Saya dan anak-anak |
Pernahkah
merasa hidupmu membosankan? Tidak ada aktivitas yang memberikan
semangat hidup? Tidak ada aktivitas yang menggembirakan? Atau,
pernahkah merasa menjadi ibu yang gagal? Ibu yang tidak bisa apa-apa.
Ibu yang tidak punya sesuatu untuk dibanggakan. Pernahkah mengalami
stres berkepanjangan, lalu depresi? Jika tidak membunuh diri sendiri
maka membunuh anak-anak yang diasuhnya seolah menjadi jawaban.
Ibu
yang depresi adalah momok mengerikan di zaman sekarang ini. Ada
banyak faktor mengapa kini semakin banyak ibu yang depresi. Tekanan
ekonomi, tidak dapat mengekspresikan diri, tekanan dari masyarakat,
dan kurang dukungan dari keluarga menjadi beberapa penyebabnya.
Hubungan dengan suami yang buruk juga akan meningkatkan kadar
depresi. Jika tidak segera diatasi, bukan hanya si ibu yang hancur
tetapi juga keluarganya. Terutama, anak-anak. Anak-anak tidak bisa
hidup bersama dengan ibu yang depresi. Anak-anak akan mengalami
trauma bila dibesarkan oleh ibu yang depresi.
Masih
teringat dalam benak saya, seorang ibu yang memutilasi bayinya karena
depresi. Juga bagaimana seorang temanku tumbuh menjadi sosok yang
pemarah dan sulit dikontrol karena dibesarkan oleh ibu yang “gila,”
begitu dia menyebut ibunya sendiri. Mengapa ibu itu depresi sedangkan
dia sudah dikaruniai anak-anak yang lucu? Banyak wanita lain yang
sangat mengidamkan memiliki anak. Lho kok wanita yang sudah
dikaruniai anak justru depresi?
Jangan
tanya mengapa, karena Allah menciptakan manusia beserta rejeki dan
ujiannya masing-masing. Tingkat ketahanan setiap orang juga berbeda.
Secara medis, juga ada penjelasan mengenai penyebab depresi. Yang
penting adalah bagaimana mencegah dan mengatasi depresi agar tidak
membahayakan pasien dan orang lain. Bagi saya, #MemesonaItu
adalah ibu yang bahagia. Ibu yang bisa tetap bahagia menghadapi
berbagai kesulitan hidup. Sebab, ibu yang bahagia adalah pangkal
kebahagiaan anak-anak.
Tips
bahagia ala saya, yang juga seorang ibu dengan 3 anak:
Dekat
dengan Sang Pencipta
Memiliki
kedekatan dengan Sang Pencipta akan membuat kita lebih tenang dan
menerima ujian hidup yang diberikan oleh-Nya, karena kita tahu bahwa
semua itu hanya tangga untuk mencapai kesuksesan. Bagi seorang muslim
seperti saya, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta minimal dengan
menjaga ibadah wajib, seperti salat, mengikuti kajian agama agar
mendapatkan asupan rohani yang menguatkan keimanan, dan memiliki
teman yang bisa saling menasihati dalam kebaikan. Saat sedang stres,
kita juga bisa mencurahkan semua isi hati kepada Allah. Dengan salat,
hati akan menjadi tenang.
Menulis
sebagai Katarsis
Sejak
masih remaja, saya sudah biasa menulis di buku harian untuk
mencurahkan isi hati. Rupanya itu berdampak positif sampai sekarang.
Menulis tidak hanya sebagai katarsis, sarana menyalurkan emosi yang
terpendam, tetapi juga bisa menambah penghasilan. Untuk hal-hal yang
sangat pribadi, saya hanya menulis untuk diri sendiri, tidak
dipublikasikan. Sebab, tidak semua orang bisa menerima apa yang kita
tulis. Tanggapan berbeda dari setiap orang justru bisa membuat kita
semakin depresi.
Ada
orang yang bisa memberikan empati, ada yang justru menghakimi.
Kemarahan-kemarahan lebih sering saya tuliskan dalam bentuk fiksi,
menjelma menjadi tokoh-tokoh di dalam novel. Hal-hal bahagia saya
tuangkan di dalam blog ini, itu mengapa judul blog ini “Catatan
Hati Ibu Bahagia.” Sebenarnya hanya merupakan salah satu cara agar
saya senantiasa ingat bahwa saya adalah ibu yang bahagia. Ibu yang
sudah dikarunia 3 anak lucu, pintar, dan ganteng. Ibu yang sangat
beruntung. Jadi, mengapa saya harus tidak bahagia?
