Thursday, 4 December 2014

Melahirkan dengan Induksi

Ismail, sesaat setelah dilahirkan
Menjadi ibu adalah peristiwa paling menegangkan sekaligus menakjubkan dalam hidupku.....

Menjelang tanggal 11 Desember, aku akan mengenang proses kelahiran putra pertamaku: Ahmad Ismail Haniya, tujuh tahun lalu. Menurutku, peristiwa kelahirannya sangat menakjubkan karena melalui proses induksi yang dipaksakan, tapi alhamdulillah aku dan bayiku dapat sehat dan selamat.


“HPL-nya kira-kira tanggal 3 Januari 2008, Bu,” kata Bidan tempatku memeriksakan kandungan, pertama kali. Usia kandunganku agak sulit diprediksi karena periode haid  yang tidak teratur dan panjang. Kadang 32 hari, bahkan pernah 42 hari baru haid. Parahnya lagi, aku sering gonta-ganti bidan. Nanti periksa ke bidan ini, bulan depan bidan itu, dan sebagainya. Terakhir, di usia kandungan 7 bulan, aku pindah ke bidan di kampung suami. Bidan yang usianya sudah tua, yang pernah membantu persalinan ibu mertuaku dulu. Sudah lama sekali, ya? Justru karena usianya yang sudah tua itu, aku yakin beliau lebih banyak pengalaman dibandingkan dengan yang muda-muda.

Saat itu usia kandunganku sudah 36 minggu, menurut Bidan. HPL masih jauh, karena baru awal Desember. Tetapi, Bu Bidan sudah mengatakan bahwa sebentar lagi bayiku lahir. Posisinya sudah turun ke bawah. Memang, aku merasakan bayiku mendorong-dorong terus sehingga kandung kemihku sedikit nyeri. Tiga hari kemudian, aku mengompol. Sesuatu yang tidak pernah terjadi setelah masa dewasaku. Perutku beberapa kali berkontraksi. Ibu mertua mengira bahwa aku akan melahirkan. Berhubung aku belum pernah tahu bagaimana melahirkan, aku percaya saja.  Ibu mertua sudah cemas, menyangka aku akan melahirkan. Sore hari, dibawanya aku ke bidan itu.

Apa benar aku akan melahirkan? Mengapa kontraksinya biasa saja? Kontraksi sedikit menguat, lalu hilang.  Bidan memeriksa pembukaan, katanya baru bukaan satu. Bukan waktu yang lama untuk menunggu bukaan lengkap. Tanpa banyak bicara, dia sudah menyuruhku ke ruang persalinan. Katanya, aku akan diinduksi saja supaya cepat melahirkan. Aku menuruti perkataannya. Aku tidak tahu bahwa induksi itu akan menyakitkan.  Aku meraung-raung selama tiga jam sampai bayiku lahir! Belakangan aku tahu bahwa induksi tanpa alasan darurat itu tidak diperbolehkan karena bisa menyebabkan kematian ibu dan janin. Bayangkan kalau janin tidak kuat dan ibu pun tidak sanggup melanjutkan proses induksi. Kemungkinan akan ceasar. Alhamdulillah, Allah masih memberikan keselamatan untukku dan bayiku. Dia lahir tiga jam kemudian, beratnya hanya 2,6 kg. Lahir tanggal 11 Desember 2007, beberapa minggu lebih awal daripada perkiraan bidan muda tempatku periksa hamil pertama kali. 

Induksi persalinan adalah stimulasi persalinan untuk mempercepat kelahiran bayi, baik dengan menggunakan bahan kimia maupun medik. Obatnya ada yang melalui mulut (diminum), cairan infus, dan dimasukkan ke dalam vagina. Induksi persalinan sebaiknya hanya dilakukan dalam keadaan darurat, yaitu ibu menderita penyakit diabetes gestasional dan tekanan darah tinggi, keselamatan janin terancam karena jumlah ketuban sedikit atau adanya hambatan pertumbuhan janin atau janin lewat waktu (lebih dari 40 minggu), dan selaput ketuban telah pecah. Jika kondisi ibu dan janin masih baik-baik saja, persalinan alami tanpa induksi lebih baik. Induksi persalinan bukan tanpa risiko. Risikonya fatal bila gagal, keselamatan ibu dan janin terancam karena adanya kontraksi rahim yang berlebihan, terjadinya gawat janin (janin merasa tidak nyaman), berisiko rahim robek, dan terjadinya emboli (air ketuban pecah lalu masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di  otak atau paru-paru, nyawa ibu tak dapat terselamatkan). Sumber: Bidanku.

