Thursday, 29 August 2013

Mudik dan Berlebaran di Rumah Sakit


Saya dan suami punya kesepakatan jika tahun lalu kami berlebaran di rumah orang tua saya, maka tahun ini kami berlebaran di rumah orang tua suami.  Tentu saja setiap tahun kami mengunjungi orang tua, tapi salat Iednya itu bergantian. Rumah orang tua saya tak jauh dari rumah kami, hanya 1,5 jam perjalanan, tetapi tetap saja kami tak sering pulang karena selalu ada kesibukan. Sedangkan rumah  orang tua suami di Garut, dan memakan waktu 7 jam perjalanan dalam keadaan lancar jaya. Sebenarnya, dalam setahun itu kami beberapa kali pulang kampung, tapi kalau lebaran ya tetap mudik. Gak seru kan kalau gak mudik. Kami hapal bahwa mudik di hari libur pastilah macet. Kalau mudiknya ke rumah orang tua saya sih gak masalah, tapi mudik ke Garut itu lho….


Pas berangkat sih udah ketawa-ketawa gini
Pusat kemacetan berada di Tol Cileunyi, lalu Nagrek, dan terakhir di Kadungora. Kalau pas macet-macetnya, bila perjalanan dari Nagrek ke Bojongsalam (rumah orang tua suami)  biasanya hanya dua jam, itu bisa sampai lima jam. Luar biasa. Kami pernah beberapa kali terjebak dalam kemacetan parah, oleh karena itu kami berusaha menyiasatinya. Yang namanya terjebak macet pasti kan gak enak, apalagi kami mudik membawa tiga anak kecil-kecil. Mereka pasti rewel sekali kalau dikepung kemacetan. Siapa yang betah berada di dalam mobil terlalu lama?

Alhamdulillah, cuti lebaran kemarin sudah dimulai sejak tanggal 5 Agustus, hari Senin. Kami  bisa mudik tanggal 3, tapi suami pikir jalanan bakal macet. Jadi, kami putuskan untuk mudik tanggal 5. Kenyataannya, jalanan belum macet, sepertinya orang-orang baru mulai cuti tanggal 6. Untunglah di tanggal 5 pun jalanan belum macet. Masalahnya adalah, seminggu sebelumnya, saya dan anak-anak sakit flu berat, dimulai dari anak yang sulung, lalu tengah, bungsu, dan saya. Yang parah adalah kondisi si bungsu yang baru berusia 11 bulan, sehingga kami memutuskan untuk ke dokter anak dulu. Dokter menyuruh kami kembali lagi hari Senin, tanggal 5, untuk memeriksakan si kecil, tapi kami malah mudik!

Hari pertama lebaran: ulang tahun Nenek ke 59. Angka 9 dibalik jd 6
Perjalanan memang lancar jaya, dan si kecil sudah menunjukkan tanda-tanda sehat. Kami bisa sampai di Garut dengan selamat. Malamnya, badan saya menggigil lagi dan si kecil juga! Wah, kok kambuh ya sakitnya? Padahal, seharian tadi kami sudah enak badan. Sampai hari lebaran, kondisi si kecil tak kunjung membaik. Saya juga mengalami panas dingin yang kambuh menjelang malam. Flu dan batuk juga semakin parah. Hari ketiga lebaran, kami memutuskan untuk membawa si kecil ke klinik. Kondisi si kecil sudah mengkhawatirkan, tak mau makan, obat pun tak masuk karena muntah terus. Dokter menyuruh untuk rawat inap, dan kami terpaksa membatalkan rencana pulang kembali ke Jakarta esok harinya. 

Akhirnya Salim dirawat di rumah sakit, hiks


Dirawat berdua di rumah sakit, Salim jd kuruuus
Rupanya, kami satu-satunya pasien di rumah sakit itu! Semua pasien sudah pulang menjelang lebaran, karena mau merayakan lebaran di rumah. Seram juga ya jadi satu-satunya pasien di rumah sakit. Enaknya sih, kami bisa memilih kamar mana saja dengan tariff yang sama, jadi kami pilih kamar yang besar dengan satu tempat tidur. Serasa tidur di hotel, hehehe…. Si kecil dirawat selama empat hari, Alhamdulillah keadaannya membaik dengan cepat meskipun dia trauma dengan jarum suntik. Kasihan, tangannya yang mungil sudah harus ditusuk jarum infuse tiga kali, karena sulit mencari nadinya. 

