Jamu Kaplet Jerawat di rumah saya |
Indonesia kaya akan tanaman
herbal. Sering disebut dalam buku-buku sejarah, penyebab imperialisme Belanda
di Indonesia adalah kekayaan rempah-rempahnya yang menggiurkan. Jahe, lada,
kunyit, serai, dan sebagainya. Siapa sangka, tanaman rempah-rempah itu tak
hanya berfungsi sebagai bumbu masakan, tapi juga bisa digunakan untuk obat. Tak
percaya?
Sebut saja, kunyit asam. Sejak
remaja, saya terbiasa meminum ramuan jamu kunyit asam untuk mengatasi sakit
haid, menghilangkan bau badan, pegal-pegal, dan meningkatkan stamina. Di waktu
kecil, Ibu saya sudah membiasakan minum jamu dari embok-embok jamu gendong yang
datang ke rumah di hari Sabtu dan Minggu. Kenapa hanya hari Sabtu dan Minggu?
Karena hari-hari biasa, ibu saya bekerja dan tidak sempat menunggu kedatangan
embok jamu. Jamu favorit saya adalah beras kencur dan air jahe, karena rasanya
manis dan tidak pahit seperti jamu daun pepaya yang diminum ibu saya.
Setelah remaja dan mulai
mengalami beberapa permasalahan kesehatan seperti jerawat, haid tidak teratur, kegemukan,
bau badan, dan lain-lain, saya mulai mencoba ramuan jamu selain beras kencur.
Tentu saja rasanya pahit, karena ada yang terbuat dari daun sirih, daun pepaya,
dan dedaunan lain yang saya lupa namanya. Saya juga meminum jamu sachetan yang
dikombinasikan dengan jamu racikan embok jamu. Khasiatnya langsung terasa,
seperti badan segar dan jerawat hilang.
Jamu, adalah satu kekayaan
tradisional Indonesia yang harus dilestarikan. Bayangkan, jika inovasi di
bidang perjamuan ini terus ditingkatkan, perekonomian bangsa Indonesia pun
terangkat. Sebut saja embok jamu yang rutin berkeliling menawarkan jamunya. Dia
setia menjual jamu dari masih gadis sampai sudah beranak cucu. Bukannya dia tak
punya keahlian lain, tapi dia memang sudah mencintai profesinya, profesi turun
temurun yang diwariskan dari keluarganya. Keahlian meracik jamu tak bisa
dikuasai sembarang orang, karena dia pun mengaku anak-anaknya belum ada yang
bisa mewarisi keahliannya.
Namun, usaha jualan jamunya itu setidaknya telah membantu
perekonomian keluarga. Dia dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga Sarjana.
Bukankah itu cukup membanggakan? Sayangnya, sekian lama berjualan, usahanya
hanya berkembang dari yang semula jamu gendong menjadi jamu dorong. Andai
mendapatkan dana dari investor, tentu dia sudah memiliki toko jamu.
Museum Jamu Nyonya Meneer di Semarang Sumber gambar: www.seputarsemarang.com |
Untuk itulah, perlu kiranya usaha
mengembangkan sektor jamu ini, karena bahan-bahannya mudah didapatkan di
Indonesia. Jahe, temulawak, kunyit, serai, bahkan dapat tumbuh di sembarang
tempat. Keberadaan pengusaha-pengusaha jamu skala besar, cukup mendongkrak
popularitas jamu, misalnya saja PT. Nyonya Meneer yang usaha jamunya sudah
menggurita, dengan kemasan menarik dan inovatif. Ditambah dengan dibangunnya
Museum Jamu Nyonya Meneer di Semarang, museum jamu pertama di Indonesia yang
didirikan pada tanggal 18 Januari 1984. Bertujuan sebagai pusat informasi,
promosi, dan media untuk melestarikan warisan budaya tradisional, yaitu jamu.
Tentunya ini membuat jamu semakin dikenal sebagai minuman menyehatkan asli
Indonesia.
Di rumah, saya memiliki jamu
kaplet jerawat dari salah satu perusahaan jamu dan kosmetika Indonesia yang
menggunakan bahan-bahan herbal dalam racikan produknya. Wajah saya memang mudah
berjerawat, sehingga saya menyediakan ramuan-ramuan pengusir jerawat, baik itu
yang berupa lotion untuk dioleskan di jerawat maupun berupa kaplet yang diminum.
