diusahakan selama minimal 15 menit membacakan, tapi kalau tidak sempat ya minimal seminggu sekali.
Membacakan buku cerita |
Jika anak sering dibacakan cerita, maka dia akan terbiasa mendengarkan cerita dan semakin lama menyukainya. Kelak dia akan senang membaca cerita sendiri. Membacakan cerita juga akan mengasah kemampuan berbahasa anak, bahkan menjadi sarana stimulasi bagi anak yang terlambat bicara.
Wisata ke Toko Buku dan Perpustakaan
Sudah menjadi kebiasaan keluarga saya berwisata ke toko buku minimal sebulan dua kali. Buat saya sendiri, toko buku itu seperti candu. Selalu menarik untuk didatangi. Anak-anak pun terbiasa ke toko buku. Mereka diperbolehkan membeli minimal satu buku favorit.
Tak hanya ke toko buku, kita juga bisa berwisata ke perpustakaan dan membaca buku-buku secara gratis. Dulu perpustakaan menjadi tempat saya mencari hiburan dan keluar dari masalah, karena saya bisa tengelam dalam cerita-cerita di buku. Semoga nanti anak-anak saya pun mengeluarkan emosi negatif dengan membaca banyak buku saja.
Wisata ke Pameran Buku atau Festival Literasi
Pameran buku sering digelar di beberapa daerah di Indonesia. Saya pun beberapa kali datang ke pameran buku bersama keluarga. Pameran buku itu surganya buku murah. Banyak diskon menarik yang ditawarkan. Jadi, jangan lewatkan pameran buku yang ada di kota kita. Sisihkan anggaran untuk membeli buku, terutama buku untuk anak-anak.
Selain pameran buku, Kemendikbud sudah tiga kali mengadakan Festival Literasi Sekolah. Nah, saya juga mengajak keluarga ke Festival Literasi Sekolah yang diadakan tahun ini di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud. Kita bisa mengenal aneka jenis budaya literasi yang dipamerkan di sana, sesuai dengan tingkatan sekolahnya. Festival ini gratis dan bisa didatangi oleh siapa saja, tak hanya kalangan pelajar.
Berikan Literasi Digital yang Positif
Sekarang zamannya gadget atau gawai. Anak-anak tidak bisa dihindarkan dari gawai. Anak-anak saya juga begitu. Mereka senang main game dan menonton YouTube. Tenang, Mama-mama. Kita tetap bisa mengenalkan budaya literasi melalui gawai.
Literasi Digital termasuk ke dalam budaya literasi juga. Saya mengunduh Aplikasi Kumpulan Cerita Anak yang banyak tersedia di Playstore. Jadi, kalau ATM sedang kosong dan tidak bisa membelikan buku anak, kita bisa mengunduh Aplikasi dongeng di Playstore.
Di dalam website #SahabatKeluarga juga ada lho dongeng yang bagus-bagus. Tak hanya anak-anak yang bisa membaca dongeng di website tersebut, orang tua juga bisa membaca artikel-artikel menarik tentang dunia keluarga dan pendidikan anak.
Demikian beberapa peran keluarga di dalam membudayakan literasi di dalam rumah. Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Jika di dalam keluarga sudah cinta literasi, maka masyarakatnya pun akan mencintai literasi. Jadi, yuk kita tumbuhkan #LiterasiKeluarga sejak anak masih kecil agar mereka mencintai buku dan ilmu pengetahuan hingga dewasa.
Wisata ke toko buku |
Tak hanya ke toko buku, kita juga bisa berwisata ke perpustakaan dan membaca buku-buku secara gratis. Dulu perpustakaan menjadi tempat saya mencari hiburan dan keluar dari masalah, karena saya bisa tengelam dalam cerita-cerita di buku. Semoga nanti anak-anak saya pun mengeluarkan emosi negatif dengan membaca banyak buku saja.
Wisata ke Pameran Buku atau Festival Literasi
Pameran buku sering digelar di beberapa daerah di Indonesia. Saya pun beberapa kali datang ke pameran buku bersama keluarga. Pameran buku itu surganya buku murah. Banyak diskon menarik yang ditawarkan. Jadi, jangan lewatkan pameran buku yang ada di kota kita. Sisihkan anggaran untuk membeli buku, terutama buku untuk anak-anak.
Saya dan anak-anak di Festival Literasi Sekolah |
Selain pameran buku, Kemendikbud sudah tiga kali mengadakan Festival Literasi Sekolah. Nah, saya juga mengajak keluarga ke Festival Literasi Sekolah yang diadakan tahun ini di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud. Kita bisa mengenal aneka jenis budaya literasi yang dipamerkan di sana, sesuai dengan tingkatan sekolahnya. Festival ini gratis dan bisa didatangi oleh siapa saja, tak hanya kalangan pelajar.
Berikan Literasi Digital yang Positif
Sekarang zamannya gadget atau gawai. Anak-anak tidak bisa dihindarkan dari gawai. Anak-anak saya juga begitu. Mereka senang main game dan menonton YouTube. Tenang, Mama-mama. Kita tetap bisa mengenalkan budaya literasi melalui gawai.
Kumpulan dongeng digital di Playstore |
Literasi Digital termasuk ke dalam budaya literasi juga. Saya mengunduh Aplikasi Kumpulan Cerita Anak yang banyak tersedia di Playstore. Jadi, kalau ATM sedang kosong dan tidak bisa membelikan buku anak, kita bisa mengunduh Aplikasi dongeng di Playstore.
Di dalam website #SahabatKeluarga juga ada lho dongeng yang bagus-bagus. Tak hanya anak-anak yang bisa membaca dongeng di website tersebut, orang tua juga bisa membaca artikel-artikel menarik tentang dunia keluarga dan pendidikan anak.
