“Bu, ini bekalnya gak dimakan. Kasihan, katanya….”
Masih saya ingat ekspresi Bu Win,
salah seorang guru PAUD anak saya, Sidiq, menunjukkan bekal makan Sidiq yang
masih penuh. Setahun yang lalu, Sidiq baru berusia 3,5 tahun dan saya mencoba
memaasukkannya ke PAUD dekat rumah (walau akhirnya berhenti lagi karena mogok
sekolah). Peraturan PAUD meminta para
wali murid membawakan bekal makan yang sehat untuk anak-anak. Harus saya akui
bahwa saya bukan Ibu yang telaten dalam urusan bekal makanan. Apalagi saat itu
baru punya bayi (anak ketiga) dan tidak ada asisten. Di awal masuk PAUD, saya
memberikan makanan ringan sebagai bekal. Akibat peraturan itu, saya harus
menyiapkan makanan berat (nasi dan lauk pauk).
Lalu, secara tak sengaja, saya
melihat kreasi bento dari seorang teman facebook. Cantik-cantik sekali. Tapi
saya tak berniat untuk mengikutinya. Pikir saya, “Duh, ribet banget ya bikin
bento. Mana sempaaat…. Iya, dia anaknya baru satu. Lah, gue kan tiga.
Kecil-kecil semua, pulak. Kapan bikinnya?”
“Mama! Mama! Itu gambar apa,
Mah?!” tiba-tiba, kedua anak saya, Ismail dan Sidiq, mengerumuni emaknya dan
menunjuk-nunjuk ke layar komputer (dulu masih pakai komputer). Mereka tertarik
melihat gambar bento yang diupload oleh teman facebook saya itu! Waduh, gawat!
“Ada Angrybird! Angrybird!”
langsung deh dua anak itu berteriak-teriak menyebut nama burung kesukaan
mereka. Gambar bento yang terpajang di layar itu memang berbentuk Angrybird.
“Ma, Dede mau….” Dan, sudah tentu
salah satu dari mereka merajuk.
“Mama gak bisa bikinnya….” Alasan
pertama.
“Mama sibuk….” Alasan kedua.
“Mama gak punya bahan-bahannya,
susah. Gak ada di warung.” Alasan ketiga.
Hffff… tapi akhirnya saya
menyerah. Gara-gara mereka mogok sekolah, saya harus menyiapkan trik supaya
mereka mau sekolah lagi. Yap, saya harus bikin bento!
Baiklah. Saya sms suami untuk
membelikan Nori, rumput laut khas Jepang yang jadi bahan utama bento.
Masalahnya, harga nori, menurut saya lumayan mahal. Yah, gak apa-apalah
sekali-sekali. Lalu, saya mencoba membuatnya dengan mengingat-ingat gambar
Angrybird yang dibuat teman saya.
Ya Allah! Susaaaah! Ternyata
membuat bento itu tidak mudah. Semula saya sempat menyelepekannya. Ah,
paling-paling tinggal bentuk begini, begitu. Saya buka lagi internet dan
googling deh video you tube membuat bento. Nemu yang Angrybird, dipraktekkan
langsung oleh Chef dari Jepang. Widiiw.. kayaknya sih gampang.
Teteep ajaaa, pas membuatnya ya
susah. Bikin bola matanya gak sama besar, bulletin nasinya gak sempurna. Belum
lagi bahan-bahannya yang kurang lengkap. Akhirnya, bento buatan saya, benar-benar
apa adanya. Tapi, begitu saja anak saya sudah senang. Dia mau sekolah lagi
karena pingin memamerkan bentonya.
Tampilan bento pertama yang kubuat, matanya gak proporsonal :D |
Di sekolah anak saya, TIDAK ADA
satu ibu pun yang membuatkan bento untuk anaknya. Semuanya tidak mau repot.
Pantas saja kepala sekolahnya marah. Rata-rata bekalnya itu: makanan ringan,
mie instan, nasi dan sosis, nasi dan nugget, nasi dan telur. Tidak ada yang dibentuk-bentuk seperti bento,
apalagi dilengkapi sayur dan buah. Alasannya ya tidak sempat. Sama seperti
alasan yang saya pakai.
Makanya, saya salut kepada
ibu-ibu yang sempat membuatkan bento untuk anak-anaknya. Bukan hanya
membutuhkan ketelatenan, tetapi juga kekreatifan. Saya termasuk Ibu yang belum
telaten dan kreatif membuatnya. Begitu
saya membuatkan bento untuk Sidiq, guru-guru langsung memuji saya. “Sidiq,
mamanya kreatif ya… Ini bagus ya bonekanya….”
Yaaah… walaupun Angrybird itu gak
bisa disebut Angrybird juga sih, karena bentuknya kacauuu….. Itulah pertama
kalinya saya membuat bento dan hasilnya, anak saya tak mau memakannya karena
KASIHAN! Dia tak mau mencungkil mata Angrybird yang terbuat dari keju dan
dihiasi nori.
Dan kemarin, saya coba bikin
bento lagi, hasilnya? Hmmm…. Berhubung norinya belum ada (mesti ke supermarket
dulu), jadi nasi beruangnya gak pake
mata deh. Nasinya dicetak pakai cetakan kue berbentuk beruang, permintaan
anak-anak. Karena saya belum belanja, jadi cuma goreng telur. Trus, masih ada
sosis dan wortel yang saya rebus dan selipkan di dekat nasi. Untungnya masih
ada semangka juga, jadi lebih berwarna deh bentonya.
Alhamdulillah, pulang sekolah,
saya periksa bekal Ismail, dan ternyata.. HABIS. Itu pertama kalinya Ismail
menghabiskan bekal nasinya. Biasanya gak pernah habis, bahkan gak dimakan T_T. Saya tahu, membuat bento itu
membutuhkan keahlian, waktu, dan bahan yang cukup banyak, tapi kalau bisa bikin
anak-anak lahap makan, kenapa tidak?
Semoga saja ke depannya saya bisa lebih
kreatif ngebento, ditunjang dengan bahan dan alat yang lebih memuaskan.
dulu waktu ngajar di PG,g pernah juga lihat bekal anak2 yg pake bento2an..semuanya instan dari kanti sekolah hehe..itupun menunya hampir sama tiap hari mi goeng,nasgor,nasi putih sama nugget hehehe.
ReplyDeletesukses kontesnya ^^
Aku juga gak telaten mbak... apalagi kalau pagi aku selalu terburu-buru karena kudu berangkat ke kantor juga. Kalaupun sempat buat bekal utk Shasa ya seadanya... walau niatnya dibuat semenarik mungkin sih hehehe.
ReplyDeleteUntungnya selama ini Shasa gak rewel :D
Kok bento yg kedua gak ada fotonya?
ReplyDelete