Wednesday, 29 July 2015

Berlibur bersama Anak-anak ke Gunung Papandayan, Seru dan Menyenangkan!

Berfoto sekeluarga di Gunung Papandayan
Assalamu'alaikum. Mumpung senggang, saya mau cerita tentang libur lebaran yang lalu. Tak hanya diisi dengan kumpul keluarga dan silaturahim, di hari keempat lebaran, tiba-tiba saja saya terbetik ide ingin jalan-jalan ke tempat wisata. Alhamdulillahnya, suami ambil cuti cukup banyak, hampir 10 hari! Maunya sih biar bisa pulang setelah kemacetan arus balik mereda, eh ternyata tetap saja kena macet, hihihi....


Malam harinya, kami bersama keluarga besar lain yang masih tersisa di rumah mertua, ngobrol-ngobrol tentang rencana ke tempat wisata di Garut, karena kami mudiknya kan ke Garut. 

"Pengen ke Pantai Sayang Heulang lagi, nih. Murah kan tiket masuknya. Penginapannya juga murah, cuman Rp 200 ribu semalam. Yah paling sekarang naik berapa. Bisa dipake rame-rame," celetuk saya, yang langsung ditanggapi oleh adik-adik ipar. Mereka kasih alternatif tempat wisata lainnya, dan ujung-ujungnya kami sepakat ke Gunung Papandayan, karena....

"Tempatnya lebih deket, cuma 1 jam perjalanan. Kalau ke Sayang Heulang kan 3 jam-an. Nggak perlu nginep juga, sampe sore aja jalan-jalannya," kata adik ipar.

"Asik, ntar bisa foto-foto!" tambah adik ipar yang lain.

Oke, deh. Sepakat. Saya sih ke mana aja boleh, yang penting jalan-jalan biar di rumah mertua mulu nggak bosan. Liburannya masih 3 hari lagi. Besok paginya, kami siap-siap berangkat. Antri mandi dari jam 4 pagi, hehe... Jam 9, baru selesai semua. Maklum, yang ikut banyak. Apalagi kebanyakan anak-anak, tahu sendiri kan mereka paling malas disuruh mandi pagi-pagi, mana cuaca di Garut dingin banget. Dua di antaranya masih bayi, lho. Coba gimana caranya mendaki gunung sambil gendong bayi?
Jalan menanjak ke atas gunung

Perjalanan ternyata nggak begitu mulu. Memasuki wilayah Cisurupan, dekat Gunung Papandayan, kami agak terhambat oleh kemacetan. Sepertinya banyak yang mau wisata mudik juga ke Gunung Papandayan. Ada tiga mobil yang digunakan, tapi mobil yang terakhir punya adik ipar, menyusul ikutnya. Mobil pertama sudah lebih dulu sampai di Gunung Papandayan. Mobil saya dan keluarga, berhenti dulu di depan masjid kuning yang nggak ada namanya (nggak ada tulisan nama masjid ini), karena menunggu mobil ketiga. Dipikir-pikir, ngapain juga ya ditungguin? Lah wong mobil pertama aja udah meluncur duluan. Daaaan.... Salim pipis di celana! Hihihi....
Asyik foto-foto di atas gunung

Salim udah nggak pake diapers, termasuk kalau bepergian. Biasanya sih dia ngomong mau pipis, tapi entahlah itu kenapa nggak ngomong. Untungnya kami berhenti di depan masjid, jadi saya langsung giring aja anak itu ke toilet masjid. Sayang, toiletnya kurang bersih, dan harus bayar juga. Yah, biasanya kan toilet masjid itu gratis. Mungkin karena emang sering disinggahi para pelancong, jadi ada tarifnya ya. Nggak apa-apa sih, toh cuma Rp 2 ribu. Ayah beli diapers dulu di minimarket terdekat. Syukurlah, saya bawa celana cadangan untuk anak-anak. 

Setelah kurang lebih 1 jam menunggu, mobil ketiga pun sampai. Kami segera melanjutkan perjalanan ke atas Gunung Papandayan. Udara semakin sejuk, panorama di kanan kiri pun sangat menakjubkan. Pohon Cemara sungguh-sungguh ada di sana, seperti lagu anak berikut ini:

Naik-naik ke Puncak Gunung
Tinggi-tinggi sekali....
Kiri kanan, kulihat saja, banyak Pohon Cemara....

