Monday, 14 April 2014

Mengajarkan Anak Menutup Aurat

"Enak ya Bu, cuciannya gak banyak. Anak-anaknya kan cuma pakai baju dalam aja," komentar seorang ibu tetangga kepada ibu tetangga yang lain. Yang dikomentari itu memang anak-anaknya (dua anak laik-laki), sering terlihat hanya memakai pakaian dalam (kaus dan celana dalam) saat bermain dengan teman-temannya, walaupun usia mereka sudah di atas 4 tahun. Emangnya gak boleh anak 4 tahun cuma pakai baju dalam? Ehmm... kalau saya sih pas dipraktekin ke anak-anak saya, mereka langsung kena flu dan masuk angin. Itu aja cuma pake di rumah, apalagi kalau main ke luar?


"Mama! Tunggu! Dede pake baju dulu!" teriak Sidiq, sewaktu saya mau ke warung depan. Dia memang cuma pakai baju dalam karena pas emaknya lagi males gantiin bajunya, hehehe... Setelah pulang sekolah, baju seragamnya dilepas karena gerah. 

"Udah, pake baju dalam aja juga gak apa-apa," kata saya, bercanda.
"Gak mau, Dede kan maluuu....!" Sidiq tergopoh-gopoh mengambil bajunya. Ismail juga begitu. Alhamdulillah, kedua anak saya sudah tahu batasan aurat. Walaupun mereka anak laki-laki, keduanya sudah tahu malu. Kecuali yang masih bayi yaa..... Ismail tidak bisa disuruh pipis di pinggir jalan raya, kalau kami sedang naik mobil dan tidak menemukan toilet. Padahal, banyak pria dewasa yang gak malu-malu kencing di balik pohon, ya kaaan? Nah, ini, anak lima tahun, gak mau kencing di balik pohon. Susah deh emaknya mesti cari toilet, tapi di sisi lain, saya bangga karena anak-anak sudah mengerti pentingnya menutup aurat. Sekali lagi, walaupun mereka anak laki-laki.

Laki-laki kan batasan auratnya dari pusar ke lutut. Saya pernah melihat seorang ibu menyuruh anaknya pipis di kali. Memang sih usia anaknya baru dua tahun, tapi kan rumahnya dekat Bu, mbok dibawa pulang aja gitu. Itu pertama kalinya saya menyadari bahwa anak-anak saya tidak pernah pipis di tempat sembarangan, kecuali kalau mereka masih bayi dan mengompol, serta dalam keadan terpaksa. Di atas usia 3 tahun, mereka sudah malu menampakkan auratnya karena memang saya biasakan berpakaian lengkap setiap keluar rumah dan tidak pernah saya ajarkan pipis sembarangan. Kalau pipis itu di kamar mandi, gitu. Kecuali di kolam renang, mereka sudah tau kalau di kolam renang diperbolehkan memakai kaus dalam dan celana renang. 

Bagaimana cara mengajarkannya? Saya tidak pernah mengajarkan secara teori. Diajarkan berdasarkan kebiasaan saja. Anak-anak itu sebenarnya mengikuti kebiasaan orang tuanya. Contoh saja, pakai sandal. Sekarang Salim (1,6 tahun), kalau keluar rumah pasti pakai sandal, padahal tidak disuruh pakai sandal. Dia otomatis pakai sandal sendiri, karena melihat orang tua dan kakak-kakaknya pakai sandal. Kecuali kalau dia gak nemuin sandal, ya ngeloyor aja gak pakai sandal. Begitu juga dengan menutup aurat. Anak-anak belajar dari kebiasaan orang tuanya. Mereka malu menampakkan aurat di muka umum. Seperti kemarin sewaktu saya menengok adik ipar yang baru melahirkan. Sidiq mau pipis dan saya hendak membuka celananya di dekat orang-orang yang padahal itu saudara semua. Sidiq gak mau dan bilang, "Mama.. Dede maluuu...." 

Alhamdulillah, anakku sudah tahu malu. Coba bayangkan ya Bu kalau anak-anak kita tidak tahu batasan aurat dan itu berlangsung terus sampai dewasa? 

6 comments:

  1. Allhamdulillah kalau dari kecil diajarkan jadi otomatis tahu ya mbak

    ReplyDelete
  2. Sama juga sm anaknya bulek..kl mau jeluar rumah kari dulu ambil jilbab ;)

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ya..anak-anak memang meniru kebiasaan kitah...

    ReplyDelete
  4. anak2 memang harus diajarkan tentang aurat ya mak..

    ReplyDelete
  5. Siiip...pembiasaan yang baik dari usia dini...memang harus...kalau sudah besar, kita sendiri yang bakal kerepotan.

    ReplyDelete
  6. anak2 lebih mudah paham kalau ada contohnya :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^