Friday, 6 February 2015

Keajaiban Sedekah: dari Besar sampai Besar Sekali



Memberi itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang kaya, karena kita hanya bisa memberi bila  memiliki sesuatu untuk diberi. Sedangkan, meminta adalah pekerjaan orang miskin. Bila kita masih suka meminta, masih merasa kekurangan sehingga harus diberi, berarti kita masih miskin. Sekarang tinggal kita yang memilih, ingin menjadi orang kaya atau orang miskin? 


Beberapa waktu lalu, saya pernah mengikuti kicauan seorang pakar sedekah. Dia menjanjikan keuntungan berkali lipat dari sedekah yang kita berikan. Lalu, ada pengikutnya yang bertanya, “saya sudah sedekah 10% dari gaji, tapi kenapa sampai sekarang saya belum juga mendapatkan balasan dari sedekah itu?” Si pakar sedekah itu menjawab, “tunggu sebentar lagi, Anda akan mendapatkan balasan tujuh kali lipat.” Saya pun membalas kicauan itu, “sedekah itu diniatkan untuk Allah, bukan sekadar menginginkan balasan materi berlipat-lipat.” Eh, saya malah diomeli oleh si pakar sedekah. 
 
Seorang artis Indonesia yang terkenal dan sudah memakai hijab, juga pernah diwawancarai dalam sebuah tabloid,  bahwa dia baru saja kehilangan uangnya di ATM dalam jumlah banyak. Dia  bilang, “padahal saya sudah sedekah, eh uang saya malah hilang. Harusnya kan uang saya nambah.” Nah, lho! Dia juga pasti sudah terbakar motivasi sang pakar sedekah. 

Apakah niatan kita bersedekah hanya untuk mendapatkan balasan tujuh kali lipat sebagaimana yang dijanjikan Allah? Ya, tentu saja, bila kita yakin, kita akan mendapatkan balasan itu. Tapi, sungguhkah niat kita bersedekah hanya untuk itu? Jujur saja, saya juga pernah lho tergoda mengikuti hitungan-hitungan seorang ustaz sedekah. Beliau bilang, coba bersedekah dan tunggu balasannya dalam waktu tujuh hari. Setelah bersedekah itu, saya tunggu sampai hari ketujuh. Ah, mana balasannya? Buktinya, saya tidak dapat apa-apa tuh. Sejak itu, saya tidak percaya lagi dengan hitung-hitungan sedekah.  Saya berhitung, kalau sedekah Rp 700 ribu, balasannya nanti 700.000 x 7, yang akan didapatkan di hari ke-7. Nyatanya, saya tidak mendapatkan itu.

Memberi memang hanya bisa dilakukan oleh orang kaya, karena hanya dengan memberi-lah kita disebut “kaya.” Secara otomatis, ada atau tidak adanya balasan materi, kita sudah disebut “kaya” karena sudah memberi. Sekali lagi, hanya orang kaya yang bisa memberi. Jadi, jika Anda ingin kaya, banyaklah memberi. 

“Perusahaan-perusahaan yang sukses itu pasti banyak memberi. Contohnya, kantorku. Pemilik perusahaannya jor-joran kasih sedekah ke badan-badan amal,” cerita suami saya, beberapa hari yang lalu. Sekadar pemberitahuan, perusahaan tempat suami saya bekerja itu bukan milik orang Islam. Pemiliknya bahkan bisa dikatakan tidak beragama. Di kartu identitas mungkin tertulis agamanya apa, tapi dalam kehidupan sehari-hari bisa dikatakan tuhannya adalah uang. Ya, uang. Agama sekadar status di kartu identitas. Dia memberikan sedekahnya kepada badan-badan amal yang dikelola oleh agama lain (bukan Islam). Jadi, bisa dikatakan, dia bersedekah bukan karena dia mengetahui bahwa dalam agama Islam, sedekah itu akan mendapatkan balasan tujuh kali lipat. Barangkali, niatnya memberi  itu datang dari lubuk hatinya yang terdalam. Kebutuhannya sebagai seorang manusia. Sejatinya, semua manusia butuh memberi. Keinginan untuk memberi itu ada dalam diri kita, hanya kadang kita dibutakan oleh nafsu ingin menguasai semuanya sendirian.   

