Thursday, 10 April 2014

Obati TB Sampai Tuntas, karena Obat TB Itu GRATIS!



Ini tulisan kedua saya tentang penyakit tuberculosis setelah tulisan yang berjudul “Mr. Clean itu Ternyata Pasien Tuberkulosis.” Kenapa saya begitu tertarik membahas penyakit TB? Itu karena kemarin saya baru saja mendapatkan cerita dari seorang teman yang adik iparnya divonis terkena penyakit TB Usus! Padahal, adik iparnya itu baru tiga tahun menikah dan belum punya anak. Menurut dokternya, istrinya (si pasien tuberculosis) belum boleh berhubungan suami istri dulu sampai setahun karena masih dalam proses penyembuhan. Tentunya ini ujian berat bagi sepasang suami istri yang baru menikah selama tiga tahun, masih hangat-hangatnya, serta belum mempunyai anak.


Penampilan istrinya memang seperti penderita tuberculosis pada umumnya: kurus, sering batuk berdahak bahkan sampai mengeluarkan darah, napas sesak mirip penderita asma, dan dada sering sakit. Ternyata penyakit tuberculosis itu tak hanya menyerang paru-paru, tapi organ vital lainnya seperti usus. Sudah tentu, istrinya harus berobat terus-menerus sampai sembuh. Pasien TB memang tidak  boleh lepas berobat karena bisa mengakibatkan resistensi (kekebalan) terhadap obat. Jadi, kalau pasien TB itu tidak menuntaskan pengobatannya, penyakitnya bakal kebal dan pastinya susah lagi untuk diobati.

Penyakit tuberculosis bukan hanya menular dan berbahaya, tapi juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengobatinya. Kalau kita sariawan atau flu, paling-paling seminggu juga sembuh. Tuberkulosis bisa sampai  berbulan-bulan baru sembuh total, lho! Kebayang kan gimana menderitanya pasien TB? Tidak heran kalau banyak pasien TB yang berobat setengah-setengah. Belum sembuh benar, tapi sudah berhenti berobat. Baru berobat lagi kalau penyakitnya sedang kambuh. Apa sih yang membuat mereka tidak menuntaskan pengobatan?

Pertama, lamanya waktu pengobatan. Bayangkan, kita harus rutin meminum obat sampai berbulan-bulan, ya sampai penyakitnya itu sembuh (selama 6 bulan). Saya saja paling malas minum obat. Kalau sakit, paling-paling hanya tahan dua hari minum obat. Besoknya sudah bolong-bolong. Apalagi pasien tuberculosis yang harus minum obat sampai berbulan-bulan. Pasti bosan dan malas.

Kedua, tidak adanya atau berkurangnya dukungan keluarga. Yang namanya sakit itu, bukan hanya pasien yang menderita, keluarga pasien juga terkena imbasnya. Orang sakit itu biasanya tensinya tinggi. Suka marah-marah, sensitif, mudah bersedih, dan mudah tersinggung. Dia bukan hanya menderita karena  penyakitnya, tapi juga karena terlalu memikirkan perasaan orang lain terhadapnya. Dia merasa orang-orang menjauhinya karena penyakitnya itu. Kalau keluarganya tidak sabar dan menunjukkan rasa tidak suka terhadap si pasien, bisa-bisa si pasien kehilangan harapan untuk sembuh dan tidak mau lagi meneruskan pengobatan. Mungkin dia pikir, “lebih baik saya mati, deh.”  Memang sulit ya mendampingi orang sakit, apalagi kalau sakitnya sampai berbulan-bulan dan orang yang sakitnya itu sangat temperamental. Bagaimanapun, sebagai keluarga, kita harus memberikan dukungan dan keyakinan terus-menerus bahwa penyakitnya pasti sembuh. Sebab, penyakit tuberculosis memang bisa disembuhkan, kok.

