Salim, siang itu kita akan tidur seperti biasa Mama mengelonimu karena kamu sudah mulai mengantuk. Tiba-tiba pintu dibuka seseorang. Mama kaget, karena siapa yang akan masuk ke rumah kita?
Kedua kakakmu sedang sekolah dan baru pulang kalau Mama jemput. Ayah nggak mungkin kan pulang siang-siang. Mama buru-buru ke pintu depan dan ternyata... kepala Moses menyembul. Anak itu masuk begitu saja seakan-akan rumah kita ini adalah rumahnya.
"Oh Moses, Salim mau bobo."
Mendengar Moses datang, kamu nggak jadi bobo dan malah main berdua. Moses memang sering main ke rumah kita, terutama menjelang sore. Jam 2, Mama mau menjemput kakak-kakakmu. Berhubung ada Moses, pasti kamu juga nggak mau diajak.
Akhirnya Mama tinggalkan kamu dan Moses di rumah. Pulang dari menjemput kakak-kakak, kalian berempat meneruskan main sementara Mama mengerjakan urusan rumah tangga. Mama membeli jajanan untuk empat anak supaya kalian anteng mainnya.
Yah, kadang-kadang Mama mengeluh juga karena ketambahan satu anak. Alhasil rumah tambah berantakan. Tapi, Mama terbantu juga kalau Moses main di rumah kita. Kamu jadi nggak mau ikut ke sekolah karena mau main dengan Moses. Mama pun jadi bisa naik motor lebih ringan karena cuma bawa dua anak.
Moses baru pulang ke rumahnya yang hanya terpisah dua rumah dengan rumah kita, setelah azan Magrib berkumandang. Salim pasti lupa. Salim sering menangis kencang kalau Moses pulang ke rumahnya. Salim lebih senang main dengan Moses daripada dengan kakak-kakak.
Moses adalah satu-satunya tetangga kita, karena rumah-rumah di gang kita masih kosong dan tak terawat. Hanya rumah kita dan rumah Moses yang terisi. Moses punya tiga anjing yang setiap hari duduk di depan rumah kita, seolah-olah kita adalah majikannya.
Mama memang sering memberi makan anjing-anjing itu. Kalau kita pulang kampung, anjing-anjing itu juga menjaga rumah kita. Pernah, tetangga depan gang bilang ke Mama, "kemarin rumahnya dijagain anjing-anjing itu waktu Ibu pulang kampung."
Alhamdulillah, pernah kita pulang ke rumah Nenek selama dua hari. Pas sampai di rumah, ternyata pintu depan terbuka lebar! Pagarnya sih masih digembok. Mama sudah panik, khawatir ada maling masuk. Ternyata tak ada barang yang hilang. Subhanallah, masih rejeki. Bisa juga karena anjing-anjing itu suka duduk di teras rumah kita jadi pencuri tak mau masuk.
Salim, tetangga kita satu-satunya adalah keluarga nasrani. Keluarga Moses adalah keluarga nasrani. Di sebelah rumah mereka yang kosong, ada rumah ibadah yang didirikan swadaya. Setiap hari Minggu, kalau kita ke luar rumah, kita akan mendengar nyanyian Gereja karena mereka sedang beribadah.
Kamu melihat orang-orang melewati rumah kita untuk beribadah di rumah itu. Ibunya Moses bilang, mereka mendirikan rumah ibadah karena gerejanya jauh. Mama pikir wajar saja, kita juga mendirikan masjid dekat rumah kita supaya lebih mudah beribadah.
Salim, Mama dulu juga punya banyak sahabat yang beragama lain dengan kita. Saat SMP, Mama punya sahabat beragama Budha. Dia seorang gadis keturunan Tiongkok. Mama lupa nama aslinya, karena dia selalu dipanggil Ling-Ling akibat matanya yang sipit dan kulitnya yang putih. Dia baik dan lembut sikapnya. Mama duduk satu meja dengan LingLing saat kelas 2 SMP.
Dia pernah bercerita bahwa dia punya 200 Tuhan dan kalau meninggal akan dibakar. Dia bilang kalau Mama lebih enak karena Tuhannya cuma satu. Kami bercerita tentang agama dan Tuhan tanpa ada saling mengejek.
Saat SMA, Mama punya dua sahabat Nasrani yang juga baik. Elizabeth, namanya. Orangnya cantik, mirip Sandra Dewi. Tutur katanya juga halus dan dia selalu memakai lip gloss. Bibirnya jadi merah merona. Mama pernah diajak ke rumahnya dan ibunya mengajak Mama makan siang bersama.
"Wah, Tante nggak tau kalian mau dateng. Jadi Tante cuma baru masak sayur bayam. Maaf ya," kata ibunya, yang luar biasa ramah. Walaupun hanya sayur bayam, rasanya lezat sekali. Sampai sekarang Mama penasaran bagaimana bisa memasak sayur bayam selezat itu?
Sebelum Mama bertanya soal babi-babian, ibunya sudah lebih dulu menjelaskan bahwa mereka tidak memasak daging babi. Jadi Mama nggak usah khawatir memakannya.
Selain Elizabeth, Mama juga berteman dengan Agatha dari kelas 1 SMA sampai sekarang. Mama juga pernah diajak ke rumah Agatha dan kami makan ketoprak bersama-sama yang dibeli dari pedagang yang lewat.
Begitulah, di sekitar kita ada orang-orang pemeluk agama lain. Dan sahabat pertamamu, sahabat masa kecilmu, bernama Moses, seorang anak Nasrani. Mama menulis ini supaya besok kamu mengingatnya. Bahwa bagaimanapun kita memang diciptakan dengan perbedaan. Yang terpenting adalah jangan pernah mengejek, menghina, dan mengolok-olok perbedaan itu.
Sebab, selain teman-teman yang baik-baik itu, ada juga yang tidak baik. Imelda, duduk di belakang kursi Mama dan LingLing. Imelda sering mengejek agama Mama sehingga kata-katanya masih Mama ingat jelas.
"Lo nggak makan babi. Babi itu enak, tau. Babi ada cacing pitanya? Kata siapa? Gue makan babi, nggak pernah nemuin cacing pita," katanya sambil terbahak-bahak. Sungguh, Mama nggak nyaman duduk di depan Imelda. Untung cuma sebentar Mama bertemu dia.
LingLing yang menghibur Mama agar Mama mengabaikan ucapan Imelda. Untunglah Mama nggak terpancing dengan ejekan Imelda karena Mama memang nggak tau juga mau balas mengejek apa. Mama nggak mempelajari agama Imelda. Buat apa mempelajari agama lain kalau hanya untuk dijadikan bahan ejekan?
Setiap agama punya aturan yang berbeda-beda. Kita harus menghormatinya agar tidak terjadi perang mengatasnamakan agama. Jangan pernah terucap dari bibir kita, ejekan-ejekan terhadap agama orang lain. Biarlah mereka beragama sesuai keyakinannya.
Salim, ingat ya, teman masa kecilmu bernama Moses. Dia seorang anak nasrani dan kamu sangat senang bermain dengannya.
Salimmmm,senyummu mengalihkan duniaku^^
ReplyDeleteperbedaan harus dikenalkan pada anak sejak dini ya agar saling menghargai
ReplyDeletesalim, jangan lupa untuk selalu memanusiakan manusia ya sayang
ReplyDeletesalam
nia
suka dengan tulisan ini mbak :)
ReplyDelete