Hasilnya, lumayan jerawat berkurang dan kulit lebih sehat. Mari kita lihat beberapa
kandungan jamu kaplet jerawat ini:
Kandungan Jamu Kaplet Jerawat |
Curcumae Rhizoma, nama latin dari
kunyit. Tanaman obat yang mudah sekali didapatkan di tukang-tukang sayur ini
rupanya tak hanya bermanfaat sebagai bumbu dapur, melainkan juga bisa mengobati
berbagai macam penyakit. Diantara
manfaatnya adalah sebagai antikoagulan, antiedemik, antiinflamasi, antioksidan,
mematikan kuman, menghilangkan rasa kembung, obat sakit perut, memperbanyak
ASI, dan lain sebagainya.
Curcumae Rhizoma, kunyit Sumber Gambar: Pusat Farmasi |
Plantaginis Folium, nama latin
dari Daun Sendok, karena tanaman gulma ini (tanaman yang hidupnya menumpang
pada tanaman teh dan karet) bentuknya menyerupai sendok. Manfaat dan khasiatnya
sangat banyak, diantaranya: antiradang, melancarkan air kemih, meluruhkan
dahak, dan sebagainya.
Plantaginis Folium, Daun Sendok Sumber Gambar: Wikipedia |
Centellae Herba, nama latin dari Pegagan, adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi
jalan, pematang sawah, tapi memiliki banyak khasiat, diantaranya: gangguan
kulit, saraf, dan memperbaiki peredaran darah.
Centellae Herba, Daun Pegagan. Sumber gambar: Pondok Ibu |
Alyxiae Cortex, nama latin dari
pulosari, digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit: sariawan, batuk,
keputihan, pendarahan, radang lambung, kejang usus, menurunkan panas, dan lain
sebagainya.
Alyxiae Cortex (Pulosari) Sumber gambar: Jamu Nusantara |
Itu adalah 4 dari 11 tanaman
herbal Indonesia yang digunakan di dalam jamu kaplet jerawat ini. Rata-rata
adalah tanaman yang mudah didapati, bahkan hidup liar di semak-semak, sawah,
dan perkebunan. Barangkali bila kita
melihat tanaman itu, kita akan menganggapnya tanaman biasa yang tak punya
khasiat. Siapa sangka, tanaman-tanaman itu dapat menyembuhkan berbagai
penyakit?
Saya ingin ikut menyumbangkan ide
agar jamu bisa terus lestari dan meningkatkan perekomian bangsa Indonesia:
Pertama, memperkenalkan jamu
kepada para generasi muda, dari anak-anak hingga remaja. Khawatirnya, anak-anak
sekarang sudah kurang familiar dengan jamu karena mereka lebih banyak mengenal
minuman-minuman bersoda dan berlemak. Saya ingat dulu adik saya kurang nafsu
makan, ibu saya memberikan jamu Buyung-Upik yang berwarna-warni karena
ditambahkan esens buah-buahan, seperti melon, jeruk, dan strawberry. Belakangan
juga ada jamu Buyung Upik rasa cokelat. Inovasi
seperti itulah yang mesti terus dikembangkan, bagaimana memadukan ramuan jamu
dengan bahan makanan yang disukai anak-anak.
Kedua, memberikan sampel jamu
gratis ke sekolah-sekolah, seperti halnya imunisasi gratis yang dilakukan
kepada anak-anak kelas satu SD. Jika saja pemerintah mau menggulirkan dana atau
ada sponsor dari perusahaan jamu swasta yang berinisiatif memberikan sampel
jamu gratis untuk dicoba oleh anak-anak, bisa jadi kelak jamu akan menjadi
minuman favorit anak-anak.
