“Maaa… jajaaan….” Abi, salah seorang teman sekolah Ismail (anak sulung
saya), merengek meminta jajan kepada ibunya. Kami sedang ada di acara halal bi
halal sekolah TK anak sulung saya.
“Jangan jajan dulu. Sebentar lagi juga makan…” sahut ibunya. “Ibu gak bawa
makanan, kan nanti juga dapat dari sini….”
Abi masih merengek, tapi tak dipedulikan oleh ibunya. Ya, mau bagaimana
lagi? Satu-satunya tukang jualan yang terlihat adalah tukang es doger, sedangkan Abi masih pilek dan batuk. Ibunya
juga khawatir dengan kebersihan es batu yang digunakan oleh penjual es keliling
itu. Khawatir es batunya tidak matang.
Ismail juga merengek hal yang sama, tetapi saya membawa wafer di dalam
tasnya. Saya berikan saja wafer itu sambil bilang, “Tuh kasih si Abi juga
ya…..”
Abi memang memperhatikan Ismail saat wafer itu ada di tangannya. Saya
membukakan bungkus wafer itu, lalu
menyuruh Ismail untuk membaginya ke Abi. Ismail mengambil satu dan diberikan ke
temannya. Alhamdulillah, Ismail gak pelit. Namanya juga anak-anak, kadang tak
suka memberikan sebagian miliknya. Berebut mainan saja sering.
Esok harinya, Ismail mogok sekolah. Capek, katanya. Saya membujuknya
dengan memberikan susu kotak yang memang selalu menjadi salah satu bekalnya,
selain nasi dan makanan ringan semacam Wafer Tango.
“Kakak mau susu yang mana?” saya menunjukkan dua susu kotak berbeda warna
dan rasa. Ismail menjawab,
“Kakak mau dua-duanya!” serunya. Demi supaya dia mau sekolah, saya
masukkan keduanya ke dalam tas. Sepulang sekolah, lho kok Ismail minta susu
lagi? Apakah dua susu kotak itu belum cukup? Sekolahnya kan hanya 3 jam.
“Susunya yang buat sekolah tadi
memang sudah diminum semua?” tanya saya.
“Sudah. Yang satu Kakak kasih ke teman.”
Saya terkejut. “Dikasih ke teman? Kenapa?”
“Karena dia gak bawa susu, kasian….”
Adem rasanya hati saya mendengar perkataan Ismail. Tanpa disuruh dan
diminta, dia memberikan satu susunya ke teman di dekatnya. Dia sudah senang
untuk berbagi. Saya tak mengira dia akan suka berbagi, karena kalau di rumah
masih berebut mainan, buku, kertas, pensil, dan segala macam dengan adiknya,
serta enggan meminjamkan. Semoga saja kesenangannya untuk berbagi itu bisa terus dilakukan sampai dewasa.
Di dalam harta kita, ada bagian untuk
orang miskin dan tak mampu. Oleh karena itu, kita diwajibkan berzakat
dan dianjurkan bersedekah. Seorang muslim sudah diwajibkan berzakat sejak baru
dilahirkan, yaitu zakat fitrah di setiap menjelang hari raya Idul Fitri. Dan masih ada lagi jenis-jenis zakat yang
disesuaikan dengan jumlah harta yang dimiliki: zakat profesi, zakat harta, dan
sebagainya. Selain zakat, kita dianjurkan bersedekah dan berinfak. Apakah harta kita berkurang bila diberikan
kepada orang lain? Tidak. Justru bertambah. Benarkah harta kita berkurang?
Tidak. Karena harta yang kita berikan kepada orang lain itu, sejatinya adalah
milik orang itu yang dititipkan kepada kita atau diberikan melalui kita.
Di dalam kitab suci disebutkan bahwa semakin banyak bersedekah, justru
akan semakin banyak harta yang kita dapatkan. Setiap kali memberi, kita akan
mendapatkan balasan tujuh kali lipat. Jumlah itu semakin bertambah bila
dilakukan di bulan suci Ramadan. Konsep berbagi ini sudah tertanam di dalam
kepala saya sejak kecil dan dipraktekkan sejak baru dilahirkan. Sekarang giliran saya untuk menanamkannya
kepada anak-anak agar kelak mereka tak sungkan berbagi.
Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk yang melimpah. Banyak orang
yang masih hidup di bawah garis
kemiskinan. Banyak bayi dan anak-anak yang kekurangan gizi sehingga mengalami
penyakit busung lapar dan komplikasi penyakit. Miris sekali melihatnya. Saat anak-anak merengek minta jajan saja,
seorang ibu sering kali tak sanggup menolak, apalagi bila anak kelaparan minta
makan. Sanggupkah ibu membiarkan anaknya kelaparan? Anak-anak yang kelaparan
akan terlihat jauh lebih mengenaskan. Penderitaan mereka lebih berat, karena
belum bisa mencari makan sendiri.
Bukankah rakyat Indonesia juga banyak yang mampu? Iya, tetapi seringkali
bantuan yang diberikan tak sampai kepada orang yang benar-benar membutuhkan.
Apalagi jika lokasi tempat tinggal warga miskin itu terpisah jauh dengan warga
yang mampu dan kaya. Misalnya saja, NIAS. Di manakah Nias? Sebuah pulau di
seberang yang jauh dari Jakarta. Nias terletak di Sumatera Utara. Saya hanya
bisa melihat mereka melalui internet. Dari video-video yang dibagikan oleh
Tango Wafer ini, saya mengetahui betapa mereka membutuhkan bantuan, terutama
anak-anak. Tango Wafer telah melakukan program Tango Peduli Gizi di Nias sejak tahun
2010.
