Ismail sehat dan aktif |
“Mau maem… mau maem….”
Baru jam setengah sembilan pagi,
teman-teman Sidiq sudah rewel minta makan. Padahal, sekolah (PAUD) baru dimulai
jam delapan. Anak-anak akan diajari membaca iqra dan huruf latin dulu. Rupanya mereka
sudah kelaparan sebelum masuk jam pelajaran.
“Baru sampai di sekolah kok sudah
lapar? Gak sarapan, ya?” tanya Bu Guru. Ibu-ibunyalah yang menjawab, tidak
sempat membuat sarapan untuk anak-anaknya. Alhamdulillah, Sidiq (5 tahun) tidak
ikut lapar seperti teman-temannya, karena saya sudah memberikannya sarapan sebelum
berangkat ke sekolah. Anak-anak PAUD masuk jam delapan pagi, ibu-ibunya masih
juga tidak sempat membuatkan sarapan. Bagaimana kalau mereka sudah masuk
Sekolah Dasar (SD) dan harus berangkat jam 6.30 pagi?
Lihatlah, anak-anak itu, belum
jam sembilan pagi sudah mengeluh kelaparan. Itu normal saja, karena seharusnya
mereka memang sudah sarapan setelah perut kosong semalaman. Kalau tidak
sarapan, dijamin mereka tidak akan bisa berkonsentrasi belajar.
Dulu, sewaktu masih sekolah, saya
jarang sekali sarapan. Alasannya hanya satu, tidak sempat. Setiap pagi
berangkat ke sekolah jam 6, itupun kadang-kadang telat sampai di sekolah karena
jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh. Namanya juga anak-anak,
bangunnya pun sering kesiangan. Ditambah lagi, mama saya tidak sempat
menyiapkan sarapan karena harus ke kantor juga. Minimal saya minum susu kental
manis, tapi itu juga tidak sering. Di masa itu, susu masih termasuk barang
mahal di keluarga kami.
Tak heran, belum jam sembilan,
perut saya sudah keroncongan minta diisi. Kalau sudah lapar, belajar pun tidak
bisa konsentrasi. Menunggu jam istirahat, masih satu jam lagi. Terasa menyiksa
sekali karena tidak sarapan. Mungkin itu sebabnya saya kurang bisa menangkap
pelajaran-pelajaran yang membutuhkan konsentrasi berpikir seperti Matematika,
Fisika, Kimia, dan pelajaran eksakta lainnya. Iya, betul. Saya lebih suka
pelajaran yang mengembangkan imajinasi, karena perut kosong membuat mata jadi
mengantuk.
Kebiasaan buruk saya itu jangan
ditiru yaa…. Sekarang setelah punya anak, saya mendisiplinkan kebiasaan
sarapan. Sesibuk apa pun, pokoknya anak-anak harus sarapan dulu sebelum ke
sekolah. Sebenarnya, kebiasaan ini juga baru berlaku setelah anak-anak masuk
sekolah. Inilah jeleknya seorang ibu yang tidak terbiasa sarapan. Anak-anaknya
pun nyaris dibiasakan tidak sarapan. Saat anak-anak belum sekolah, saya hanya
memberikan susu dan camilan di pagi hari. Camilannya juga tidak sehat. Pokoknya
yang praktis saja. Sekarang saya sudah tobat, sungguh!
Sarapan itu memang penting sekali
untuk mendukung aktivitas di pagi hari. Setelah makan malam dan tidur, tubuh
kita pasti kekurangan tenaga. Bayangkan saja kalau kita langsung beraktifitas
tanpa sarapan. Dijamin lemas dan tidak maksimal. Sarapan yang sehat harus
mengandung komposisi seimbang, yaitu: karbohidrat (60-68%), protein (12-15%), lemak
(20-25%), dan serat (10-15 gram). Sarapan akan membuat kita kenyang sampai jam
makan siang tiba, sehingga tidak tergoda untuk “ngemil”, apalagi ngemil yang
tidak sehat.
Sidiq, ceria dengan sarapan |
Memang, memberikan sarapan di
pagi hari itu tidak selalu mudah, apalagi untuk orang tua yang sibuk. Si sulung
dan si tengah, usianya hanya terpaut setahun sehingga saya sempat terpikir
untuk menyekolahkan mereka bersama-sama dalam satu kelas. Otomatis, saya harus
menyiapkan urusan sekolah mereka sekaligus. Ditambah lagi, ketika mereka baru
masuk PAUD, saya sedang hamil anak ketiga. Kesibukan semakin bertambah dengan
lahirnya si bungsu. Tanpa keberadaan asisten rumah tangga, pagi hari adalah
waktu yang sangat menyiksa. Saya harus memomong bayi, menyiapkan sekolah
kakak-kakaknya, dan tak lupa membuat sarapan untuk mereka semua.
