Kangkung. Wikipedia. |
“Kangkungnya
bolong-bolong gitu sih, Ru?” tanya seorang ibu yang sedang berbelanja sayur
bersama saya dan ibu-ibu lain di tukang sayur langganan. Tukang sayur itu
namanya Heru.
“Justru yang
bolong-bolong gitu yag bagus, tandanya gak pake pestisida!” sahut ibu lainnya.
“Ooh, gitu yaah…
Wah, boleh-boleh….” Ibu-ibu pun berebutan mengambil kangkung yang daunnya
bolong-bolong itu, sementara saya masih pikir-pikir.
Melihat sayur
yang bolong-bolong rasanya kurang sedap dipandang. Lebih enak memandangi
sayuran yang mulus, seperti yang dijual di supermarket-supermarket. Memang sih,
sayuran yang mulus itu konon karena disemprot pestisida jadi serangga tidak
merusaknya. Zaman sekarang, susah mencari sayuran yang tidak disemprot
pestisida, kan? Produksi massal membuat petani terpaksa menggunakan pestisida
agar tidak gagal panen. Ada sayuran organik,
harganya mahal. Kangkung biasa yang seharga Rp 1.000, yang organiknya bisa sepuluh kali lipat
harganya jadi Rp 10.000. Buat ibu-ibu dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, tentu
sangat memberatkan. Itu baru kangkung, belum bahan-bahan makanan lain.
Bapak mertua
saya kebetulan seornag petani sayur. Apa saja ditanam kalau sedang musim:
timun, tomat, pare, terong, bahkan padi. Kalau pulang kampung pas panen, sudah
tentu saya kebagian hasil panennya. Pernah saya kebagian tomat yng mulus-mulus,
tapi masih ada residu pestisidanya yang menempel di tangan. Itu tandanya
tomatnya memang disemprot pestisida. Lalu, bagaimana? Apakah harus dibuang?
Selama ini sih tetap saya gunakan asal dicuci bersih dulu. Ternyata tindakan
saya sudah benar, sebagaimana tips yang diberikan oleh Mak Lianny Hendrawati
dalam tulisan di blognya yang berjudul “Tips Pemilihan Buah dan Sayur.”
Sayuran yang
disemprot pestisida tidak mengapa dikonsumsi asalkan dicuci bersih, itu tips
pertama. Pilih buah dan sayur yang masih segar, tapi juga tidak mentah. Contohnya
saja kentang, jangan pilih yang warnanya hijau karena kulitnya mengandung
racun. Wow, saya baru tahu nih. Dulu saya pernah beli kentang yang kulitnya
masih hijau, untungnya sedikit. Setengah hijau, setengah cokelat. Lagian kulitnya
kan gak dimakan ya?
Setelah
ngalor-ngidul ngomongin sayuran, akhirnya saya cuma bisa bilang kalau tulisan
ini diniatkan untuk mengikuti giveaway Mak Lianny Hendrawati, qiqiqiqi….. Saya
suka nih karena Mak Lianny sering ngasih tips kerumahtanggaan, termasuk tips
ini. Dan untuk pertanyaan berapa umur putrinya, sepertinya tujuh tahun yaa…. Oke,
Mak Lianny, semoga blognya semakin bermanfaat.
ternyata sayur yang dimakan ulat dan bolong itu bagus ya.
ReplyDeletebiasanya orang nggak mau kalau sayuran itu bolog-bolog..hehe
Satu pertanyaan.
ReplyDeleteBagaimana cara mencuci sayur dengan baik dan benar agar peptisida benar-benar hilang dari sayur atau buah.
Terima kasih sebelumnya telah sudi menjawab.
Saya kalau ada ulatnya ya nggak suka mbak...pasti juga milih yang mulus...gitu lho
ReplyDeletehihi memang ibu-ibu banyak yang nggak mau beli klo sayurnya bolong-bolong. makasih sudah ikutan :)
ReplyDeleteWah baru tau juga kalo kentang ga boleh yang masih ijo... makasih udah dishare tipsnya :)
ReplyDelete