Salim, 2,7 tahun, sehat terus yaaa.... |
Salim, putra bungsu saya yang
kini berusia 2,7 tahun, sudah mulai
banyak berceloteh dan mengeluarkan kosa kata baru. Sekarang dia sedang suka
ngomong “Gak Mau.”
“Salim, mandi yuuk….”
“Gak mau!”
“Salim, bobo yuuk….”
“Gak mau!”
“Salim, maem yuuk…”
“Gak mau!”
Duh, apa-apa kok “gak mau”? Mamanya
harus punya trik nih supaya kata “gak mau” itu jadi “mau.” Apalagi kalau sudah
berurusan dengan makan. Anak dalam masa pertumbuhan kan memang harus banyak
makan makanan bergizi. Lain halnya kalau sudah emak-emak seperti saya, justru
harus diet karena perut sudah menggelembung dan tonjolan lemak di sana-sini,
hehe….
Saya sering iri melihat ibu-ibu
yang anak-anaknya tidak mengalami kesulitan saat disuruh makan. Ada lho anak
bayi dan balita yang makannya lahap, sampai-sampai ibunya malah mengeluh, “Ini
anak makannya banyak banget, bingung masakinnya.” Herannya, anak-anak saya
termasuk anak yang susah makan. Terutama pada rentang usia 1-3 tahun. Entah
kenapa, mungkin sudah dari sananya. Kebiasaan itu khas, dari anak yang sulung
sampai yang bungsu.
Saat mereka mulai masuk usia 6
bulan, saya sudah menyiapkan berbagai resep olahan MPASI. Niatnya sih mau
memberikan mereka MPASI buatan sendiri yang bergizi dan bervariasi. Tak disangka,
anak-anak saya susah makan semuanya. Mereka lebih suka mengisap ASI,
seolah-olah ASI itu bisa menggantikan makanan padat. Ya iya, kalau usianya
masih di bawah 6 bulan, kalau sudah di atas 6 bulan? Saya masih ingat reaksi
anak-anak ketika saya memasukkan bubur bayi buatan sendiri ke mulut mereka,
bubur bayi itu dimuntahkan, bahkan semua yang di dalam perut mereka pun
dimuntahkan. Hiks, betapa sedihnya hati saya.
Kejadian itu berlangsung terus
sampai usia 3 tahun, sehingga mereka tidak punya jam makan makanan padat yang
tetap. Akhirnya, saya menyiasatinya dengan banyak memberikan cemilan. Lho, kok
cemilan? Iya, cemilan, tapi cemilan yang mengandung gizi seimbang, sehingga
kebutuhan gizi mereka terpenuhi. Cemilan yang berbentuk cemilan, tapi sesungguhnya
mengandung gizi yang setara dengan makanan padat. Mereka juga tetap makan nasi,
tapi tidak tiga kali sehari. Seringnya sih dua kali sehari dengan porsi tidak
banyak (karena memang anak-anak tidak suka makan nasi), tapi porsi cemilannya
yang banyak. Jangan sampai anak-anak
kurang gizi hanya karena tidak suka makan nasi.
Menurut data terkini dari Global Nutrition Report (2014),
Indonesia mengalami masalah gizi kompleks. Sebagian besar bayi di Indonesia
berperawakan pendek (stunting) dan
kurus (wasting), yang merupakan
gejala klinis dari kasus gizi salah. Gizi
salah ini berbeda dengan gizi buruk. Gizi salah artinya bayi kekurangan atau
kelebihan zat gizi tertentu yang terjadi akibat kesalahpahaman dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi pada seribu (1000) hari pertama pertumbuhannya.
Waaah…. Ternyata kelebihan zat
gizi tertentu pun bisa mengakibatkan gizi salah? Jujur, saya baru tahu nih
permasalahan mengenai gizi salah ini. Dan ternyata, inilah masalah gizi yang
mengenai masyarakat kelas menengah. Lain dengan gizi buruk yang mengenai
masyarakat miskin. Kebetulan, pendapatan keluarga saya termasuk ke dalam
kelompok masyarakat menengah: miskin, Alhamdulillah tidak. Kaya juga belum.
Sedang-sedang saja hehehe….