Nah, masa kita yang muslim harus dipaksa bersedekah dengan iming-iming mendapatkan balasan berkali-kali lipat? Lagipula, balasan sedekah itu tak selalu berupa materi (uang, benda-benda). Ada kalanya balasan sedekah itu berupa kesehatan, keselamatan, panjang umur, nasib baik, dan sebagainya. Misalnya begini, seharusnya Anda mendapatkan musibah, entah itu kebakaran, kemalingan, dipecat dari pekerjaan, kecelakaan, dan sebagainya, tapi karena Anda bersedekah, Anda terhindar dari semua itu. Itulah yang saya dan suami saya yakini. Keajaiban sedekah itu kami rasakan dalam bentuk kesehatan, keselamatan, rejeki yang cukup, dan lain-lain. Tak harus jumlahnya tujuh kali lipat dari uang yang kami sedekahkan. 

Terlalu banyak keajaiban sedekah yang sudah saya rasakan. Saya sulit memilih salah satu yang paling ajaib. Malahan yang saya ingat adalah akibat dari tidak bersedekah. Yap, kami pernah melalaikan sedekah karena merasa sedang tidak punya uang. Gaji habis untuk kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain. Sebenarnya kalau mau dipaksakan sih bisa ya. Eh, kami malah pulang kampung.  Ongkosnya kan lumayan. Dalam perjalanan pulang kembali ke Jakarta, suami lepas kendali dan mobil kami pun menabrak mobil orang. Nggak apa-apa sih, cuman penyok sedikit. Yang penyok itu mobil orang yang kami tabrak, karena badan mobilnya dari kaleng jadi gampang penyok (hehehe… ini becandaan suami). Lah, cuman kena cium sedikit, sudah penyok. 

Saat itulah, pertama kalinya saya lihat suami saya gemetaran. Kami benar-benar kehabisan uang, eh diminta ganti rugi Rp 500 ribu. Uang segitu sih kecil kalau sedang punya uang, lah kami baru habis-habisan. Katanya nggak punya uang, tapi pulang kampung. Untunglah, saya bawa uang belanja yang sudah dipaskan untuk sebulan. Suami pinjam dulu, urusan pun beres. Tapi, sampai di Jakarta, kami harus menggadaikan mas kawin saya dulu, supaya bisa mengganti uang belanja itu. Sepanjang jalan, suami bergumam, “ini mungkin gara-gara aku belum bayar zakat.” 

Setiap bulan, kami memang menyisihkan uang untuk zakat, infak, dan sedekah. Zakat penghasilan itu wajib, karena gaji suami sudah melampaui nisab. Infak dan sedekah tidak wajib, tapi kalau mau memberi ya bagus sekali. Itu jangankan sedekah, zakat saja diabaikan. Akibatnya kami jadi dapat musibah. Alhamdulilah, musibahnya tidak besar. Tidak sampai menghancurkan mobil dan kehilangan nyawa, naudzubillahimindzalik…. 

Hukuman yang paling mengerikan adalah dilaknat Allah Swt dan Rasul-Nya karena tidak mau berzakat dan bersedekah, sebagaimana yang dialami oleh Tha'labah ibn Hathib yang menyebabkan turunnya ayat, "Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, "sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pasti kami akan bersedekah, dan pasti kami termasuk orang yang saleh." Maka, setelah Allah memberi sebagian karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka memang orang yang selalu membelakangi (kebenaran)." (at-Taubah: 75-76).

Alkisah, Tha'labah meminta didoakan oleh Rasulullah Saw agar dijadikan orang kaya. Walaupun Rasulullah sudah mengatakan bahwa kekayaan Tha'labah sudah cukup, dia tetap minta didoakan dan berjanji akan banyak bersedekah dan beribadah bila telah menjadi orang yang kaya. Rasulullah Saw pun mendoakan sehingga Tha'labah menjadi orang yang sangat kaya. Ternyata, harta kekayaan itu justru menyibukkan Tha'labah sehingga tidak lagi rajin beribadah. Tak hanya itu, Tha'labah pun menolak berzakat dan bersedekah, sehingga Rasulullah marah kepadanya.