Bukan hanya ibu yang trauma, bayi pun bisa merasakan persalinan yang tidak ramah dan memaksa. Jika aku mengingat kembali kejadian itu,  aku merasa ngeri sekaligus takjub. Tak kurang rasa syukurku kepada Allah Swt karena telah memberikan keselamatan kepadaku dan bayiku. Aku merasakan mukjizat yang luar biasa besar. Aku yakin itulah pertolongan Allah. Pada kehamilan berikutnya, aku memilih untuk sabar menunggu waktu kelahiran. Bila masih bukaan satu dan kondisiku serta janinku baik-baik saja, aku menolak diinduksi. 

Ini tips dariku untuk ibu-ibu yang sedang hamil dan akan melahirkan: 
  1. Mencari bidan yang ramah dan komunikatif.
  2. Mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai proses kehamilan persalinan, baik itu dari orang-orang terdekat, tetangga, dokter, bidan, maupun internet. 
  3. Ditemani dengan orang-orang terdekat untuk menciptakan rasa nyaman. 
  4.  Menanti dengan cinta, jangan memaksakan kelahiran, apalagi kalau hanya untuk mendapatkan tanggal cantik. Kecuali jika dokter merekomendasikan percepatan kelahiran karena adanya ancaman keselamatan pada ibu dan bayi. 
  5. Berkomunikasi dengan janin, terutama di akhir kehamilan. 
  6. Banyak berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam persalinan. 
  7. Banyak belajar dari pengalaman orang lain. 
  8. Meminta doa dari suami. Ridho suami adalah ridho istri. Suami yang baik pasti akan mendoakan istrinya, bahkan mendampingi saat melahirkan. Walaupun saat itu aku tidak didampingi suamiku karena dia masih dalam perjalanan, tapi doanya terus mengalir. Setiap hari dia salat malam dan mengaji demi mendoakan kelahiran bayi kami agar sehat dan selamat. 
Rasanya menjadi ibu sungguh luar biasa. Meskipun pengalaman pertamaku sempat membuat trauma, aku tidak kapok melahirkan dan menjadi ibu. Setelah kelahiran putra pertamaku, setahun kemudian aku melahirkan putra kedua. Tunggu ceritaku selanjutnya, yaa.... 

Ismail, 7 Tahun



14 comments:

  1. Aku mak Leyla Hana. Dua kali melahirkan. Dua2nya induksi juga. Aduhai rasanya :D
    Aku juga ikutan lombanya nih :)

    ReplyDelete
  2. saya tiga kali melahirkan, tiga kali itu juga dapet induksi mak... jadi gak bisa ngebandingin mules mana kontraksi induksi sama kontraksi biasa hehehe

    ReplyDelete
  3. fiuhh..Nai tuh udah diinduksi, divakum juga..Alhamdulillah, lahir sehat selamat..

    ReplyDelete
  4. Huuuaaaa....tapi kalo udah buka emang gpp induksi mak...
    Ismaillll lucuuukkk

    ReplyDelete
  5. sekarang aku di induksi.... Dosin lancar mak...coz udh 42 minggu lebih..

    ReplyDelete
  6. Cuma anak ke 4 yang gak diinduksi. Itupun karena udah turin ke jalan lahir dr hamil masih 8 bln, jd bedrest terus sampe melahirkan. Alhamdulillah gampang lahirnya. Empat anak yg lain diinduksii. Sakiiit...

    ReplyDelete
  7. Semangat mak Nova n tfs y mak. referensi kalau melahirkan lagi..tapi masih nanti nantiiiiiiii...hehe

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah deh aku gak pernah diinduksi. Ibam divakum, arna gentle birth, hawna caesar. Tapi ismail lucuuuuuuuukkkkkk.....

    ReplyDelete
  9. Pernah ngerasain induksi pas kelahiran anak pertama

    ReplyDelete
  10. Belum pernah merasakan induksi mak. Mudah-mudahan tetap demikian di persalinan-persalinan selanjutnya. Blognya say follow ya mbak, kalau berkenan follow balik. :)

    ReplyDelete
  11. wahhh nama'y bagus pasti terinspirasi dari pemimpin hamas plus perdana mentri palestina.. ,btw sy dlu melahirkn di sesar mak jdi g tau deh rasa'y diinduksi ^_^

    ReplyDelete
  12. Sampe meneteskan air mata.. baca.nya !! Soalnua aku juga lagi nunggu lahiran .. hpl ku 2 hr lagi. Minta doanya para bunda semua

    ReplyDelete
  13. Saya juga ini baru diinduksi sudah 3x minum obat yg ukuranya kecil dr kmaren jam 01.00 sampai skrg 19.00 baru bukaan 1 haduh ga sabar pengen segera lahiran

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^