"Mungkin perutnya sakit. Minum ASI atau Sufor?"
"Sufor."
"Jangan-jangan alergi susu sapi."
"Wah iya kali ya... Trus, gimana?"
"Kalau alergi susu sapi, ya nggak boleh minum susu sapi lagi."
Eit, tunggu dulu. Tidak semua masalah pencernaan itu disebabkan oleh alergi susu sapi. Ibu-ibu yang pernah atau sedang punya bayi, pasti merasakan momen-momen bayi rewel yang sebagian besar berkaitan dengan masalah pencernaan. Perut kembung, sering gumoh (memuntahkan sebagian susu yang sudah diminum), kolik, dan sebagainya.
Masalah tersebut bisa diminimalisir kalau bayi meminum ASI, karena kandungan ASI mudah diserap oleh pencernaan bayi. Wajarlah, namanya juga produk buatan alam, sudah sesuai dengan tujuan pembuatannya. Bagaimana dengan bayi yang terpaksa tidak mendapatkan ASI? Atau, bayi di atas usia setahun yang sudah mulai berkurang minum ASI?
Ternyata banyak orang yang mengira bahwa masalah pencernaan pada bayi itu disebabkan oleh alergi susu sapi sehingga mereka memutuskan untuk berhenti mengonsumsi susu sapi. Padahal, pada bayi, susu sapi menjadi salah satu asupan makanan bergizi yang penting untuk pertumbuhannya. Tanggal 17 Juni 2017, bertempat di Tanamera Cuisine Kebayoran Baru, saya mendapatkan undangan dari Blogger Cihuy untuk mendengarkan talkshow bergizi dengan tajuk, "Tidak Semua Masalah Pencernaan Berkaitan dengan Alergi."
Omong-omong soal alergi, anak-anak saya alhamdulillah tidak ada yang punya pengalaman dengan alergi. Pernah dulu anak nomor dua badannya gatal-gatal karena minum ASI yang dicampur udang. Maksudnya, saya makan udang, lalu anak saya minum ASI. Tidak lama, tubuhnya gatal-gatal dan bengkak. Saya artikan itu sebagai alergi. Untungnya, tidak berlangsung lama.
Semua anak juga minum susu formula tambahan setelah berusia satu tahun ke atas. Tambahan itu maksudnya, mereka tetap minum ASI tapi sesekali ditambah dengan susu formula. Alhamdulillah, tidak ada yang bermasalah dengan susu formula. Semuanya suka minum susu dan tidak ada gejala alergi susu sapi.
Walaupun begitu, saya tetap mendapatkan ilmu baru dari talkshow yang diadakan oleh Enfa Club-Mead Johnson Indonesia ini. MC, Gaby Sitohang membuka acara, disusul dengan Bapak Dudi Adrian sebagai perwakilan dari Mead Johnson. Pengalaman Pak Dudi yang anaknya pernah didiagnosis mengalami alergi susu sapi membuatnya memiliki ide untuk mengadakan talkshow bermanfaat ini. Semoga ke depannya para orangtua memiliki ilmu dan pengetahuan sebelum menduga anaknya menderita alergi susu sapi.
DR. Dr. Ariani Dewi Widodo, SpA(K) menjadi narasumber utama yang menjelaskan mengenai gejala alergi susu sapi ini. Beliau adalah Dokter Umum (Universitas Indonesia) 2005, Dokter Spesialis Anak (Universitas Indonesia) 2010, Konsultan Gastrohepatologi Anak 2015, Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran 2016, KK Gastrohepatologi RSAB Harapan Kita, dan Dokter di Klinik Tumbuh Kembang Tania Kid's Center.
Makanan yang dimakan oleh bayi berguna untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasannya. Akan tetapi, semua itu bergantung pada penyerapan oleh usus dan distribusi zat gizi oleh pembuluh darah. Sebagian bayi mengalami masalah pencernaan ini yang diakibatkan oleh Functional GI Discomfort umumnya pada usia di bawah setahun dan ketidaknyamanan pencernaan karena:
Faktor Nutrisi:
Gas dalam usus berlebihan
Gangguan Penyerapan Karbohidrat
Cara pemberian minum
Alergi protein susu sapi atau Intoleransi susu sapi
Faktor Non-Nutrisi:
Motilitas
GER
Hormon Usus
Gangguan Flora Usus.
Sebanyak 50% bayi pernah mengalami gejala ketidaknyaman pada pencernaannya selama tahun pertama kehidupannya. Ini yang membuat bayi sering rewel di malam hari sehingga orangtua pusing tujuh keliling. Saya juga pernah mengalami momen bayi rewel yang tidak tahu apa penyebabnya, sampai begadang semalaman karena harus menggendong si bayi yang terus menangis.