Lalu, turunlah ayat di atas yang menandakan kemarahan Allah Swt kepada Tha'labah. Tha'labah yang ketakutan mendapatkan azab sebagaimana Qarun di zaman Nabi Musa (Qarun ditenggelamkan oleh Allah Swt ke dalam tanah bersama harta-hartanya karena menolak berzakat, itu mengapa sampai hari ini ada sebutan "Harta Karun" untuk menyebut harta yang berasal dari dalam tanah), akhirnya menyerahkan zakatnya, tapi.... Rasulullah Saw keburu meninggal dunia! Tha'labah memberikan zakatnya kepada Abu Bakar Ash Sidiq, pemimpin Islam setelah Rasulullah, dan ditolak. Tha'labah kemudian memberikannya kepada Umar ibn Khattab, pengganti Abu Bakar, dan ditolak juga! Sampai akhir hayatnya, tak ada kejelasan mengenai nasib Tha'labah apakah mendapatkan ampunan Allah atau tidak.
Di dalam Islam, seorang wanita tidak diwajibkan mencari nafkah. Akan tetapi, bila dia memiliki penghasilan dan diberikan kepada keluarganya, maka itu disebut sedekah dan mendapatkan pahala sedekah. Lain halnya dengan laki-laki yang wajib mencari nafkah, pemberiannya kepada keluarganya tidak disebut sedekah. Saya masih punya adik bungsu yang butuh biaya sekolah, sementara ibu sudah meninggal dan ayah sudah pensiun. Uang pensiun tak seberapa. Penghasilan dari menulis, sebagian saya sedekahkan untuk adik saya.  Keajaiban sedekah itu terasa nyata, bila saya baru saja memberi untuk adik saya (atau bahkan baru niat memberi), tahu-tahu ada saja balasannya, dan itu cepat sekali datangnya.

Baru bersedekah, dapat hadiah mesin cuci ini dari sebuah kuis :-)
 
Pernah, adik saya meminta uang untuk kebutuhan sekolah ketika saya juga sedang pas-pasan. Saya paksakan untuk memberi. Yakin bahwa Allah akan mudahkan rejeki saya. Tak dinyana, hanya beberapa hari kemudian, saya menang kuis berhadiah besar. Kejadian yang mirip-mirip dengan itu, sudah beberapa kali terjadi. Alhamdulillah, semoga itulah berkah dari sedekah. Beberapa waktu lalu, adik saya mengirim sms meminta bantuan untuk biaya PKL (Praktek Kerja Lapangan). Padahal, rekening saya sedang kosong. Uang muka buku yang baru terbit sudah dipakai suami untuk menambahi kebutuhan keluarga. Saya bingung,  bagaimana membantunya? Saya sms suami, apakah ada uang? Suami ada, tapi juga mepet sekali. Kami pun sepakat untuk berhemat di akhir bulan. Namun, sebelum suami sempat mentransfer uangnya untuk membantu adik saya, tiba-tiba suami mengabarkan kalau di rekening saya ada uang beberapa juta.

HAH? Saya kaget bukan main. Sampai hari ini, saya masih belum tahu siapa yang mentransfer uang itu. Barangkali dari penerbit, entah dari royalti buku yang mana, belum ada laporannya. Bismillah saja, saya kirimkan sebagian untuk biaya sekolah adik saya itu. Sisanya belum berani saya pakai karena masih belum tahu itu dari mana, hehehehe…. (bila ada di antara Anda yang pernah kirim uang ke rekening saya, tolong kasih tahu ya :D). Saya yakin, itulah keajaiban sedekah, bahkan sebelum saya bersedekah. Niat saja sudah dicatat oleh Allah dan diberikan kemudahan untuk melakukan kebaikan jika kita sungguh-sungguh ingin berbuat baik. Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan untuk berbagi, bagaimanapun kondisinya. 