Makanya saya heran, anak-anak
dari keluarga yang cukup mampu kok tapi tubuhnya kurus dan pendek? Kalau kurang
makan, sepertinya tidak. Mungkin malah kelebihan gizi atau terkena kasus gizi
salah. Itu sebabnya, WHO (World Health
Organization) merekomendasikan pemberian makanan bayi yang harus mencakup
tiga hal:
Inisiasi Menyusui DIini (IMD): diberikan ketika bayi baru
dikeluarkan dari perut Ibu, lalu bayi diletakkan di atas perut Ibu dan mulai
menyusu. Saat itu, ASI memang belum keluar, tapi bayi sudah belajar mengisap.
ASI yang pertama keluar itu mengandung kolostrum yang baik untuk kekebalan
tubuh bayi. Warna ASI-nya kekuning-kuningan. Kolostrum ini hanya ada pada ASI
yang pertama keluar, lho. Makanya, IMD ini penting.
ASI Eksklusif minimal selama 6 bulan: Alhamdulillah, saya berhasil
memberikan ASI Eksklusif 6 bulan kepada dua anak saya. Kalau yang sulung agak
kurang berhasil, karena usia 5 bulan sudah kesundulan dan ASI-nya harus
dihentikan (menurut saran Bidan). Pemberian ASI Eksklusif ini tak hanya
memudahkan Ibu, tapi juga menyehatkan dan menguatkan bayi. ASI adalah hak bayi,
yang harus diberikan bila Ibu sangat mampu untuk memberikannya. Dua anak
saya yang diberikan ASI Eksklusif 6
bulan ini tulangnya lebih padat berisi, tidak mudah sakit, tubuhnya tidak gemuk
tapi juga tidak kurus (kalau kata orang Jawa itu “sekel”). Perkembangan
motoriknya juga relatif lebih cepat, seperti: duduk, berjalan, berbicara, dan
kepintaran-kepintaran lain.
Pemberian Makanan Pendamping ASI dimulai dari usia 6 bulan, sambil
tetap melanjutkan pemberian ASI: usus
bayi baru bisa mencerna makanan padat setelah usia 6 bulan, saat itulah MPASI
bisa diberikan. Saya memberikan MPASI sesuai usianya. Misal: kalau baru mulai
belajar makan, saya kasih buah-buahan dulu (pisang, alpukat, wortel, jeruk, dan
sebagainya). Kemudian, di usia 9 bulan, saya kasih bubur saring dan bubur tim.
Seterusnya, sampai dia bisa mengunyah makanan-makanan keras, baru deh saya
kasih nasi dan lauk pauk yang lembut. Sekarang, Salim sudah bisa makan nasi dan
lauk pauknya, tapi anaknya pembosan. Ibunya harus kreatif nih membuatkan
makanan. Kalau sedang tidak mau makan, saya membuatkan cemilan-cemilan.
Beberapa resep cemilan yang saya
buat, sudah pernah saya bagikan resepnya di sini. Ada siomay, batagor, bolu
kukus, dan kue kering. Jujur saja, saya belum pandai membuat variasi cemilan,
karena masih belajar masak hihihi…. Apalagi, saya belum memiliki peralatan
memasak yang lengkap *kode buat suami.
Mudah-mudahan nantinya saya bisa membuat lebih banyak lagi variasi cemilan
untuk anak-anak. Lagipula, saya masih ragu apakah kandungan gizinya sudah
benar? Berdasarkan acuan label gizi
produk pangan yang dirilis oleh BPOM (2007), kebutuhan energi bayi usia 6
bulan meningkat hingga 1,5 kali lipat, kebutuhan proteinnya meningkat 2 kali
lipat, kebutuhan karbohidratnya meningkat 2,4 kali lipat, dan kebutuhan zat
besinya meningkat 26 kali lipat.
Saya belum pernah memberi makan
anak-anak dengan mengukur kandungan gizinya. Pakai apa pula ya mengukurnya?
Saya hanya mengira-ngira saja. Kalau bahan makanan A mengandung karbohidrat, B
mengandung lemak, C mengandung zat besi, dan sebagainya. Padahal, proses
pemasakan kerap kali mengurangi kandungan gizi tersebut. Itulah mengapa ada
yang disebut dengan MPASI Fortifikasi.
