Tuesday, 10 September 2013

Tango Hand in Hand: Mengurai Cinta di Nias


“Maaa… jajaaan….” Abi, salah seorang teman sekolah Ismail (anak sulung saya), merengek meminta jajan kepada ibunya. Kami sedang ada di acara halal bi halal sekolah TK anak sulung saya. 

“Jangan jajan dulu. Sebentar lagi juga makan…” sahut ibunya. “Ibu gak bawa makanan, kan nanti juga dapat dari sini….”


Abi masih merengek, tapi tak dipedulikan oleh ibunya. Ya, mau bagaimana lagi? Satu-satunya tukang jualan yang terlihat adalah tukang es doger,  sedangkan Abi masih pilek dan batuk. Ibunya juga khawatir dengan kebersihan es batu yang digunakan oleh penjual es keliling itu. Khawatir es batunya tidak matang. 

Ismail juga merengek hal yang sama, tetapi saya membawa wafer di dalam tasnya. Saya berikan saja wafer itu sambil bilang, “Tuh kasih si Abi juga ya…..” 

Abi memang memperhatikan Ismail saat wafer itu ada di tangannya. Saya membukakan  bungkus wafer itu, lalu menyuruh Ismail untuk membaginya ke Abi. Ismail mengambil satu dan diberikan ke temannya. Alhamdulillah, Ismail gak pelit. Namanya juga anak-anak, kadang tak suka memberikan sebagian miliknya. Berebut mainan saja sering. 

Esok harinya, Ismail mogok sekolah. Capek, katanya. Saya membujuknya dengan memberikan susu kotak yang memang selalu menjadi salah satu bekalnya, selain nasi dan makanan ringan semacam Wafer Tango. 

“Kakak mau susu yang mana?” saya menunjukkan dua susu kotak berbeda warna dan rasa. Ismail menjawab, 

“Kakak mau dua-duanya!” serunya. Demi supaya dia mau sekolah, saya masukkan keduanya ke dalam tas. Sepulang sekolah, lho kok Ismail minta susu lagi? Apakah dua susu kotak itu belum cukup? Sekolahnya kan hanya 3 jam. 

“Susunya yang  buat sekolah tadi memang sudah diminum semua?” tanya saya.
“Sudah. Yang satu Kakak kasih ke teman.”
Saya terkejut. “Dikasih ke teman? Kenapa?”
“Karena dia gak bawa susu, kasian….”

Adem rasanya hati saya mendengar perkataan Ismail. Tanpa disuruh dan diminta, dia memberikan satu susunya ke teman di dekatnya. Dia sudah senang untuk berbagi. Saya tak mengira dia akan suka berbagi, karena kalau di rumah masih berebut mainan, buku, kertas, pensil, dan segala macam dengan adiknya, serta enggan meminjamkan. Semoga saja kesenangannya untuk berbagi itu bisa  terus dilakukan sampai dewasa.
Bawa bekal wafer Tango ke sekolah

Di dalam harta kita, ada bagian untuk  orang miskin dan tak mampu. Oleh karena itu, kita diwajibkan berzakat dan dianjurkan bersedekah. Seorang muslim sudah diwajibkan berzakat sejak baru dilahirkan, yaitu zakat fitrah di setiap menjelang hari raya Idul Fitri.  Dan masih ada lagi jenis-jenis zakat yang disesuaikan dengan jumlah harta yang dimiliki: zakat profesi, zakat harta, dan sebagainya. Selain zakat, kita dianjurkan bersedekah dan berinfak.  Apakah harta kita berkurang bila diberikan kepada orang lain? Tidak. Justru bertambah. Benarkah harta kita berkurang? Tidak. Karena harta yang kita berikan kepada orang lain itu, sejatinya adalah milik orang itu yang dititipkan kepada kita atau diberikan melalui kita. 

Di dalam kitab suci disebutkan bahwa semakin banyak bersedekah, justru akan semakin banyak harta yang kita dapatkan. Setiap kali memberi, kita akan mendapatkan balasan tujuh kali lipat. Jumlah itu semakin bertambah bila dilakukan di bulan suci Ramadan. Konsep berbagi ini sudah tertanam di dalam kepala saya sejak kecil dan dipraktekkan sejak baru dilahirkan.  Sekarang giliran saya untuk menanamkannya kepada anak-anak agar kelak mereka tak sungkan berbagi. 

Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk yang melimpah. Banyak orang yang masih hidup di  bawah garis kemiskinan. Banyak bayi dan anak-anak yang kekurangan gizi sehingga mengalami penyakit busung lapar dan komplikasi penyakit. Miris sekali melihatnya.  Saat anak-anak merengek minta jajan saja, seorang ibu sering kali tak sanggup menolak, apalagi bila anak kelaparan minta makan. Sanggupkah ibu membiarkan anaknya kelaparan? Anak-anak yang kelaparan akan terlihat jauh lebih mengenaskan. Penderitaan mereka lebih berat, karena belum bisa mencari makan sendiri. 

Bukankah rakyat Indonesia juga banyak yang mampu? Iya, tetapi seringkali bantuan yang diberikan tak sampai kepada orang yang benar-benar membutuhkan. Apalagi jika lokasi tempat tinggal warga miskin itu terpisah jauh dengan warga yang mampu dan kaya. Misalnya saja, NIAS. Di manakah Nias? Sebuah pulau di seberang yang jauh dari Jakarta. Nias terletak di Sumatera Utara. Saya hanya bisa melihat mereka melalui internet. Dari video-video yang dibagikan oleh Tango Wafer ini, saya mengetahui betapa mereka membutuhkan bantuan, terutama anak-anak. Tango Wafer telah melakukan program Tango Peduli Gizi di Nias sejak tahun 2010. 