Jam empat pagi, saya sudah bangun
untuk membuat sarapan sekadarnya. Menu sarapan saya sudah tentu yang praktis,
mudah, sederhana, tapi tetap bergizi sebagai bekal penopang aktivitas di pagi
hari. Buat saya pribadi, susah-susah gampang membuat sarapan untuk anak-anak
karena mereka termasuk pemilih (picky
eater). Panduan memilih sarapan bagi saya:
- Memiliki asupan gizi seimbang, yaitu mengandung karbohidrat sebagai penambah tenaga, protein, lemak, dan serat.
- Mudah diolah, karena waktu yang terbatas. Pagi hari ada banyak kesibukan, jadi ibu harus pintar-pintar menyiasati waktu untuk membuat sarapan. Jangan sampai anak berangkat ke sekolah dengan perut lapar dan kemudian mereka jajan sembarangan.
- Ringan, tapi bergizi. Sarapan tidak perlu dalam porsi banyak, asalkan cukup. Kalau terlalu banyak, nanti kita malah mengantuk dan akhirnya tidak bisa beraktifitas. Coba saja kalau kita makan nasi terlalu banyak, aliran darah ke otak justru terhambat karena dialirkan ke lambung untuk mencerna makanan. Jadi, porsi sarapan tidak perlu banyak-banyak.
- Sehat, tidak mengandung bahan-bahan berbahaya.
Berikut ini beberapa menu sarapan
yang saya siapkan untuk anak-anak:
Spaghetti Keju
Ini menu yang paling gampang.
Anak-anak sangat suka makan spaghetti ini, bahkan mereka bisa makan sendiri
tanpa harus disuapi. Pasta spaghetti mengandung karbohidrat yang cukup, tidak
membuat kenyang. Asupan protein bisa didapatkan dari keju dan susu. Biasanya,
anak saya minum susu dulu baru sarapan.
Roti Bakar Pisang Cokelat Keju
Di dalam setangkup roti ada
karbohidrat, protein berasal dari pisang raja dan keju yang dimasukkan ke dalam
roti, sedangkan lemaknya disumbangkan oleh cokelat. Menu sarapan paling mudah,
hanya butuh waktu sepuluh menit untuk menyiapkannya. Anak-anak juga suka dan
tidak perlu waktu lama untuk menyantapnya.
Sosis Keju Panggang
Ini adalah modifikasi dari macaroni
schotel. Makaroninya diganti dengan sosis. Membuatnya juga mudah, hanya perlu
waktu sedikit lama untuk memanggang. Bisa dibuat di malam hari, lalu pagi hari
tinggal dipanaskan.
Resepnya sebagai berikut:
50 gram tepung terigu
Sosis secukupnya, potong
kecil-kecil.
Daun bawang secukupnya, bisa
diganti dengan kacang polong.
Paprika secukupnya, bisa diganti
dengan tomat.
Susu cair, 50 ml.
Keju, 100 gram, parut.
2 butir telur.
Semua bahan diaduk rata, lalu
masukkan ke Loyang yang sudah diolesi mentega dan ditaburi terigu. Panggang dengan
suhu 180 derajat selsius selama 30 menit. Kalau tidak punya oven, bisa juga
dikukus. Alhamdulillah, anak-anak suka sekali, malah tandas tak bersisa.
Jadi, jangan menjadikan alasan
kesibukan untuk tidak sempat membuat sarapan, ya. Mari jadikan anak-anak kita
generasi yang sehat dan cerdas dengan sarapan sehat.
huwiks,lihat spahgeti,roti bakar kok menadak lapar ya hehhe..sukses mbk lombanya^^
ReplyDeleteroti bakarnya saya mauuuuu.... :)
ReplyDeletebelajar menyajikan menu sehat dan lucu buat hati kita ya sis. :)
ReplyDeleteBermanfaat sekali artikelnya, semoga dapat menginspirasi yang lainnya. kunjungi juga www.greenmommyshop.com yang menyediakan kosmetik organik yang ramah lingkungan.
ReplyDelete