Fortifikasi bertujuan mengembalikan komponen zat gizi penting yang hilang pada
saat pemrosesan makanan, seperti penggilingan padi menjadi beras. Pada MPASI
Fortifikasi, ditambahkan satu atau lebih zat gizi mikro, seperti vitamin dan
mineral. Misalnya, 30 gram tepung berat tanpa fortifikasi zat besi, hanya
mengandung 0,1 mg zat besi. Sedangkan pada 30 gram tepung beras susu yang telah
difortifikasi, mengandung 2,25 mg zat besi. Wuiiih… banyak juga ya
tambahannyaa….
Otomatis, MPASI Fortifikasi ini
memungkinkan anak mengonsumsi nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
hariannya, terutama selama 1000 hari
pertama pertumbuhannya yang akan menentukan perkembangan fisiknya saat dewasa
nanti. Diharapkan, anak-anak Indonesia tidak lagi pendek dan kurus karena
kebutuhan gizinya terpenuhi dengan baik. Jadi, tidak ada salahnya menggunakan
MPASI Fortifikasi ini, yang dibuat oleh industri makanan bayi. WHO dan UNICEF
mengeluarkan Global Strategy for Infant and Young Child, yang di dalamnya
berisi keterangan bahwa makanan tambahan yang diproses oleh industri makanan
bisa menjadi pilihan Ibu dalam memberikan makanan tambahan yang mudah
disiapkan, mencukupi kebutuhan nutrisi bayi, dan aman dikonsumsi.
Apa maksudnya “AMAN”? Menurut Regulasi SNI 01-7111-1-2005, butir ke-5,
disebutkan bahwa penggunaan pengawet makanan buatan tidak diperkenankan pada
produk MPASI. Nah, tuh, Bu… padahal, cemilan-cemilan biasa yang dijual di
warung-warung itu rata-rata menggunakan pengawet buatan. Kalau sembarangan
memberikan cemilan juga tidak baik. Harus pintar-pintar deh memilih cemilan
yang aman untuk anak-anak.
Oleh karena itu, selain
membuatkan cemilan sendiri untuk anak-anak, saya juga memberikan cemilan dari
MILNA yang diproduksi oleh Kalbe Nutritionals. Kalau menyebut merk MILNA, pasti
sudah tidak asing lagi. Sewaktu anak-anak
masih bayi, saya juga memberikan MPASI bubur bayi MILNA, selain bubur
bayi buatan sendiri. Nah, untuk cemilannya, MILNA juga punya dua varian produk
yang sangat disukai anak-anak, terutama si bungsi. Kakak-kakaknya juga ikut
makan, soalnya memang enak.
BISKUIT MILNA (MILNA TODDLER BISKUIT)
Makan biskuit, siapa yang tidak
suka? Anak-anak saya sudah bisa makan biskuit sejak usia 9 bulan, terutama
kalau gigi mereka sudah tumbuh. Biskuit MILNA ada dua rasa: keju dan cokelat.
Salim paling suka yang rasa keju, karena gurih sekali. Tahu sendiri kan
anak-anak itu suka makanan ringan yang gurih-gurih. Daripada dikasih
chiki-chiki yang mengandung MSG, mending dikasih biskuit MILNA rasa keju ini.
Rasa gurihnya berasal dari keju asli. Biskuit MILNA mengandung kalsium, zat
besi, vitamin C, 11 Vitamin, dan 6
Mineral.
Biskuit Milna rasa keju dan cokelat |
Bangun tidur, langsung makan biskuit Milna :D |
Pudding Instan MILNA (MILNA TODDLER INSTAN PUDDING)
Anak-anak saya suka sekali makan
pudding yang kenyal seperti agar-agar. Pudding susu MILNA ini ada tiga rasa:
Strawberry, Vanila, dan Cokelat. Di antara ketiganya, anak saya paling suka
yang rasa cokelat. Praktis sekali
membuatnya, hanya ditambah dua gelas air mendidih. Jadi, tidak perlu dimasak.
Cukup diaduk-aduk dengan air mendidih. Ibu
bisa membuat puddingnya sekaligus banyak, lalu ditaruh di kulkas. Nanti
anak-anak bisa makan kapan saja kalau mau. Si sulung, Ismail, juga membawa
pudding ini ke sekolah sebagai tambahan bekal makan siang. Beberapa waktu lalu,
dia mengeluh karena bekal makananannya tidak ada pudding, sedangkan bekal
makanan punya temannya ada pudingnya. Yah, namanya juga anak-anak, maunya sama
dengan teman-temannya hehehe….