Alhamdulillah, sudah sehat dan bisa ikut ke ultah sepupunya
Itulah pengalaman mudik yang berkesan buat kami, yaitu mudik ke rumah sakit. Walaupun cukup mengkhawatirkan, tetapi saya dan si kecil bisa benar-benar beristirahat ya selama di rumah sakit itu. Ternyata saya terkena gejala thypus, otomatis harus beristirahat. Walaupun yang diinfus hanya si kecil, saya juga menikmati istirahat di rumah sakit. Semoga tidak terulang lagi, siapa juga yang mau dirawat di rumah sakit meskipun pelayanannya seperti hotel bintang lima. Pengalaman ini memberikan pelajaran agar di lain waktu, kami benar-benar  sehat dan bugar ketika mudik. 

----------------------------------------------------
Setiap peristiwa ada hikmahnya. Alhamdulillah, tulisan ini menang kuis Lomba Forum Republika Online #MudikBerkesan2013 dan dapat voucher makan di Hanamasa. Padahal, tadinya gak niat ikutan. Berhubung ada ceritanya, buru-buru deh ikutan. Apalagi lombanya diperpanjang. Ini kali yang namanya kalau sudah rejeki gak akan ke mana :-)


7 comments:

  1. uwah nggak kebayang juga ya mbk,sakit di ramh sakit,sendirian,,serem hehehe......
    uwah,selamat ya mbk :D..makan makannn

    ReplyDelete
  2. Krn moment lebaran, mgk pasien yg minta pada pulang semua ya Mbak, krn sakitnya sdh baikan jd mereka pd pengen berlebaran di rumah.

    ReplyDelete
  3. aduh ga tega liat Salim diinfus:'( tabah banget...suka ga kebayang da kalo ngalamin...huuu mudah2an ngga akan...aminnn<(_ _)>

    ReplyDelete
  4. klo saya Ramadhan di rumah sakit, karena suami dirawat di rumah sakit, Allhamdulillah begitu lebaran udah bisa dirumah lagi

    ReplyDelete
  5. saran saya, bila dokter menganjrkan untuk kembali memeriksakan diri, padahal bertepatan dengan waktu mudik, sebaiknya beritahu saja ke dokternya bila hari itu mau mudik, dan minta rujukan dari dokter yg bisa kita gunakan untuk check up pada dokter yang ada di lokasi kita mudik......,
    thypus itu harus istirahat banyak loh, untunglah semuanya bisa teratasi dengan baik ya...alhamdulillah....salam :-)

    ReplyDelete
  6. Mba Hanna, enak-enak aja koq sendirian di rumah sakit, nyaman dan sepi :D

    Mbak Ririe, iya betul, pada pengen lebaran di rumah.

    Asri, aaamiin.. mudah2an jangan diinfus yaa

    Mba Lisa, alhamdulillah bisa lebaran di rumah ya, Mba

    Mas Hari, terima kasih sarannya. Iya harus istirahat.

    ReplyDelete
  7. Duh, macet parah bikin anak-anak tak nyaman dan drop. Saya juga pernah alami hal demikian. Cuma saat itu keluarga sehat jadi paling demam biasa usai bepergian jauh.
    Hikmahnya, semoga anak-anak bisa lebih kuat dan kita sebagai ortu waspada pada kondisi fiksik keluarga kala hendak bepergian jarak jauh.
    Nagreg memang biang macet karena ada penjaluran arah dan kontor jalannya jadi harus hati-hati. Lebaran kemarin usai mudik dari Bandung, di sana angkot yang kami tumpangi bersenggolan dengan mobil pribadi yang hendak ke Garut. Sopir angkotnya ceroboh ambil jalan jalur Garut bukannya sabar antre sesuai urutan menuju jalur Tasik.
    Selamat menang lomba, semoga blog ini bisa dijauhkan dari para copaser atau yang berniat jahat. Diproteksi agar aman.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus ^_^