10 comments:

  1. senyum baca yang artis itu hehe....paling enak emang lillahi ta'ala ya mbak,ngalir aja gitu :)

    ReplyDelete
  2. aku benar2 percaya dengan kekuatan sedekah ini mbak...janji Allah benar2 nyata...

    ReplyDelete
  3. Kekuatan sedekah memang nyata mak :)

    ReplyDelete
  4. Betul mbak, sedekah itu selalu harus diniatkan karena Allah SWT.

    ReplyDelete
  5. “tunggu sebentar lagi, Anda akan mendapatkan balasan tujuh kali lipat.”

    ucapan pakar tsb kok rada gimana, ya? Saya percaya dengan keajaiban sedekah. Tapi kalau manusia yang jawab kalau balasannya sebentar lagi trus dibalas tujuh kali lipat, kesannya sebagai manusia kok mendahului?

    ReplyDelete
  6. secara tidak langsung selalu mendapatkan balasan ya mbak dari sedekah yang kita berikan

    ReplyDelete
  7. Terima kasih sudah berbagi inspirasi disini mak :)

    ReplyDelete
  8. hehe, ga ada yang ngaku kirim ya, bun? :D duit kadang emang datang tanpa permisi, tau2 muncul aja pas butuh. :D

    ReplyDelete
  9. halo..juri berkunjung. Goodluck

    ReplyDelete
  10. Kepada Yth : Pembaca yg budiman , donatur , dermawan serta hartawan.
    ass.wr.wb .
    Hal : Permohonan Batuan Sukarela ( ke iklasan )
    lampiran : 1 ( satu )
    Sebelumnya kami mohon maaf , bila kami salah menempatkan . Sebetulnya kami tidak ingin ikut* an di tempat publik seperti ini . Kami terus terang sangat malu sekali .
    Tapi berhubung kami sangat terpaksa kita nyampaikan apa adanya .Kalau kami benar adanya korban phk. Berhubung kami sudah cukup umur 48 th nan lebih secara otomatis .Untuk mencari pekerjaan lagi sangat sulit. Untuk mencukupi kebutuhan hidup kami terus terang hanya berjualan makan . Ke untungan bisa di lihat dan di takar kalau itu laku dagangannya .Jika tidak yg ada tekor atau rugi .
    Kami masih ada tanggungan 3anak lg yg harus di cukupi kebutuhan sekolah dan harian nya. Untuk kebutuhan yg sangat tinggi sangat sulit jika ke 3 anak * kami harus sekolah tinggi , dengan pendapatan hasil usaha yg terkadang rugi dan modal kadang di makan untuk kebutuhan .
    sehingga kami sangat sulit untuk berdagang selanjutnya . karena seringnya dagangan tidak menguntungkan . Kami jadi banyak hutang .
    Andai di perkenankan di tempat ini dan jika ada yg ingin membantu kami tanpa pamrih , iklas lilahita ala . Khususnya kepada para pembaca atau donatur , dermawan , yg ingin menyumbangkan dana atau uang . kami mengucapkan banyak terima kasih . Semoga Allah saw melimpahkan rezeki yg berlimpah . Dan Allah yg akan membalasnya .
    Andai para pembaca atau demawan yg tdk percaya pada kami itu hak nya mereka .
    Sebab Allah saw jika kita tidak minta dan tidak mengucap kami di anggap sombong padahal benar kami sedang dalam kesulitan dan keterpurukan .
    Untuk lebih memudahkan dalam sedekah atau membantu kami silahkan para dermawan , donatur, pembaca mengisi seiklasnya di nomer rek bca 2861924833 atas nama siti jamilah .
    Untuk saat jni kami dalam kesulitan / terpuruk . Kami mohon dengan kesadarannya menolong kami .Besar atau kecil yg penting iklas dan redo .Sehingga bermanfaat untuk kami . Sebelum dan sesudah kami beserta keluarga mengucapkan .Terima kasih.
    Semoga Allah saw membalasnya . Wassalam
    salam dari ibu siti jamilah.

    Komentar

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^