Ketiga, memastikan keamanan dan
kebersihan jamu. Walaupun jamu dibuat dari tumbuh-tumbuhan, tetap saja harus ada
jaminan keamanan dan kebersihan. Terutama jamu yang dibuat dari racikan tangan
embok jamu. Sedangkan jamu sachet yang dijual di toko-toko, setidaknya sudah
melewati seleksi BPOM dan Depkes untuk menjamin keamanannya. Bukan tidak
mungkin, jamu-jamu itu mendapatkan tambahan bahan-bahan yang justru
membahayakan tubuh. Untuk itulah, Pusat Studi Biofarmaka IPB sebagai salah satu lembaga penelitian dan
pengembangan yang memiliki visi menjadi Pusat Unggulan Riset dan Inovasi
Teknologi Bidang Biofarmaka di Tingkat Nasional dan Internasional, mengambil
peran penting untuk terus berupaya meningkatkan citra dan peran produk obat
herbal jamu Indonesia melalui penelitian-penelitian yang terintegrasi dari hulu
ke hilir. Tanaman-tanaman herbal yang dipercaya berkhasiat menyembuhkan
penyakit itu kemudian diteliti oleh Biofarmaka IPB, untuk mengetahui fungsi
obat secara uji klinis, kontradiksi pada penggunaannya, apakah memiliki efek
racun atau efek samping, dan dosis penggunaan yang tepat. Walaupun obat itu
berasal dari tanaman herbal, tak bisa dikonsumsi sembarangan. Harus ada dosis
yang menyertainya.
Keempat, menyediakan spot-spot
jamu di bandara-bandara domestik dan internasional. Bandara adalah tempat
perlintasan wisatawan domestik dan internasional. Di sekitar bandara ada banyak
spot-spot jualan, baik itu makanan minuman maupun souvenir. Mengapa tidak, di
sana juga disediakan spot jamu?
Kelima, membuat museum jamu. Museum
Nyonya Meneer di Semarang menjadi contoh museum jamu yang menarik dan ikut
menginformasikan sejarah jamu di Indonesia. Akan tetapi, kita butuh museum jamu
yang lebih menasional, tidak berfokus pada satu merek jamu saja. Museum yang bisa memberikan edukasi kepada
penduduk Indonesia mengenai sejarah jamu dan pentingnya minum jamu.
Keenam, menyajikan jamu dalam
bentuk yang menarik. Anak-anak akan serta merta menolak minum jamu bila melihat
ramuan itu dalam bentuk aslinya, misalnya kuning keruh untuk kunyit atau putih
keruh untuk jahe. Itu tidak terlihat seperti minuman yang merangsang minat. Berbeda
dengan minuman bersoda yang berwarna-warni; merah, putih bening, kuning terang,
bahkan biru.
Kelima, setiap rumah mengusahakan untuk menanam sendiri tanaman-tanaman herbal yang mengandung khasiat untuk kesehatan dan dapat diracik menjadi jamu, karena sesungguhnya tanaman-tanaman itu mudah ditanam.
-----------
Sumber Referensi:
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection
http://jamu.journal.ipb.ac.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Jamu_Nyonya_Meneer
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=345
http://id.wikipedia.org/wiki/Daun_sendok
http://pondokibu.com/manfaat-herbal-pegagan-untuk-tubuh.html
http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/15/pulosari/http://tanamanherbal.wordpress.com/2007/12/15/pulosari/
http://www.jamunusantara.com/pulosari-alyxia-stellata/
Diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Artikel Jamu di Blog 2014 Biofarmaka IPB
manjruya mbak kaplet jerawatnya
ReplyDeleteasyik tuh kalo di rumah ada tanaman jamu2an, tinggal petik ya mak
ReplyDeleteTos, sesama peminum jamu. Selain kunyit asam , kalau habis melahirkan saya suka pakai pilis dan minum jamu lancar asi..Semoga sukses ngontesnya Mak Hana
ReplyDeletewah komplit mak ulasannya. semoga menang ya
ReplyDeleteYayyy, mak Leyla Hana ikutan jugaaa... Asiiik! hihihi
ReplyDeletegenerasi kita sptnya cukup familiar dengan jamu sejak kecil, tapi remaja sekang kurang sepertinya mungkin ini yang membuat pentingnya melestarikan jamu ya mak . btw, sukses kontesnya
ReplyDeletehuwa ternyata obat jerawat bahan alami juga ada ya mak, jamu memang bermanfaat :) good luck mak
ReplyDelete