Kaki-kaki kecilmu meninggalkan jejak di hamparan pasir
pantai yang luas. Engkau berlari dengan penuh semangat menyongsong ombak. Aku kewalahan
mengejarmu sampai napasku terengah-engah. Meskipun ombak itu kecil, tetap saja
tubuhmu yang tak seberapa beratnya itu dapat terbawa arus. Kau asyik bermain di
tengah pantai yang dangkal, hingga datang ombak yang membuat pijakanmu melemah dan
kau pun nyaris tenggelam. Untung aku sigap menangkapmu, meskipun pakaianku ikut
basah karena memelukmu. Kau gelagapan karena sempat meminum air laut, tetapi
tak lama kau kembali turun ke dalam air dan menggoda ombak dengan tawamu yang
berderaian. Salim, kau begitu menggemaskan.
Anak-anakku, aku masih ingat masa-masa ketika kalian baru
belajar berjalan. Ismail, anak pertamaku, engkau baru bisa berjalan pada usia
satu tahun tiga bulan. Di usia setahun, kau sama sekali belum bisa berjalan. Berdiri
di atas kakimu pun masih takut-takut. Sebagai ibu, aku juga dihinggapi
kegelisahan. Aku khawatir perkembangan fisikmu terlambat. Apalagi jika melihat
bayi-bayi lain seumuranmu sudah berjalan di atas kakinya sendiri, rasanya iri
sekali. Aku melatihmu berjalan setiap hari. Kita bermain di lapangan, dan aku
melepasmu, lalu kau memberanikan diri untuk berlari menyambut rentangan kedua
tanganku. Alhamdulillah, setelah tiga bulan belajar berjalan, kau berhasil
menggerakkan kakimu dalam posisi berdiri. Tidak lagi merangkak dan merambat. Aku
bahagia sekali, meskipun setelah itu aku kelelahan mengejarmu yang berlarian ke
mana saja.
“Awaas! Jangan sentuh itu!”
“Awaass! Lantainya licin! Jangan lariii!”
“Awaass! Jangan naik-naik ke atas, nanti jatuh!”
Ah, aku gagal menerapkan saran para ahli parenting untuk tidak
berteriak dan mengucapkan kata “jangan” kepada anak-anakku. Bagaimana bisa?
Kalau aku terlambat sedikit saja berteriak, engkau mungkin sudah melakukan
hal-hal berbahaya yang akan melukai tubuhmu. Aku ingat, ketika adikmu, Sidiq,
pun sudah bisa berjalan di usia setahun. Saat itu ulangtahun Sidiq yang
pertama. Mungkin karena melihat teman-teman kecilnya yang datang ke pesta ulang
tahun, sudah bisa berjalan dan berlari, Sidiq berani berdiri di atas kakinya
dan tiba-tiba berjalan sambil setengah berlari! Semua orang yang melihat
kejadian itu pun ternganga.
Sidiq, engkau bisa berjalan dan berlari sekaligus! Yah,
memang setelahnya engkau banyak mendapatkan luka karena sering terjatuh. Luka yang
masih kuingat jelas adalah luka di dahimu, luka yang sangat membuatku trauma
karena bekasnya baru hilang setelah sekian lama. Saat itu engkau mengikuti
kakakmu yang berlari ke warung dekat rumah. Warung itu memiliki tanjakan, dan
kau jatuh saat sedang menanjak. Berguling ke bawah. Aku ada di situ, tetapi
terlambat menangkapmu. Tubuhku kecapaian karena mengejar kalian berdua yang
asyik berlari ke sana kemari. Aku sedang beristirahat sejenak di bangku dekat
warung itu, dan saat itulah kejadian naas menimpamu. Dahimu terluka cukup
lebar. Seseorang menyangsikan luka itu akan hilang sama sekali. Luka itu pasti
berbekas, begitu katanya. Alhamdulillah, memang membutuhkan waktu cukup lama
untuk menghilangkan bekas luka, tetapi
kini bekasnya sudah tak ada sama sekali.
Ismail dan Sidiq, usia kalian hanya terpaut setahun.
