Ini anak-anak saya minum ASI sampai 2 tahun |
Dua minggu lalu, saya pulang ke rumah orangtua dan ketemu lagi dengan adik saya yang baru punya bayi usia 4 bulan. Sebagai salah satu pejuang ASI (cieeeh...), saya langsung nanya dong. "Gimana ASI-nya? Masih lancar nggak?" Dan adik saya menjawab dengan emosi, "Apaan? Aku nggak bisa kasih ASI. ASI-ku nggak keluar lagi. Udah cape-cape meres ASI, eh dibuangin sama neneknya tuh. Huh!" Adik saya memang temperamennya tinggi, jadi rasanya seperti saya yang dimarahin hehe.... Kemudian, keluar deh cerita-cerita mengenai dukanya memberikan ASI.
Sejak keponakan saya lahir, saya emang ngomporin adik saya supaya kasih ASI. Walaupun kerja, kalo bisa sih tetap kasih ASI. Adik saya pun mengiyakan, dia juga rajin meres ASI sampe punya dua pompa ASI. Yang satu beli, satunya lagi hadiah. Alhamdulillah, seneng dong saya. Nah, makanya saya kaget, lah kok umur 4 bulan udah berhenti ASI dan udah dikasih makan, pula! Huhuhu.... Sampe saya cium-ciumin tuh bayi saking kasiannya. "Yah, Nak... kamu udah nggak ASI. Coba deket, ntar Bude yang kasih ASI, deh...." batin saya.
Adik saya memang bekerja kantoran. Berangkat jam 5 pagi dan pulang jam 9 malam. Itu bukan alasan buat nggak ngasih ASI. Adik saya tetap kasih ASI dengan cara memeras dan menyimpan di kulkas. Dia juga membayar orang (pengasuh) untuk menggantikan tugasnya. Masalahnya, dia tinggal dengan ibu mertua (saat itu, pilihannya memang tinggal bersama mertua, karena si pengasuh juga tinggal di sana. Ibu kami sudah meninggal). Ibu mertuanya ini rupanya yang belum mendapatkan edukasi mengenai ASI Eksklusif dan pola pikirnya masih seperti orangtua zaman dulu. ASI perah yang sudah susah payah diperah, nggak boleh dikasihkan ke bayi karena katanya sudah basi. Trus, bayinya juga udah dikasih makan sebelum 6 bulan. Bahkan, dari umur 2 bulan pun udah mau dikasih, tapi nggak boleh sama adik saya. Umur 3 bulan itu dikasih biskuit secara diam-diam, adik saya nggak tahu. Baru tahu setelah semingguan, ya udah deh... "perang" mertua menantu.
Adik saya udah ngasih tahu tentang ASI Eksklusif itu ke mertuanya, tapi jawab ibu mertuanya, "Pinteran juga gue. Gue kan udah punya anak 7, nah elo baru anak 1 udah ngajarin orangtua." Nah lho....! Mau jawab apa, coba?! Saya juga ikut pusing. Kemarin, saya suruh adik saya untuk kasih ASI lagi. Eh, ternyata bayinya masih mau! Tuh, kaaan... ASI-nya masih keluar, meskipun sedikit. Saya suruh aja kasih terus ASI-nya. Kalau ada ibunya, jangan kasih susu formula. Nanti juga ASI-nya banyak lagi. Toh, baru beberapa minggu berhenti minum ASI.
Memberikan ASI itu memang nggak mudah, bahkan ibu yang di rumah pun--seperti saya--kerap kali mengalami kesulitan. Dulu, kesulitannya itu puting lecet-lecet sampai sakit banget. Belum lagi kalo payudara mengeras dan saya menggigil panas dingin. Hampir nyerah rasanya. Syukurlah, saya masih bertahan hingga si bungsu lulus ASI Eksklusif, bahkan sampai lewat umur 2 tahun masih ASI aja nih. Yang paling terlihat hasilnya sih, badannya jadi sekel (= berisi). Ibu-ibu yang masih atau akan menyusui, mesti cari ilmu sebanyak-banyaknya supaya sukses menyusui, karena memang menyusui itu nggak mudah. Kita juga bisa MALAS menyusui lho. Saya juga pernah terserang malas menyusui. Ya gimana coba, ke mana-mana harus bawa bayi yang masih menyusu. Kalaupun nggak dibawa, harus ada pengasuh yang bisa ngasih ASI dari botol. Ribet kan? Mending bikin susu formula aja, cepet.
Menyambut penyelenggaraan Pekan Air Susu Ibu se-dunia yang dirayakan oleh lebih dari 120 negara, The Urban Mama mengadakan TUM Breasfeeding Month. Selama bulan Agustus 2015, semua tentang Breasfeeding akan menjadi tema besar di TUM. Temanya: Breastfeeding and Work, Let's Make it Work!" Pas banget kan buat adik saya itu. Biarpun kerja, tetap harus menyusui. Yang mau ikut seminarnya, info bisa dibaca di bawah ini:
Ada dua nara sumber yang akan
hadir di TUM Breastfeeding Month yaitu #TUMExpert Anna Surti Nina dan Fatimah
Berliana Monika.
Anna Surti Ariani
lebih akrab dipanggil Nina, adalah psikolog yang memiliki minat besar terhadap dunia keluarga. Meraih gelar Sarjana Psikologi dariUniversitas Indonesia pada tahun 1999 dan lulus sebagai Psikolog lewat Program Pendidikan Profesi Psikolog UI tahun 2001 dan kembali menuntaskanProgram
Magister Ilmu Psikologi Peminatan Psikologi Perkembangan di tahun 2011
di Universitas Indonesia.
Fatimah Berliana Monika
adalah Konselor Laktasi & La Leche League (LLL) Leader of Rochester South
NY, US. Lulusan S1 Fakultas Teknik Sipil&Perencanaan ITB & S2 Magister
Manajemen Universitas Indonesia, yang merupakan penulis Buku Pintar ASI dan
Menyusui adalah #TUMExpert yang rutin menulis artikel mengenai breastfeeding di
TUM.
Mama Nina dan Mama Monik
akan membahas mengenai mama bekerja dan menyusui serta tips dan trik sukses
memerah & Ruang Laktasi.
Acara TUM Breastfeeding
Month 2015 akan dilaksanakan pada:
Sabtu 8 Agustus 2015
Sabtu 8 Agustus 2015
Tempat: Landmark
Tower No. 1, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, DKI Jakarta 12190, Indonesia.
Waktu: Pkl 10.00 -
selesai
HTM: Rp 100.000
(single)/ Rp 150.000 (couple - suami istri).
Ikut yaa... dan berikan hanya ASI selama enam bulan pertama buah hati kita.
Sayang sekali, ya, kalau di usia 4 bulan sudah tidak diberi ASI. Ayo, teruskan perjuanganmu, Mak!
ReplyDeleteIbu Anna Surti ini yang jadi pembicara kemarin di transpulmin ya kalau gak salah. Keren mbak imu psikolog yang disampaikan dan gak bikin ngantuk
ReplyDeleteSalah satu tantangan masa kini, yakni berhadapan dengan mereka yang pemikirannya masih berdasarkan pengalaman jadulnya yang belum tentu semuanya benar. Mau di lawan gak enak hati karena mereka orangtua, sedangkan di biarkan juga gak bagus juga.
ReplyDeleteIni bawa anak Boleh ga ya?
ReplyDelete