Lihatlah video-video ini, betapa mengiris hati penderitaan anak-anak yang
kelaparan di Nias.
http://www.youtube.com/watch?v=IzK9iHFkfGY
http://www.youtube.com/watch?v=dvXAocLeYvA
Mengapa Nias yang dipilih oleh Tango Wafer dalam program Hand in Hand? Kasus
gizi buruk tak hanya terjadi di Nias. Bahkan di kota besar semacam Jakarta pun
sering ditemukan kasus gizi buruk. Namun, menurut survey, kasus gizi buruk
terbanyak adalah di Nias-Sumatera Utara dan Ruteng-Nusa Tenggara Timur. Ada
beberapa penyebab kasus gizi buruk ini, yaitu faktor budaya di mana mereka tak
boleh ber-KB, kondisi rumah yang tidak memenuhi standar kesehatan, faktor
ekonomi yang rendah, dan makanan yang kurang gizi.
Tango Wafer bukan hanya memberikan makanan bergizi tambahan kepada anak-anak
usia 6 bulan sampai 12 tahun, tetapi juga memberikan pelatihan pemberdayaan
ekonomi dengan memberikan benih hewan dan tanaman untuk diternakkan dan
ditanam. Hasilnya nanti bisa dijual atau dimakan sendiri untuk menambah gizi
keluarga. Setiap pembelian Tango Wafer akan disumbangkan sekian persen untuk
mendanai pengentasan kasus gizi buruk ini, semoga ke depannya Indonesia telah
lepas dari gizi buruk.
Lalu, apa yang kita lakukan untuk berkontribusi dalam Tango Wafer Hand in Hand
ini?
Tango Wafer sudah membantu mengurangi kasus gizi buruk di Nias dengan
memberikan makanan bergizi tambahan kepada anak-anak. Akan tetapi, anak-anak
tidak hanya membutuhkan makanan. Mereka juga membutuhkan buku-buku bacaan untuk
asupan otak dan mainan untuk hiburan. Sebagaimana anak-anak saya yang suka
membaca buku dan memegang mainan. Tak perlu buku atau mainan baru untuk
diberikan kepada anak-anak di Nias, asalkan masih bisa dipergunakan.
Akhirnya, saya pun ikut mengaduk-aduk lemari buku, khususnya koleksi buku
anak-anak. Nah, ini yang susah. Kalau makanan, anak-anak lebih mudah untuk
berbagi, tapi kalau buku dan mainan? Hemmm… saya mesti memahamkan mereka agar
mau memberikan sebagian buku bacaannya kepada anak-anak di Nias. Tak banyak
yang bisa saya berikan, tetapi semoga bisa bermanfaaat untuk anak-anak di Nias.
Saya berharap ke depannya, Tango Wafer juga melakukan program Hand in Hand di daerah
lain yang mengalami kasus gizi buruk di Indonesia. Demi anak-anak Indonesia
yang sehat, cerdas, dan ceria.
Bila Anda ingin ikut serta dalam Tango Wafer Hand in Hand, waktunya
diperpanjang sampai 30 September 2013. Kirimkan bantuan Anda ke alamat:
Tango Wafer Hand in Hand
PT. Ultra Prima Abadi
PT. Ultra Prima Abadi
Jalan Lingkar Luar Barat Kav. 35-36 Cengkareng
Jakarta Barat 11740
Dua orang terpilih akan diajak untuk ikut memberikan bantuan ke Nias,
serta tiga orang lainnya mendapatkan masing-masing Rp 1 juta.
Informasi selanjutnya bisa dibaca di: http://bit.ly/BlogTango
Ayo berbagi dan sebarkan semangat peduli melalui aksi Tango Wafer Hand in Hand!
Referensi:
http://female.kompas.com/read/2012/01/26/13004152/Tango.Peduli.Gizi.di.Nias.Segera.Tuntas
kegiatan yang positif ya mbk,,,kadang saya diingatkan sama anak2 yang dengan polosnya suka memberi,dengan alasan kasihan....duh,kadang bikin terharu ^_^
ReplyDeleteIya mb anak2 lebih tulus dan jujur :-)
DeleteAkhirnya diperpanjang to mbak kegiatan Tango Hand in Hand ini?
ReplyDeleteMenurutku kegiatan ini sangat positif dan akan memberikan manfaat besar bagi anak2 Nias.
Alhamdulillah diperpanjang, jd saya masih sempat ngirim buku utk disumbangkan walaupun sedikit, Mba.
DeleteSubhanallah ... tulisan ttg kemauan Ismail untuk berbagi dan tema program Tango ini pas sekali mbak. Mudah2an kebiasaan Ismail berbagi sampai dewasa ya. Semoga pula dapat rezeki lagi dari tulisan ini ... ^__^
ReplyDeleteaaamiiin.. makasih, Mba Mugniar.
Deleteismail pinteeeer deh, anak solehnya mama ela :)
ReplyDeletesemoga berjaya ya, mba tulisannya..
aamiin... semoga jadi anak soleh dan pinter.
DeleteMakasih mama Icha :D
ismail pinterrrr.. sholehhh... semoga kelak senantiasa menjadi anak yang menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.. just like his mom
ReplyDeleteaamiin... aiih, banyak yg doain. Semoga lebih baik dari mamanya ya, Bude Ade :D
Delete