Lihatlah video-video ini, betapa mengiris hati penderitaan anak-anak yang kelaparan di Nias. 

http://www.youtube.com/watch?v=IzK9iHFkfGY
http://www.youtube.com/watch?v=dvXAocLeYvA

Mengapa Nias yang dipilih oleh Tango Wafer dalam program Hand in Hand? Kasus gizi buruk tak hanya terjadi di Nias. Bahkan di kota besar semacam Jakarta pun sering ditemukan kasus gizi buruk. Namun, menurut survey, kasus gizi buruk terbanyak adalah di Nias-Sumatera Utara dan Ruteng-Nusa Tenggara Timur. Ada beberapa penyebab kasus gizi buruk ini, yaitu faktor budaya di mana mereka tak boleh ber-KB, kondisi rumah yang tidak memenuhi standar kesehatan, faktor ekonomi yang rendah, dan makanan yang kurang gizi. 

Tango Wafer bukan hanya memberikan makanan bergizi tambahan kepada anak-anak usia 6 bulan sampai 12 tahun, tetapi juga memberikan pelatihan pemberdayaan ekonomi dengan memberikan benih hewan dan tanaman untuk diternakkan dan ditanam. Hasilnya nanti bisa dijual atau dimakan sendiri untuk menambah gizi keluarga. Setiap pembelian Tango Wafer akan disumbangkan sekian persen untuk mendanai pengentasan kasus gizi buruk ini, semoga ke depannya Indonesia telah lepas dari gizi buruk. 

Lalu, apa yang kita lakukan untuk berkontribusi dalam Tango Wafer Hand in Hand ini?

Tango Wafer sudah membantu mengurangi kasus gizi buruk di Nias dengan memberikan makanan bergizi tambahan kepada anak-anak. Akan tetapi, anak-anak tidak hanya membutuhkan makanan. Mereka juga membutuhkan buku-buku bacaan untuk asupan otak dan mainan untuk hiburan. Sebagaimana anak-anak saya yang suka membaca buku dan memegang mainan. Tak perlu buku atau mainan baru untuk diberikan kepada anak-anak di Nias, asalkan masih bisa dipergunakan. 

Akhirnya, saya pun ikut mengaduk-aduk lemari buku, khususnya koleksi buku anak-anak. Nah, ini yang susah. Kalau makanan, anak-anak lebih mudah untuk berbagi, tapi kalau buku dan mainan? Hemmm… saya mesti memahamkan mereka agar mau memberikan sebagian buku bacaannya kepada anak-anak di Nias. Tak banyak yang bisa saya berikan, tetapi semoga bisa bermanfaaat untuk anak-anak di Nias. Saya berharap ke depannya, Tango Wafer juga melakukan program Hand in Hand di daerah lain yang mengalami kasus gizi buruk di Indonesia. Demi anak-anak Indonesia yang sehat, cerdas, dan ceria. 
Hadiah buku dan tas sekolah untuk anak-anak Nias

Bila Anda ingin ikut serta dalam Tango Wafer Hand in Hand, waktunya diperpanjang sampai 30 September 2013. Kirimkan bantuan Anda ke alamat:

Tango Wafer Hand in Hand
PT. Ultra Prima Abadi
Jalan Lingkar Luar Barat Kav. 35-36 Cengkareng
Jakarta Barat 11740

Dua orang terpilih akan diajak untuk ikut memberikan bantuan ke Nias, serta tiga orang lainnya mendapatkan masing-masing Rp 1 juta. 

Informasi selanjutnya bisa dibaca di: http://bit.ly/BlogTango

Ayo berbagi dan sebarkan semangat peduli melalui aksi Tango Wafer Hand in Hand!
Bingkisan untuk sahabat di Nias

Referensi:
http://female.kompas.com/read/2012/01/26/13004152/Tango.Peduli.Gizi.di.Nias.Segera.Tuntas

10 comments:

  1. kegiatan yang positif ya mbk,,,kadang saya diingatkan sama anak2 yang dengan polosnya suka memberi,dengan alasan kasihan....duh,kadang bikin terharu ^_^

    ReplyDelete
  2. Akhirnya diperpanjang to mbak kegiatan Tango Hand in Hand ini?
    Menurutku kegiatan ini sangat positif dan akan memberikan manfaat besar bagi anak2 Nias.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah diperpanjang, jd saya masih sempat ngirim buku utk disumbangkan walaupun sedikit, Mba.

      Delete
  3. Subhanallah ... tulisan ttg kemauan Ismail untuk berbagi dan tema program Tango ini pas sekali mbak. Mudah2an kebiasaan Ismail berbagi sampai dewasa ya. Semoga pula dapat rezeki lagi dari tulisan ini ... ^__^

    ReplyDelete
  4. ismail pinteeeer deh, anak solehnya mama ela :)
    semoga berjaya ya, mba tulisannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin... semoga jadi anak soleh dan pinter.
      Makasih mama Icha :D

      Delete
  5. ismail pinterrrr.. sholehhh... semoga kelak senantiasa menjadi anak yang menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.. just like his mom

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin... aiih, banyak yg doain. Semoga lebih baik dari mamanya ya, Bude Ade :D

      Delete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^