ASI untuk bayiku |
Hari ini saya dikejutkan oleh
berita kematian seorang teman lama. Almarhumah meninggal hari Sabtu kemarin,
dan saya baru tahu belakangan. Hiks, sedih rasanya. Terakhir bertemu di rumah
saya, sekitar tujuh tahun lalu sewaktu saya baru saja menikah. Kemudian, kami
bertemu kembali di facebook ketika dia sudah punya seorang bayi berusia satu
bulan. Bayinya sedang minum susu botol, sehingga saya pun refleks bertanya,
“Kok dikasih susu botol? Gak minum ASI?” Teman saya menjawab, “Enggak, aku kan
udah masuk kerja, sebulan setelah lahiran.”
Saya tidak mau mencampuri
keputusannya untuk tidak memberikan ASI. Dia pasti punya pertimbangan sendiri. Jujur
saja, urusan ASI dan susu botol ini sering membuat para ibu bersitegang. Saya
tak mau memicu masalah di antara kami. Saya juga hanya memberikan ASI selama
lima bulan kepada si sulung, karena sudah hamil anak kedua. Alhamdulillah, anak
kedua dan ketiga saya susui lebih dari enam bulan, bahkan dua tahun lebih. Hanya
saja setelah berita kematiannya hari ini, saya jadi berpikir lagi. Mengapa?
Karena teman saya itu meninggal disebabkan oleh KANKER PAYUDARA. Dia baru dua
bulan yang lalu mengetahui adanya penyakit itu di dalam tubuhnya, dan sudah
masuk stadium empat. Terlambat untuk ditangani. Anaknya yang dulu baru umur
sebulan, sekarang kira-kira sudah umur 3 atau 4 tahun.
Kematiannya karena kanker
payudara mengingatkan saya pada kematian tante saya, beberapa tahun lalu, yang
juga disebabkan oleh kanker payudara. Dari hasil bincang-bincang dengan
saudara-saudara yang mengetahui riwayat penyakitnya itu, diduga karena sepupu
saya tidak menyusui kedua anaknya, dengan alasan salah satu putting susunya
tidak keluar (menonjol keluar sehingga air susu tidak keluar). Sudah lama saya tahu bahwa menyusui bisa
mengurangi risiko kanker payudara, hanya saja saya sering lupa.
Penjelasannya ilmiahnya, saya
googling deh. Maklum, saya bukan dokter. Menyusui tidak melindungi wanita dari kanker payudara, tetapi menurunkan kadar estrogen yang menjadi bahan utama penyebab kanker payudara. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara akan berkurang setiap kali dia hamil dan menyusui bayinya (sumber: http://www.seksualitas.net/menyusui-mencegah-kanker-payudara.htm)
Istri dari adik ipar saya pun
bersemangat menyusui bayinya, karena pernah operasi pengangkatan tumor jinak di
payudaranya (yang berpotensi menjadi kanker), sehingga dia wajib menyusui
bayinya. Dari situ, saya termotivasi juga untuk menyusui, karena saya juga
punya keturunan kanker. Eit, ini bukan mendoakan keburukan untuk diri sendiri. Tante
saya meninggal karena kanker payudara. Adik dari kakek saya juga meninggal
karena kanker payudara. Dan walaupun ibu saya bukan meninggal karena kanker
payudara, tapi penyebabnya karena kanker juga (kanker lidah). Intinya, gen saya
ini membawa penyakit ganas.
Belum lagi makanan yang kita
konsumsi ini sudah sulit sekali mencari yang alami. Banyak yang mengandung
pengawet, pemanis buatan, pewarna, MSG, dan zat aditif lain yang bisa memicu
kanker. Gak cukup hanya itu. Konsumsi minyak goreng juga kadang berlebihan.
Sekarang ini saya hanya pakai minyak
goreng untuk dua kali pemanasan. Kalau sudah dua kali, walaupun masih
kelihatan bening, langsung buang deh. Khawatir memicu kanker.
Lalu, apa arti tulisan ini?