Masalah-masalah pencernaan pada bayi itu membuat nutrisi makanan tidak dapat terserap semuanya sehingga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan bayi. Itu mengapa orangtua tidak bisa menganggap enteng masalah pencernaan pada bayi ini. Gejala sistem pencernaan itu dapat kita ketahui apabila bayi memperlihatkan tanda-tanda perut kembung, sering buang gas, sakit perut, mual atau muntah, BAB tidak lancar, dan rewel tanpa sebab yang jelas.
Apa akibat jangka panjangnya kalau hal ini dibiarkan terus-menerus? Jika sampai lebih dari 3 bulan dan tidak ada tindakan yang diambil, maka akan berpengaruh pada kesehatan mental bayi. Bayi menjadi agresif, hiperaktif, sering cemas, mengalami gangguan tidur, migren, dan alergi. Waduh, berarti kita para orangtua harus peduli dengan masalah pencernaan pada bayi ini. Eit, jangan salah juga kalau mengaitkan semua masalah pencernaan itu pada alergi susu sapi.
Gejala alergi itu terjadi pada 3 area: Kulit (50-70%), Saluran Cerna (50-60%), dan Pernapasan (20-30%). Ternyata... ini faktanya. Tidak semua masalah pencernaan itu disebabkan oleh alergi. Masalah pencernaan pada bayi itu, 50% disebabkan oleh gangguan pencernaan karena sistem pencernaan bayi yang belum matang atau perut sensitif. Hanya 7% saja masalah pencernaan itu disebabkan oleh alergi protein susu sapi.
Jadi, kalau bayi mengalami gumoh, buang angin, rewel, menangis terus menerus, itu karena saluran pencernaannya belum matang. Ukuran lambung bayi masih kecil dan produksi enzim masih terbatas terutama enzim enterokinase dan laktase. Saluran pencernaannya akan berkembang sesuai usia, sehingga masalah pencernaan ini akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.
Jika bayi mengalami masalah pencernaan, maka yang harus dilakukan oleh ibu adalah:
- Eksplorasi penyebab masalah pencernaan pada anak.
- Catat makanan yang dikonsumsi dalam 3X24 jam terakhir.
- Diskusi dengan dokter anak.
Ibu bisa melakukan pengobatan di rumah dengan cara:
- Memandikan bayi dengan air hangat. Mandi dengan air hangat akan membuat tubuh bayi menjadi lebih nyaman dan rileks.
- Pijat bayi secara lembut dengan menggunakan baby oil. Pijatan bisa dilakukan di area punggung dan perut.
- Berdirikan bayi setiap selesai menyusu sampai bayi bersendawa.
- Kompres perutnya dengan air hangat.
- Angkat kedua kakinya bergantian dan gerakkan maju mundur ke arah perutnya.
- Memberikan Asafetida, yaitu rempah-rempah yang dibuat dari akar rimpang tanaman ferula. Sering digunakan sebagai bumbu masakan di India, yang ternyata dapat membantu pencernaan dan mengurangi kentut.
Apa yang harus dilakukan untuk menangkal masalah pencernaan pada bayi ini? Jawabannya hanya tiga: pencegahan, pencegahan, pencegahan. Yup, ibu hanya bisa melakukan pencegahan agar tidak terjadi masalah pencernaan pada bayi ini. Narasumber selanjutnya adalah Bapak M. Nuh dari Mead Johnson menjelaskan mengenai protein pada makanan anak yang mengandung molekul-molekul besar sehingga harus dipecah-pecah dulu agar bisa diserap oleh pencernaan bayi.
Makanan bayi yang utama adalah ASI, tetapi pada bayi yang tidak mendapatkan ASI atau ingin diberikan tambahan ASI setelah usia 1 tahun, Mead Johnson memproduksi Enfagrow A+ Formula dengan Gentle Care 3. Ini adalah susu pertumbuhan untuk anak usia 1-3 tahun dengan protein terhidrolisa sebagian sehingga mudah dicerna.
Formula Enfagrow A+ Gentle Care 3 mengandung molekul protein yang lebih kecil agar mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Juga dilengkapi dengan zat gizi makro dan mikro untuk membantu pertumbuhan anak. Di antaranya: zat besi, vitamin A&C, kalsium, asam folat, protein, zinc, fosfor, iodium, tinggi vitamin B, dan vitamin D.
Bapak M. Nuh juga memberikan infomasi mengenai Tes Alergi pada anak, yaitu dengan mengklik link http://www.enfaclub.com/tesalergi-sususapi/. Saya pun mencoba menganalisa apakah anak saya mengalami gejala alergi susu sapi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Alhamdulillah, ternyata anak saya memang tidak mengalami alergi susu sapi. Jadi, kalau dulu mereka gumoh atau kolik semata hanya masalah pencernaan karena sistem pencernaannya belum matang. Solusinya, dengan memberikan susu yang sudah terhidrolisa sebagian sehingga molekul proteinnya lebih kecil dan mudah diserap oleh pencernaan bayi.