Kumpulan Dongeng Anak #SahabatKeluarga |
Kumpulan artikel parenting #SahabatKeluarga |
Demikian beberapa peran keluarga di dalam membudayakan literasi di dalam rumah. Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Jika di dalam keluarga sudah cinta literasi, maka masyarakatnya pun akan mencintai literasi. Jadi, yuk kita tumbuhkan #LiterasiKeluarga sejak anak masih kecil agar mereka mencintai buku dan ilmu pengetahuan hingga dewasa.
Tapi memang, Mba, kenyataannya ada orang tua yang tidak merasa perlu ada bacaan di rumah. Biasanya sih karena belum tercerahkan aja, belum paham manfaat dari membaca buku yang sepertinya rekreasional 'aja', dan merasa masih banyak hal lain yang lebih diprioritaskan. Jadi beneran karena merasa enggak perlu, bukan karena enggak ada akses. Saya sendiri cinta baca dan terus terang gemes juga "Kok bisa, ya", tapi ya kenyataannya ada yang berbeda prioritas dengan kita, mau men-judge dengan bilang mereka tidak peduli ya enggak berani juga, hehehe.
ReplyDeleteaku paling suka beliiin ponakan buka cerita kalau ke toko buku, mbak. Karena liat cerita sama ilustrasi gitu dia seneng banget, kadang malah dibawa ke sekolah hehehe
ReplyDeleteSetuju kalau keluarga punya peran yg kuat untuk anak dengan dunia literasi
Mbak fakta adanya orangtua yang ga pernah beliin buku cerita ke anak, contohnya keluarga saya duluuuu pas saya kecil. Harus ngerengek minta dibeliin majalah bobo berhari-hari. Dulu belum paham manfaatnya, sekarang sih sudah mulai terbuka. Saya sering beli buku buat dibaca, jadi skrg adik saya ga kepusingan kalo butuh buku untuk tugas sekolah.. banyaaaak di rumah alhamdulillah.
ReplyDeleteMungkin juga ada orangtua yang anaknya kebanyakan beli buku, doyan banget baca sampe baru beli eh 10 menit kemudian udah selesai dibaca kan jebol juga dompet orangtua hahahahaha
Bener banget literasi harus dibudayakan dari rumah. Mengapa nggak tercapai d rumah? Tak. Lain dan tak bukan karena orang tuanya malas saja huhu
ReplyDeleteSemoga ini juga menjadi pengingat bagi diri saya sendiri. Tks for sharring
Woow aku juga pengen begitu nih nanti ke anak-anak. Aku mau mendongeng sebelum anakku bobo jadi dia penasaran deh untuk bisa cepet belajar membaca. Kalo sudah bisa membaca baru aku tumbuhkan rasa senang untuk membaca buku-buku yang bermanfaat. Masya Allah indah banget ya
ReplyDeleteJagoan semuanya nih ya Bund anaknya, paling cantik ibundanya hahahah
ReplyDeleteasli penting banget budaya literasi sejak dini, bahkan sejak anak dalam kandungan kita menceritakan banyak hal.Aku juga pengen menerapkan begini, agar anak cinta membaca
Keren banget program sekolah anaknya mba seminggu sekali ada membaca buku bersama. Mengingat minat baca makin berkurang saat ini, penting banget memang menanamkan budaya literasi sejak dini. Peer buatku nanti kalau punya anak. Hehe.
ReplyDeletePerlu peran Ibu Dan Ayah utk menjadikan literasi ini budaya. Sejak dini, bisa dikenalkan buku buku Dr Kain. Beranjak balita Biasakan membacakan dongeng pada anak. Tak Akan Sia Sia Jika kelak sang anak suka Akan literasi.
ReplyDeleteSaya setuju banget, Mbak. Membudayakan anak sadar literasi memang harus dimulai dari rumah. Dulu karena keluarga saya nggak berlebih, nenek kakek saya membayar biaya langganan majalah Bobo untuk saya dan adik-adik. Kadang kalau ada rejeki ibu saya membelikan novel anak-anak seperti Little House on The Prairie, Lima Sekawan, dll. Lama kelamaan karena merasa buku di rumah nggak cukup, saya suka sewa buku di dekat rumah. Sekarang anak-anak sebisa mungkin saya beri kebebasan membeli buku selama ada budgetnya. Saya juga selalu membacakan buku cerita untuk mereka setiap malam. Alhamdulillah anak saya yang besar suka sekali membaca, sedangkan yang kecil masih dalam tahap belajar membaca.
ReplyDeleteSaingannya sekarang memang sama gadget ya mbaa.. jadi anak2 lebih suka nonton daripada baca. Alhamdulillah berhubung aku jg suka baca, jd anak2 punya jatah beli buku kalau lagi ada pameran, lumayan untuk stock setahun. Tapi speechless jg aku dengar ada keliarga yang ga punya buku cerita sama sekali untuk anaknya huhuhu
ReplyDeletePrihatin banget yah masih ada orangtua yg tidak peduli anaknya suka,membaca buku cerita, pantesan Buku2 susah laku di Indonesia. Aku sejak balita sudah suka membacakan anak buku cerita sebelum tidur. Malah anaknya ketagihan minta terus dibacain. Orangtua memang harus,membiasakan anaknya sejak kecil senang buku
ReplyDeleteIni keren banget program sekolahnya. Btw, mba ada tips nggak gimana awalnya supaya program literasi digital ini bisa dijalankam juga di sekolah anakku? Pingin menggalakkan hal ini juga.
ReplyDelete