Tiga varian Milna Toddler Instan Pudding |
Mudah membuatnya, tinggal tambah air mendidih |
Setelah jadi, simpan di kulkas dulu biar mengeras |
Nyaaam... puddingnya enaaak.... |
MILNA Pudding Instan dapat diberikan kepada anak
di atas usia 12 bulan, mengandung kalsium dan 10 vitamin (lemak, protein,
karbohidrat, vitamin A, C, D3, E, B1, B2, Niasin, Kalsium, dll), bermanfaat
untuk pembentukan tulang dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi.
Kandungan zat gizi mikro dan makro
berfungsi untuk membantu pertumbuhan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 42 (2013) melalui Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi yang merupakan wujud komitmen pemerintah untuk memerangi
masalah kekurangan gizi anak, diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan
masyarakat Indonesia akan pemenuhan AKG (Angka Kecukupan Gizi Anak). MILNA
biskuit bayi dan pudding instan ini dapat memenuhi AKG, karena ikut mendukung
program pemerintah. Kandungan nutrisinya paling lengkap di antara produk-produk
MPASI lain yang ada di pasaran. Bukan itu saja. MILNA juga sesuai dengan regulasi
SNI yang berlaku, yaitu tidak mengandung pengawet. Bahan baku yang digunakan
memiliki kadar air dan aktivitas air yang rendah, sehingga mencegah
berkembangnya bakteri pathogen. Dikemas dalam alumunium foil, sehingga kedap
udara, juga dapat mencegah berkembangnya bakteri pathogen. Menjamin produk aman
dikonsumsi hingga 18 bulan dari proses produksi, tanpa bahan pengawet.
Hebatnya lagi, untuk memfasilitasi ibu-ibu yang
senang mengabadikan momen-momen perkembangan emas si kecil, MILNA mengadakan
kompetisi BAYI HEBAT MILNA 2015
untuk bayi hebat usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Sebuah program nasional
yang membuka kesempatan bagi para Ibu di seluruh Indonesia, untuk merayakan pencapaian
milestone buah hati. Untuk mempermudah memperoleh produk-produk MILNA, Kalbe
Nutritionals telah menghadirkan layanan terbaik
untuk semua pelanggan, yaitu melalui strategi layanan konsumen terpadu,
termasuk dengan menghadirkan layanan konsumen KALBE Customer Care 0800-140-2000 (bebas pulsa), layanan pesan
antar KALBE Home Delivery 500880,
layanan pesan online KALBE e-Store
(www.kalbestore.com), hingga eksistensi KALBE Nutritionals di ranah digital
melalui kanal-kanal jejaring sosial, yang bertujuan untuk semakin mendekatkan
diri, dan memudahkan para pelanggan untuk menjangkau produk-produk Milna.
Jadi ibu harus berusaha untuk selalu kreatif dan mencari solusi yang bu.
ReplyDeleteanakku udah 3 tahun lebih, ga bisa ikut ya??
ReplyDeletededeknya ngemil2 sehat ya...doyan banget tuh sepertinya...aku dikasih pastinya doyan juga hahaha
ReplyDeletewah sekaarng produk2 seperti itu sudah banyak ragamnya tidak kayak aku dulu, semua serba harus bikin sendiri, untungnya anak2ku gak susah makan
ReplyDeletebayi hebat...anak hebat...ibu juga hebat..
ReplyDeleteIni cemilan kesukaan anakku waktu mereka bayi nih...sekarang dah banyak ya variannya
ReplyDeleteboleh minta gak milnanya ganteng :)
ReplyDeletePuding instant itu gampang banget ya bikinnya .
ReplyDeletesaya baru tahu kalau milna ada pudingnya mbak hehe
ReplyDeletewah mbak alhamdulillah..baru ingat kalau milna bukan hanya bubur tapi juga ada biskuit dan puding nya :D
ReplyDeletekalau cemilan lain rata rata kadar gula nya tinggi ya..ini yg bikin anak susah tidur malam..loncat loncatan terus
sukses lombanya
Nai dulu doyan juga sama pudingnya. Gutlak yaaaa Mbak :)
ReplyDelete