Kematian teman saya menyadarkan pentingnya menyusui, terutama bagi wanita yang
memiliki riwayat keturunan kanker. Saya tidak tahu apakah teman saya itu punya
riwayat kanker. Jika memang sanggup menyusui, sebaiknya memang memberikan hak
bayi itu. Kalau bekerja? Bisa diperas ASI-nya dan disimpan di botol. Putting
hanya sebelah? Tante saya yang lain pun mengalaminya. Berhubung dia sudah
melihat sendiri sepupunya meninggal karena kanker payudara, jadi dia tetap
memberikan ASI-nya walau hanya dengan satu payudara. Putting yang satunya sih
katanya juga meneteskan ASI, tapi bayinya tidak mengisapnya karena masuk ke
dalam. Ternyata, ASI bayinya mencukupi walau hanya dari satu payudara. Yang
penting sih, kata tante saya, dia tidak mau kena kanker payudara juga gara-gara
tidak menyusui.
Menyusui bayi itu memang tidak
hanya baik untuk bayinya. Sering kali kita berpikir bahwa menyusui itu hanya
bermanfaat untuk anak kita saja. Anak jadi sehat, gemuk, lincah, pintar, dan
lain sebagainya. Sebenarnya, menyusui jauh lebih bermanfaat untuk kita sendiri.
Saya menyesal karena dulu tidak memenuhi hak si sulung sampai minimal enam
bulan, tapi semua yang terjadi pasti sudah digariskan oleh Allah Swt. Yang
penting sekarang saya berusaha memenuhi hak adik-adiknya.
Selamat jalan, temanku sayang….
Semoga amal ibadahmu diterima Allah Swt.
waduh mbak aku jadi takut baca ini, sampe kepala 3 saya blm menikah :( semua wnita yang tdk menyusui bisa kena ya mba?
ReplyDeleteRisiko terbesar bagi yang punya riwayat keturunan kanker, mba Dian. Lakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Caranya bisa googling deh. Minimal kita bisa tahu sebelum masuk stadium dini. Semua wanita berpotensi, karena temanku dulu juga kena sebelum menikah. Tapi masih bisa diatasi karena masih tumor jinak.
DeletePDku yg sebelah juga inverted, mbak (gak nonjol) Alhamdulillah lancar juga nyusui 2 anak sampai lebih setahun... Awal2nya emang anaknya susah latch-on gara2 nipplenya inverted tadi, tapi dicoba terus2 eh akhirnya malah anaknya yg terbiasa sendiri...
ReplyDeleteYa Allah, mudah-mudahan kita semua dijauhkan ya sama penyakit ganas tadi. Pemicunya sebenarnya banyak juga, gak semerta2 kita menyusui jadi lebih safe dari Ca payudara. Bahkan, sayur-buah yg harusnya menyehatkan, malah bisa balik memberi benih cancer ke kita karena pestisida, growth hormone, smp pengawet ada di sayuran (terutama sayuran2 impor). Makanya, sekarang aku lebih suka makan sayur2 lokal yg beli di pasar/tk sayur atau minta ke kampung Ibu. Emang sih daunnya bolong2, kecil2, tapi InsyaAllah lebih sehat.
aamiin Mom, memang benar kita juga harus pilih makanan yang baik dan sehat ya.
Deletewah... serem juga nih mbak....
ReplyDeleteAku dulu cuma menyusui shasa sampai 11 bulan aja, karena dia gak mau lagi, meski dipaksa juga.
makasih sharingnya ya
11 bulan berarti udah lewat ASI Eksklusif juga ya, mba.
DeleteIya Mak, bener banget. Menyusui justru mencegah, mengurangi, dan menjauhkan risiko penyebaran kanker payudara. Semoga semua ibu yang tidak kenapa-kenapa tapi 'malas' menyusui bisa menyadari hal ini. TFS.^^
ReplyDeleteAaamiin... kalo sanggup menyusui, sebaiknya diusahakan bisa ya, Teh..
Delete