Sejahtera di masa pensiun? Apakah
seorang pekerja lepas bisa menikmatinya?
Tentu bisa.
Menjadi seorang freelancer atau pekerja lepas sesungguhnya
keputusan yang penuh risiko. Ya, sejak menikah, saya memilih bekerja dari
rumah, menekuni hobi yang sudah menjadi profesi. Hobi menulis yang sudah saya
tekuni sejak remaja, rupanya mulai memberikan penghasilan lumayan. Saya menulis apa saja: buku, blog, cerita
pendek, dan artikel-artikel untuk media. Lalu, terbayang, bagaimana kehidupan
saya di masa tua kelak? Saya memang punya suami dan tiga orang anak, tapi kita
toh tak bisa terus bergantung kepada orang lain, bukan? Kita juga harus
berusaha sendiri dan merencanakan kehidupan kita kelak, walaupun Tuhan
sebaik-sebaiknya perencana. Itulah yang dinamakan dengan ikhtiar.
Pekerjaan penulis memang tak
memiliki masa pensiun, karena menulis bukan sekadar pekerjaan yang memiliki
batas waktu. Pekerjaan menulis sekaligus hobi dan passion ini barangkali akan
terus saya tekuni sampai mati, karena saya menikmatinya sebagai bagian dari
napas hidup saya. Akan tetapi, tak ada salahnya menyiapkan dana pensiun karena
saya juga tidak tahu sampai kapan Tuhan menganugerahkan kemampuan menulis ini.
Untuk bisa mempersiapkan dana pensiun, saya harus melek finansial, yaitu
memiliki pengetahuan mengenai cara mengatur dan menyusun keuangan agar dapat
mencapai kesejahteraan di masa depan.
Strategi dalam Menyiapkan Dana Pensiun
Pertama, dana pensiun harus
disiapkan saat usia produktif, yaitu usia 20-30 tahun. Usia saya sudah 30 tahun
ke atas, dan memang sudah sedikit-sedikit menyiapkan dana pensiun. Mengapa dana
pensiun sudah harus disiapkan pada usia produktif? Karena pada usia itu kita
masih semangat bekerja dan menghasilkan. Uang hasil bekerja, jangan digunakan
seluruhnya untuk kegiatan konsumsi. Sebagian harus ditabung dalam bentuk
investasi yang tidak bisa diutak-atik. Masih banyak orang yang berpikir
menyimpan uang dalam bentuk tabungan, tapi sebentar-sebentar uangnya diambil
lagi untuk berbagai keperluan. Bagaimana mau dijadikan simpanan, ya?
Kedua, memperkirakan jumlah dana
pensiun yang disesuaikan dengan inflasi di masa depan. Nilai uang saat ini
berbeda dengan nilai uang di masa yang akan datang. Sepuluh tahun lalu, kita
bisa membeli bensin seharga Rp 2.000/ liter, sekarang harganya sudah Rp 8.000/
liter. Bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya juga terus mengalami kenaikan.
Besar dana pensiun yang akan kita nikmati kelak dikalikan dengan inflasi 6% per
tahunnya.
Ketiga, memilih dana pensiun yang
sesuai dengan karakter. Berhubung karakter saya ini moderat, alias lebih suka
berada di pertengahan, tidak mau terlalu menanggung risiko tapi juga ingin
mendapatkan keuntungan lebih, maka pilihan dana pensiun saya ada pada properti,
emas, dan tanah. Bersama suami, kami membeli rumah, tanah, dan menabung dalam
bentuk uang. Untuk rumah, selain yang sudah ditempati, kami juga masih mencicil
rumah di daerah perkotaan. Untuk tanah, kami membeli di daerah pegunungan di
Garut, kampung suami. Memang, jauh dari pusat kota, tapi kelak bisa
dikembangkan jadi obyek wisata seperti villa atau tempat pemancingan ikan.
Untuk emas, jumlahnya belum banyak.
Keempat, tetap produktif di masa
pensiun. Walaupun sudah memiliki dana pensiun, selama masih ada tenaga untuk berproduksi
(bekerja), ya harus tetap bekerja, karena bekerja itu tak ada pensiunnya. Apalagi
pekerjaan saya sebagai penulis mempunyai keasyikan tersendiri. Selain tetap
menulis, rencananya saya dan suami juga akan berbisnis. Barangkali kalau
membicarakan pensiun yang benar-benar pensiun dari perusahaan, suami yang akan
melakukannya karena mau tidak mau dia memang harus pensiun jika telah mencapai
batas waktu pensiun. Nah, makanya kami berencana membuat usaha agar suami tetap
produktif. Usahanya itu akan dibangun dari dana pensiun yang sudah kami
kumpulkan.
Kelima, memanfaatkan jasa
keuangan yang menyediakan berbagai pilihan
proteksi dan investasi, termasuk dana hari tua atau dana pensiun.
Profesi penulis mirip dengan
profesi artis yang tidak memiliki jaminan hari tua, bila semua pendapatan yang
diperoleh hari ini, dihabiskan untuk hari ini juga. Sebab, kami baru bisa mendapatkan
penghasilan jika masih bisa berkreasi. Berbeda dengan pegawai negeri atau
karyawan swasta yang mendapatkan dana pensiun atau pesangon dari perusahaannya.
Kita sering mendengar kehidupan artis yang menderita di masa tuanya, karena
terserang penyakit berat tapi tak punya biaya. Begitu juga dengan penulis. Kami
juga beberapa kali mengadakan proyek amal untuk membantu penulis yang kesusahan
akibat penyakit atau hidup di bawah standar yang layak. Jika saja penulis sudah
merencanakan dana hari tua dari sejak mereka masih produktif, tentu hal itu tak
akan terjadi. Selain dapat menyejahterakan diri sendiri, memiliki perencanaan keuangan yang baik untuk masa tua juga dapat memberikan perlindungan keluarga. Tentunya, kita tidak ingin merepotkan anak cucu kita kelak.
Sumber Penulisan:
http://www.sunlife.co.id/indonesia/Product+and+service/Savings+and+investments/Brilliance®?vgnLocale=in_ID
http://brighterlife.co.id/2014/08/23/sudah-saatnya-anda-memiliki-dana-pensiun/
http://personalfinance.kontan.co.id/news/rencanakan-sejak-dini-agar-sejahtera-di-hari-tua
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^