Akhirnyaa... sampailah kami di tempat pembayaran tiket untuk masuk ke Gunung Papandayan. Per orang kena tarif Rp 7.500, anak-anak gratis. Mobil juga kena tarif Rp 15.000. Kirain udah, eh begitu mau parkir, kena tarif lagi Rp 10.000. Bingung, sih, tapi ya sudahlah. Bau belerang dan panorama pegunungan kapur pun terlihat. Nggak heran, sandal dan baju bisa jadi putih-putih karena bebatuan kapur yang dipijak. Setelah parkir mobil, dilanjutkan dengan jalan kaki. Nggak mungkin juga mobilnya ikut naik ke atas. Jalannya sudah nggak mulus seperti sebelumnya. Jalan menanjak dengan matahari yang bersinar terik, tapi nggak terasa panas karena udara pegunungan yang sejuk. Dipikir-pikir, aneh juga ya. Matahari terik, tapi udaranya tetap sejuk. Pedagang makanan dan minuman kecil berjualan juga sampai ke atas gunung, lho.

Anak-anak ceria di atas gunung

Anak-anak nggak keliatan cape, walaupun tadi harus jalan menanjak agak jauh dengan kondisi jalan yang rusak. Mereka keliatan seneng banget bisa berdiri di atas gunung. Khusus si kecil digendong ayahnya. Si Ayah pun masuk angin sampai beberapa hari. Setelah puas foto-foto, kami pun beranjak pulang. Memang hanya sebentar, karena nggak ada persiapan menginap. Selain bawa banyak anak, juga karena masih momen lebaran. Mesti istirahat untuk persiapan fisik silaturahim lagi. Masih banyak saudara yang belum didatangi, hehehe....

Salim digendong ayahnya

Pulangnya, kami mampir dulu ke Saung milik saudara suami adik ipar. Enaknya gini yak, punya saudara di mana-mana, jadi deh gratis. Makanannya sih bawa dari rumah, Ibu Mertua sudah nyiapin banyak  bekal untuk kami semua. Anak-anak juga masih asyik bermain di sekitar Saung yang pemandangannya tetap indah. Masya Allah deh, gunung memang eksotis!  Alhamdulillah, anak-anak nggak rewel dan malah seneng bisa jalan-jalan. Sidiq malah nggak mau pulang, hihihi... Airnya? Subhanallah! Dingin sekali seperti air es. Lebih dingin daripada air di rumah Ibu Mertua saya, padahal itu juga udah dingin. Kalau saja bukan karena cuaca mendada mendung dan gerimis turun, kami mungkin masih betah di sana.

Tips jalan-jalan ke gunung bareng anak-anak:
  1. Siapkan perbekalan secukupnya: makanan, cemilan, minuman, dan lain-lain.
  2. Siapkan baju ganti untuk berjaga-jaga kalau-kalau diperlukan.  
  3. Pakai jaket, khususnya untuk anak-anak, karena udara dingin bisa masuk angin.
  4. Siapkan juga obat-obatan seperti obat anti masuk angin, obat sakit perut, dan minyak kayu putih. 
  5. Kalau perlu, bawa mainan supaya anak-anak anteng berada di dalam mobil. 
  6. Bawa kamera dong untuk mendokumentasikan kenangan berlibur bersama anak-anak.
Persiapannya segitu aja, karena kami nggak menginap. Lain halnya kalau menginap, mungkin harus lebih banyak lagi ya perbekalannya. Bagi saya sendiri, berlibur bersama anak-anak termasuk salah satu agenda penting yang harus rutin kami lakukan pada masa tumbuh kembang mereka. Mengapa? Karena momen anak-anak itu sangat berkesan dan nggak akan terulang. Pengalaman saya pun, sampai hari masih terkenang momen berlibur bersama orang tua. Ketika beranjak dewasa, sulit untuk mengulang momen indah tersebut karena anak-anak sudah punya dunia masing-masing dan orang tua pun fokus cari uang untuk biaya sekolah yang makin tinggi.



5 comments:

  1. anak2 gak cape ya mak naik ke atas gitu....

    ReplyDelete
  2. aq belum pernah sih ngajak anak ke gunung, tp waktu mudik kemarin ke bumi perkemahan yg jalanannya nanjak karena ada di kaki gunung. seru ya..!!

    ReplyDelete
  3. Sampai kawahnya ja ya Mba? Pasti seru banget tuh buat anak-anak. Saya juga pernah ketemu ortu yang ngajak anaknya sampai puncak papandayan malahan http://www.nianastiti.com/2014/10/new-adventure-mendaki-gunung-papandayan.html .
    Jadi pengen ke sana lagi, eidelwisnya bagus :D

    ReplyDelete
  4. Jiaaah aku aja baru tau ada Pulau Jemur. Langsung googling :D

    ReplyDelete
  5. aku belum pernah ngajak anak-anak ke Gunung, jadi pengen ke gunung hehhehe

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^