Bukan hanya ilmu mengenai gejala alergi susu sapi, talkshow ini juga menghadirkan Bapak Parjono Sudiono, Head of Digital Zebith Optimedia dan Performics Indonesia yang menjelaskan tentang SEO. Blogger sebaiknya mengetahui mengenai optimasi SEO ini agar artikel yang ditulisnya berada di halaman pertama google.
Sekarang ini, blog digunakan untuk beraneka macam kebutuhan dari sekadar menulis random sampai berjualan. Sayangnya, tulisan itu menjadi percuma jika website tidak terindeks mesin pencari, trafiknya sangat rendah, tidak punya kata kunci utama, dan tidak teroptimasi dengan baik. Sekitar 90% pengguna internet mengakses google search sehingga penting memproduksi artikel yang dapat berada di halaman pertama google.
Search Engine Optimation (SEO) adalah optimasi yang dilakukan sehingga dapaat menampilkan website kita dalam peringkat teratas pencarian organic (bukan iklan). Ada 4 Pilar SEO:
Indeks: membantu memberikan informasi yang tepat kepada mesin pencari.
Content: membuat konsumen mendapatkan konten yang menarik dan relevan.
Authority: menjadi blog yang terpercaya.
Experience: interaksi dan engagement tinggi.
Optimasi pada konten bisa dilakukan dengan menuliskan artikel original, unik, dan informatif. Jangan lupa masukkan kata kunci utama dalam 100 kata terakhir, paraghraf tengah, dan di akhir. Tulis artikel minimum 350 kata, tapi sangat dianjurkan artikel mengandung 1000 kata lebih. Persentase penulisan kata kunci dalam artikel 1-3%, gunakan bold, italics, atau underline, gunakan multimedia seperti foto, video, dan infografis menarik, berikan eksternal link dari website-website besar seperti website berita, dan gunakan social sharing button agar artikel mudah dibagikan.
Setidaknya, itulah sebagian penjelasan dari Pak Parjono yang sangat bermanfaat bagi saya sebagai seorang blogger yang masih terus belajar. Ternyata bukan hanya soal gejala alergi susu sapi yang bisa diperoleh, tapi juga ilmu lain yang luar biasa. Terima kasih sekali Enfa Club, Mead Johnshon, dan Blogger Cihuy yang sudah mengundang saya ke acara menarik ini.
Jangan lupa ya, ibu-ibu, kalau bayinya rewel, sering gumoh, perut kembung, tidak langsung divonis mengalami alergi susu sapi. Cek saja dulu dengan Tes Alergi Susu Sapi dari Enfa Smart Centre agar dapat dilakukan penanganan yang tepat jika ternyata masalahnya hanya sistem pencernaan yang belum matang atau memang alergi susu sapi. Jika gejala alergi susu sapi menunjukkan bayi memang mengalami alergi susu sapi, maka bisa dikonsultasikan ke dokter anak bagaimana formula dengan protein yang terhidrolisa ekstensif dan probiotik LGG bisa membantu.
Informasi media sosial Enfa Smart Center:
Facebook: Enfa Smart Center
Instagram: @enfaclub
Twitter: @enfasmart
Jangan apa-apa vonis alergi ya,wah noted nih,thx sharingnya mak
ReplyDeleteacaranya padat materi nih.. jadi bisa ngerti cara ngurus bayi dan ngurusin blog :-)
ReplyDeleteTulisannya lengkap banget. Jadi tahu banyak nih mba tentang bagaimana penanganan untuk alergi sapi. Paling penting memang harus eksplorasi dulu
ReplyDeletealhamdulilah anakku gak ada yg alergi susu sapi, dari kecil minum sufor krn aku gak keluar ASInya
ReplyDeleteHarus jeli kalau sudah urusan perut ya, Mba ^_^
ReplyDeleteAlhamdulillah, semua anakku juga gak ada yg alergi susu sapi. Kasian ya yg alergi. Tapi untung, hidup di zaman modern kayak sekarang mah gampang, setelah positif tes, bisa langsung dikasih susu pengganti susu sapi yang khusus until yang alergi.
ReplyDeleteSyukur ya mak anak-anak tidak ada yang mengalami alergi susu sapi
ReplyDeleteUntung jaman sekarang udah ada pengganti ASI yang bisa dicerna bayi, ya. Dalam keadaan terpaksa ngga selalu bayi nemuin ibu susu (istilahnya bener gitu, atau apa ya, Mak?).
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mbak kalau anak2 gak ada yang alergi susu sapi
ReplyDeletewah salim punya boneka pinky pie. salim sehat terus ya. infonya canggih mbak ela. jd lebih tau tentang alergi susu sapi
ReplyDelete