Sesekali, aku merindukan masa-masa itu. Ketika kalian sedang aktif-aktifnya
berjalan dan berlari di atas kaki kalian yang masih lemah. Sepertinya kalian
tak kapok terjatuh. Kalian sering sekali terjatuh di atas lantai yang licin,
karena baru selesai kupel. Itu sudah pasti sakit, tapi entah mengapa kalian
masih mengulanginya dan membuatku cemas. Saat terjatuh, aku peluk dan gendong
kalian. Anehnya, kalian langsung terdiam. Seolah pelukan dan gendonganku sudah
cukup menyembuhkan luka. Maafkan Mama ya, Nak, karena Mama sering lalai menjaga
kalian.
Kini kalian sudah lincah berlari dan berjalan, meski
kadang-kadang masih pula terjatuh. Itulah kehidupan. Seberapa pun lincahnya
kalian berlari dan berjalan, kalian masih akan sesekali terjatuh. Namun,
ingatlah satu hal, ketika terjatuh, kalian harus bangun lagi. Jangan biarkan
diri kalian terus terkapar dan menangis di tengah jalan. Sekarang, Mama masih
bisa menolong dan membantu kalian untuk bangun. Esok belum tentu. Jika kalian
sudah dewasa nanti, ingatlah bahwa doa-doa Mama akan terus mendampingi kalian
di mana pun dan kapan pun berada.
Aku hanyalah seorang ibu yang tak sempurna. Sebanyak apa
pun aku membekali kalian dengan ilmu dan pengetahuan, aku hanya bisa berharap
Tuhan menjaga kalian agar dapat mengarungi kehidupan ini dengan baik dan sesuai
aturan-Nya. Termasuk menjaga langkah kaki kalian agar tidak melangkah ke tempat
yang salah. Ingatlah bahwa kelak kaki-kaki kalian itu juga akan ditanya
oleh-Nya, sudah melangkah ke mana saja. Apakah melangkah ke tempat yang baik,
atau ke tempat yang buruk. Jagalah kepercayaanku, Nak. Melangkahlah ke tempat
yang baik agar kalian senantiasa mendapatkan kehidupan yang tenang dan
diberkahi-Nya. Kelak kalian akan berpetualang mengarungi dunia ini, menggapai
tujuan hidup masing-masing. Melihat betapa luas dan indahnya bumi Tuhan ini.
Mungkin kalian akan kembali menapaktilasi tempat-tempat di mana kita pernah
menghabiskan waktu bersama. Dan mengingat bahwa aku pernah ada begitu dekat
dengan kalian.
Kini, usia kalian baru 8, 7, dan 3 tahun. Masih panjang
waktuku untuk membersamai langkah-langkah kaki kalian.
aamin semoga menjadi anak sholeh mba, dan pakai JD Kids shoes ke tempat yang baik
ReplyDeleteAamiin. Semoga anak2 kita berjalan ke jalan yang baik
ReplyDeleteSepatunya kece ya
ReplyDeleteAamiin, semoga setiap langkahnya menjadi berkah
ReplyDeleteAmin semoga setiap langkah anak-anak mama dimudahkan
ReplyDeleteAmiin....
ReplyDeleteSemoga menang ya mbaa
Sepatunyaaaaa... keceeee.
ReplyDeleteSemoga anak-anak mbak Leyla Hana selalu melangkah di jalan yang baik, jalan ridha emak bapaknya.. Amin
http://kataella.blogspot.co.id/
Semoga anak-anak kita selalu melangkah ke tempat yang baik ya mak..amin
ReplyDeleteAamiin, di dukung oleh ibu yang selalu mendoaan setiap saat Insya Allah menjadi anak-anak yang sholah
ReplyDelete“Awaas! Jangan sentuh itu!”
ReplyDelete“Awaass! Lantainya licin! Jangan lariii!”
“Awaass! Jangan naik-naik ke atas, nanti jatuh!”
heuheuheu...ini saya banget mak :(
Aamiin....moga menang
ReplyDeleteaku jadi rindu mengingat pijar dulu...belajar melangkah, terjatuh, berlari
klo lintang, pendar...9bulan tahu tahu jalan
Ehm, susah memang untuk nggak ngelarang. :(
ReplyDeletemengganti kata "jangan" itu yang sulit hi2
ReplyDeleteJD kids shoes utk anak laki aja ya?
ReplyDeleteDoa seorang ibu akan selalu menyertai anak-anaknya :)
ReplyDeleteBtw sepatunya keren, pasti nyaman dipakainya.
Aamin doa ibu akan selalu mneyertai hingga kahir hayat
ReplyDeletesemoga jagoanmu bisa selalu melangkah dengan baik di masa depannya :)
ReplyDelete