Di
blog ini, saya menceritakan tentang ketiga anak saya beserta
aktivitas mereka yang menggemaskan. Saya juga menceritakan tentang
diri saya sendiri, tentunya hal-hal yang positif. Alhamdulillah, blog
sederhana ini juga beberapa kali memberikan pemasukan tambahan yang
membuat saya menikmati kegiatan menulis yang saya lakukan di sela
mengasuh anak-anak.
Menjadikan
Suami sebagai Sahabat
Suami
mestinya menjadi orang yang paling dekat dengan kita, karena kita
melakukan banyak hal bersamanya. Namun, tidak semua istri berhasil
menjadikan suaminya sebagai sahabat. Hubungan suami istri sekadar
hubungan biologis tanpa kedekatan hati. Kurangnya komunikasi membuat
istri sungkan mencurahkan isi hati kepada suaminya.
Saya dan suami |
Awal
menikah dulu, saya juga punya kecanggungan untuk menceritakan
perasaan saya kepada suami karena kami berasal dari dua planet
berbeda yang memiliki daya tangkap berbeda. Urusan komunikasi itu
perlu dilatih terus menerus dan kita harus membiarkan diri kita
mengeluarkan semua perasaan yang terpendam. Jika belum bisa
berbicara dengan mulut, bisa dengan tulisan. Mengirim sms, email,
atau catatan pada secarik kertas pun saya lakukan.
Lama-lama,
saya terbiasa berkomunikasi dengan suami sesibuk apa pun. Terbiasa
mengeluarkan seluruh isi hati, sehingga saya lega. Suami pun
terbangun empatinya, yang tadinya tidak peka menjadi peka. Suami jadi
lebih memahami istri. Kami jadi saling memahami. Pokoknya, tidak ada
satu uneg-uneg pun yang dipendam. Suami pun demikian.
Memiliki
Teman Dekat untuk Berbagi Cerita
Dari
berbagai kasus ibu yang depresi, sebagian besar adalah ibu yang
penyendiri, tidak punya teman, dan memendam perasaannya sendiri.
Setelah menikah, sebagian orang hanya fokus kepada pasangannya
padahal belum tentu pasangan itu memiliki waktu untuk berbagi cerita.
Selain menjadikan suami sebagai sahabat, kita juga sebaiknya memiliki
sahabat wanita. Mengapa sahabat wanita? Sebab, bagaimanapun wanita
hanya bisa dipahami oleh sesama jenisnya.
Bersama sahabat |
Ada
hal-hal yang tidak bisa dipahami dan disukai oleh lelaki, seperti Drama Korea, diskon fashion dan make up di
sebuah situs belanja, berita terkini di media sosial yang hanya
berkaitan dengan dunia kita, drama ibu-ibu, dan sebagainya. Kalau
kita bercerita kepada suami, paling dia hanya mendengarkan tapi
sebenarnya tidak mendengarkan. Ya, kita harus memiliki teman wanita
yang bisa mendengarkan hal lain yang tidak didengarkan oleh suami.
Hidup lebih bahagia jika kita memiliki setidaknya satu teman wanita
untuk berbagi cerita.
Membuka
Pergaulan
Masih
dari berbagai kasus ibu yang depresi, sebagian besar adalah ibu yang
tidak bergaul dengan sekitarnya, tertutup, dan misterius. Saya dulu
juga merasakan tidak enaknya sendirian di tengah masyarakat. Mau
bergaul, tapi sungkan. Merasa tidak cocok dengan ibu-ibu di sekitar.
Malas keluar rumah. Akibatnya, hidup terasa membosankan.
Bergaul dengan tetangga/ Foto: Murtiyarini |
Lain
halnya setelah membuka pergaulan dan sesekali keluar rumah untuk
mengikuti aktivitas yang menambah lingkaran pertemanan dan wawasan.
Saya jadi lebih bahagia. Bertemu dengan teman-teman, mendapatkan
wawasan baru, dan pengalaman baru yang menyemarakkan kehidupan saya
sehingga tidak hana terfokus pada pikiran yang sedang sumpek. Apalagi
jika pergaulan itu juga bisa membawa tambahan rejeki yang bermanfaat
bagi keluarga besar saya.
