Ismail, si sulung, suatu ketika….
“Mama, kenapa sih ngetik terus?”
“Ya, biar Mama punya uang.”
“Memangnya Ayah nggak ngasih uang
ke Mama?”
“Ayah ngasih uang, tapi masih
kurang.”
“Kalau gitu, Kakak aja deh yang
ngasih Mama, tapi Mama jangan ngetik ya….”
Sidiq, si tengah, suatu ketika….
“Mama, nanti nyuci baju ini
jangan pakai pemutih ya….”
“Emang kenapa?” (rasanya saya
jarang pakai pemutih untuk nyuci baju).
“Ya, nggak boleh… tuh, lihat di
sini, nggak boleh….” (sambil menunjukkan label di belakang baju, mengenai
aturan mencuci, padahal dia nggak tahu arti simbol-simbol itu hehe…).
Saya hanya manggut-manggut,
sampai malamnya baru mengerti mengapa Sidiq bicara begitu. Ada iklan produk
pencuci baju yang bintang iklannya ngomong gini, “Eh, jangan pakai pemutih, Bu,
pakai aja ini (produk pencuci baju tersebut). Kalau pakai pemutih, nanti warnanya
pudar…...” Ooooh… rupanya Sidiq terinspirasi iklan tersebut. Ahahahaha….. Saya
tertawa sendirian.
Salim, si bungsu, suatu ketika…..
“Mamah… Mboo….” (maksudnya, mobil)
“Mama… Mbaah….” (maksudnya, robot)
“Mama… inum….” (maksudnya, minum)
“Mama… awah….” (artinya bisa dua:
ke bawah atau pesawat)
“Mama… uwah…” (maksudnya, ke
luar)
Dan sebagainya.
Kegiatan paling menyenangkan: menyusui sambil baca buku |
Semua celoteh anak itu dapat saya
nikmati selama 24 jam dikurangi waktu tidur mereka. Bahkan, saat mereka tidur
pun, kadang saya masih memandangi mereka. Bersyukur, Allah Swt sudah memberikan
mereka kepada saya, walaupun kadang-kadang saya melalaikannya. Yap, kadang saya
merasa lelah melayani mereka dan menghitung-hitung berapa imbalan saya jika
menggunakan baby sitter untuk
mengasuh ketiganya. Saya pernah membaca iklan penyedia baby sitter di facebook. Tarifnya harian, yang kalau dijadikan per
bulan Rp 2 juta untuk satu orang anak. Saya punya 3 anak, jadi tarifnya Rp 6
juta per bulan dong. Berapa tarif saya? Rp 0,- saja, karena yang diberikan oleh
suami setiap bulan adalah untuk belanja bulanan, bukan bayaran saya hahahaha… Baby sitter itu kan walaupun sudah
dapat gaji, biaya makan dan lain-lain juga ditanggung majikan. Jadi, harusnya
saya juga dapat Rp 6 juta, bersih. Ya, kaaaaan…..
“Mama dapatnya lebih dari itu,
kan Mama dapatnya surga,” kata suami saya.
Membaca buku bersama anak, salah satu aktivitas menyenangkan :-) |
Semalam, tidak biasanya suami
tidur bersama kami. Rahasia nih ya, suami saya sering tidur di sofa atau depan
teve atau kamar lain, karena kasurnya nggak muat. Semua anak masih tidur dengan
saya, susahnya menyapih tempat tidur mereka. Jadi, suami harus mengalah.
Biasanya, saya sebal kalau suami ikut tidur seranjang dengan anak-anak, karena
kasurnya jadi nggak muat. Apalagi udara sedang gerah-gerahnya, banyak nyamuk pula.
Herannya, semalam itu saya merasa nyaman, walaupun kasurnya sempit. Tidur pun
nyenyak sampai menjelang Subuh.
Saat membuka mata, saya merasa
ada yang menindih tangan kiri saya. Biasanya sih Salim, kali ini bukan.
Kepalanya jauh lebih besar, karena itu adalah kepala… suami saya! Di leher
suami, ada kaki Sidiq. Di bawah kaki suami, ada Ismail. Salim nyelip di antara
saya dan suami. Saya memandangi semuanya, lalu tertawa sendiri. Pemandangan
tersebut sangat indah. Saya beruntung mendapatkannya.
Maka, nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar Rahman: 13)
hihihi... sama mak, saya dan anak2 juga masih tidur seranjang, sementara suami di kursi atau karpet, biasanya dini hari baru pindah ke kamar, otomatis kasurnya jadi tambah sempit, tapi itulah kenikmatan :)
ReplyDeletewah seru yaa mak punya 3 bocah
ReplyDeleteaku sudah pisah tidurnya dengan anak-anak mbak, paling sesekali mereka minta tidur sama-sama di hari libur
ReplyDeletehahahaha seru sekali saling tindih .. bangun2 pegel tuh ..haha
ReplyDeleteWaaah... Mbak jadi yang paling cantik di rumah yak, kebalikan dari saya :D
ReplyDelete