Ketiga, biaya berobat yang mahal. Yang namanya sakit, tentu harus minum obat. Begitu juga dengan penyakit tuberculosis ini. Ironisnya, kebanyakan pasien TB itu dari keluarga miskin dan menengah ke bawah. Buktinya, penyakit TB ini lebih banyak menyerang penduduk di negara berkembang dan dunia ketiga, yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi, gizi buruk, pencemaran udara dan polusi yang tinggi, dan pendapatan per kapita rendah. Tak heran bila penyakit TB dikaitkan dengan kemiskinan. Beberapa orang yang memiliki berisiko tinggi terkena TB, adalah: penderita HIV/ AIDS karena kekebalannya lemah, perokok, peminum alkohol, penyuntik narkoba, orang-orang miskin yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan memadai, suku minoritas di pedalaman, perokok, orang yang sering berinteraksi dengan penderita TB, dan petugas kesehatan yang tertular pasiennya. Pengobatan yang lama dan finansial yang tidak mendukung menyebabkan pasien TB tidak konsisten melanjutkan pengobatannya.

PADAHAL,

Obat TB itu gratis!



Obat TB dapat diperoleh secara cuma-cuma di Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah. Bersyukurlah, pemerintah kita sangat peduli terhadap penyebaran penyakit TB yang membahayakan ini. Sejak tahun 1994, Indonesia telah mengadopsi sistem DOTS (Directly Observed Treatment Short Course). Di tahun 2012 ini, seluruh provinsi di Indonesia telah juga mengadopsi sistem DOTS yang diikuti oleh 95% Puskesmas dan 30% rumah sakit. Untuk mendukung strategi ini, disediakan paket Obat Anti Tuberkulosis gratis sesuai dengan Surat Keputusan No. 1190/Menkes/SK/2004 tentang Pemberian Gratis Obat Anti TB dan Obat Anti Retroviral (ARV) untuk HIV dan AIDS.

Nah, jadi jangan khawatir. Para penderita tuberculosis dapat memperoleh obat gratis dari hampir 95% Puskesmas dan 30% Rumah Sakit Pemerintah yang ada di Indonesia.

Ingat ya, pasien harus berobat secara teratur dan rutin selama 6 bulan! Tidak boleh terputus, karena bisa menyebabkan resistensi obat. Obat TB yang diberikan kepada pasien ini berupa tablet kombinasi atau paket fix dose combination (FDC) yang berisi kombinasi obat INH, Rimfapisin, Pirazinamid, dan Entambutol. Semua obat itu harus diminum secara teratur selama 6 bulan dan tidak boleh dilewatkan sehari pun!

Selain pengobatan secara kimia, pasien TB juga hendaknya melakukan gaya hidup sehat, sebagai berikut:
  • Tidak merokok, minum alkohol (minuman keras), dan memakai narkoba.
  • Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga asupan nutrisi dan meningkatkan kekebalan tubuh sehingga mengurangi risiko terkena TB.
  • Menjaga kebersihan tempat tinggal. Rumah yang ditempati juga harus memiliki sirkulasi udara yang baik, serta mendapat asupan cahaya matahari yang cukup. Kuman Mycobacterium Tuberculosis akan mati bila terpapar cahaya matahari. Dengan demikian, penting juga jika pasien TB sering berjemur di bawah cahaya matahari pagi.
  • Berpikir positif, untuk mengurangi tekanan psikologis yang muncul karena menderita penyakit TB. Penyakit TB akan memburuk jika pasien mengalami tekanan psikis atau stress yang berlebihan.
  • Tidak melakukan aktivitas fisik yang berat dulu sebelum penyakitnya benar-benar sembuh. 
  • Jika kita bertemu dengan orang terduga menderita penyakit TB, segera ajak ke Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah. Beritahukan bahwa obat TB itu gratis, jadi jangan khawatir. Penyakit TB bisa disembuhkan bila pasien berobat secara teratur selama 6 bulan, dan jangan lupa… OBAT TB ITU GRATIS!






Referensi:

www.tbindonesia.or.id
www.depkes.go.id

6 comments:

  1. membantu masyarakat ya mbak dengan adanya obat TB gratis, semoga makin banyak yang diobati TB bisa hilang dan tidak menulari orang lain lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin.. iya, Mak Lidya. Obat gratis memang sangat membantu.

      Delete
  2. semoga info obat tb gratis sampai ke daerah terpencil ya mak...

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ya Mak, obat TB bisa gratis. Semoga bisa mengobati semua pasien TB di mana pun mereka berada...

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^