Selalu
Bersyukur
Bersyukur
itu tidak mudah dilakukan. Banyaknya rejeki belum tentu membuat kita
pandai bersyukur. Sering kali kita hanya melihat rejeki yang
didapatkan oleh orang lain, tapi luput menghitung rejeki yang sudah
kita dapatkan. Takaran rejeki setiap orang tidaklah sama. Hanya rasa
syukur yang bisa membuat kita selalu bahagia dengan rejeki yang kita
dapatkan.
Masih
banyak sumber bahagia lainnya yang dapat kita temukan dari dalam diri
dan sekitar kita. Seorang ibu yang bahagia akan menularkan rasa
bahagianya kepada anak-anak. Tetaplah bahagia, karena #MemesonaItu
adalah Ibu yang Bahagia. Carilah sumber kebahagiaan dari hal-hal
sederhana di sekitar kita, contohnya saja anak-anak.
Ibu yang bahagia bisa menularkan perasaan bahagia juga kepada anak-anaknya, setuju banget mbak. Saya sebagai calon ibu juga sedang belajar untuk selalu bahagia bagaimanapun keadaannya. :)
ReplyDeleteBetul, mbak Riska. Anak-anak akan bahagia bila dibesarkan oleh ibu yang bahagia.
DeleteTidak ada yang mengalahkan pesona mamah banyak anak dan penuh kreatifitas namun tetap bahagia ya.
ReplyDeleteYup,bahagia bagaimanapun keadaannya.
DeleteSetuju.. Berkumpul itu gak mesti harus hangout ke mall ato tempat2 kece yang nanti ujung2 nya depresi lagi krn gak cukup uang belanjaan.. Simply main ditaman kompleks sambil nyuapin anak, dan ketemu emak2 lain, terus ngobrol seputar tingkah lucu anak, pasti menyenangkan juga..
ReplyDeleteP.s: komentar ini ditulis oleh jomblo yg belum menikah. hahaha
theamazingjasmi.com
Memenuhi gaya hidup yang tidak ada habisnya justru memicu depresi. Carilah kebahagiaan dari hal sederhana di sekitar kita saja ya.
Deleteaach suka lihat foto fotonya Mbak, sangat memesona sekali
ReplyDeleteMakasih, Mbak Astin hehe.... suami yang motoin.
Deletesaya setuju sama si mbaknya.
ReplyDeletesepakat mbk. ibu harus bahagia dulu agar seisi rumah juga bahagia. 😊
ReplyDeleteKebayang kalau ibunya stres dan suka marah-marah ya.
Deleteeh ada Mba eni yo
ReplyDeleteIya, Mbak Milda, sahabat baikku itu.
DeleteIyaaa mba, setuju banget, seorang ibu tuh rentan depresi ya, mungkin karena beratnya beban dan tanggung jawab. Jd tips td sangat bermanfaat banget. Karena ibu yg depresi bisa saja menghasilkan anak anak 'calon depresi' juga.. Thanks sharingnya mba. Salam kenal 😁
ReplyDeleteMba Novita, salam kenal juga. Serem ya kalau anak-anak ikut depresi karena ibunya depresi.
Deletepenting banget sebagai ibu harus selalu bahagia itu. Ada yg mengatakan bahwa Children don't need a perfect mom, they need a happy mom. Semoga kita semua selalu menjadi ibu yg selalu happy :)
ReplyDeleteWah, bener banget itu mbak. Anak2 lebih butuh ibu yang bahagia daripada ibu yang sempurna. Aaamiin
Deletesenang ya punya suami yg bisa sekaligus sahabat kita mbak
ReplyDeleteAlhamdulillah, Mbak. Seharusnya suami istri bisa bersahabat, karena orang yang paling dekat.
DeleteSalah satunya juga jalan2 ke blog ini dan bisa dapat banyak pencerahan. Terus memesona ya mba..
ReplyDeleteAlhamdulillah ya, Ibu menjadi pusat kebahagiaan keluarga
ReplyDeleteKeren ya bersahabat dengan orang-orang memesona, memberikan dampak positif .
ReplyDeleteKalau kita bahagia, semuanya akan terlihat positive dan itu menular ;)
ReplyDeleteemang betul si ibu dulu yg bahagia barulah seisi rmh akan ikut bahagia
ReplyDelete