Taman Kota Sukajadi |
"Mama kok ke sini? Bukan ke sini....!" Tiba-tiba Sidiq berhenti berjalan dan tak mau mengikuti saya.
"Itu masuk ke mall, kita jalan-jalan ke sana...." Saya mencoba membujuknya.
"Nggak mau! Bukan ke sini, tapi ke sana...." Sidiq menunjuk ke arah berlawanan.
"Ke taman itu? Jauh... harus jalan kaki, mau?"
"Mau!"
Oke, tadinya saya dan anak-anak mau masuk ke dalam mall Paris Van Java yang ada tepat di depan hotel tempat kami menginap saat liburan akhir pekan di Bandung. Eh, ternyata Sidiq masih mengingat janji saya sebelumnya yang mau mengajak jalan-jalan ke taman, sekitar 500 meter dari hotel. Sebelum memasuki hotel, saya sempat melihat keberadaan taman di tengah kota itu. Tidak begitu besar, tapi lumayanlah untuk bermain-main gratis.
Saya dan anak-anak berjalan kaki dari Paris Van Java menuju ke Taman Kota Sukajadi. Untung pedestriannya cukup ramah untuk pejalan kaki, tidak ada pedagang kaki lima yang berjualan di atas trotoar. Hanya saja saya harus waspada mengawasi anak-anak agar tidak berlari ke tengah jalan raya yang padat. Kira-kira sepuluh menitan, kami sampai juga di Taman Kota Sukajadi yang asri. Jalan berbatu kerikil yang digunakan untuk terapi kaki pun menyambut kami. Namanya juga hutan kota, pepohonannya besar-besar dan rimbun. Meskipun berada di tengah-tengah kota pada waktu siang hari, udaranya sejuk.
Harusnya tanpa alas kaki nih.... |
Bergandengan tangan memasuki taman |
Awalnya, saya sempat agak takut pas mau ke tengah taman, eh kok banyak pemulung yah. Ada yang sedang beristirahat dengan tumpukan sampah di sampingnya, ada pula yang bermain dengan anak-anaknya (keluarga pemulung, maksudnya). Ah, tapi kan mereka manusia juga, kenapa takut? Ternyata anak-anak saya malah akrab dengan anak-anak pemulung itu. Mereka main bersama. Anak-anak memang tidak mengenal perbedaan sosial ya.
Anak-anak langsung berlarian menuju ke fasilitas bermain: perosotan dan jungkat-jungkit. Sayang, ayunanannya sudah tidak ada tempat duduknya. Ada orang yang kreatif mengganti tempat duduk ayunan dengan kain dan anak-anak saya pun mencobanya! Tentu saja saya larang karena khawatir kain itu kotor. Siapa yang tahu kain itu sudah diompoli atau dipakai mengelap ingus. Anak-anak pun asyik bermain perosotan dan jungkat-jungkit, sementara ibunya sibuk foto-foto hehe....
Ayunan yang sudah rusak |
Perosotan |
Jungkat-Jungkit |
Kekurangannya, bagian tengah taman itu dikotori oleh sampah dedaunan. Sedikit terlihat kurang bersih, tapi wajar saja karena di situ banyak pohon. Dibersihkan pun, pasti ada lagi. Sepertinya taman itu dibersihkan, mungkin dengan jadwal tertentu, karena sampahnya tidak menumpuk. Yang pastinya sih anak-anak senang sekali main di taman itu sampai tidak mau diajak pulang. Ternyata buat anak-anak, yang penting ada satu atau dua fasilitas bermain, sudah menyenangkan. Mereka seru-seruan bareng teman-teman di sana yang baru dikenal. Bahkan sampai dua kali beli es krim, kebetulan ada tukang es krim keliling.
Pohonnya rimbun yaaaa.... |
Sayangnya, saya yang was-was kalau mereka betah di sana, karena harga es krimnya dinaikkan beberapa kali lipat. Hadeuuh... ambil kesempatan banget ya si Abang, hehe.... Buru-buru deh saya ajak pulang anak-anak, sebelum minta es krim yang ketiga kalinya. Mang, Mang, jualan di taman kota kayak jualan di tempat wisata.
Rupanya anak-anak lebih suka main di taman ya daripada di mall. Andai di dekat rumah saya ada taman kayak gini, pasti anak-anak tidak perlu diajak ke mall melulu. Kalau di mall, main kayak begini pun kena biaya.
Wah siddiq kereen... biasanya anak anak pengennya pada k mall tp siddiq maunya ke taman...
ReplyDeleteWah, bermain di taman memang menyenangkan ya Mbak untuk anak-anak ^^
ReplyDeletenah gini nih kalau suatu kota punya taman, jadi anak-anak bisa main disana gak ke mall
ReplyDeleteaku juga lebih suka taman dibanding mall :)
ReplyDeleteTaman lebih adem, enak tuh sambil makan bareng :D heheh
ReplyDeletesiddiq gampang berbaur ya mak, sosialnya tinggi...
ReplyDeletemain di taman ?, saya suka saya suka :)
Keren juga ya mak tempatnya
ReplyDelete