Mau tidak mau, timeline saya penuh dengan live tweet emak-emak blogger yang sedang ikut buka puasa bersama dengan sponsor tertentu. Masalahnya, setelah diperhatikan, kok sering banget ya bukbernya ituh? Jujur, memang ada sih sedikit rasa iri karena selama ramadan ini, tak sekali pun saya ikut bukber, bahkan di sekolah anak pun tidak. Gimana mau ikut, wong anaknya saja sakit? Ada rasa ingin ikut, apalagi kemarin ada undangan bukber dari penerbit. Tapi, siapa yang jagain anak-anak saya? Kalau mereka semua dibawa, siapa yang antar dan jaga? Masa bukber rempong sama tiga anak kecil-kecil?
So, beruntunglah para emak-emak itu bisa bukber terus, nyaris tiap hari. Pastinya anak-anaknya ada yang jagain, atau mungkin ikut? Kalau ikut, syukurlah, kalau tidak? Hmmm... gimana ya? Setahu saya, anak-anak mereka masih kecil-kecil, setingkat SD, baru belajar puasa. Kalau saya pasti sedih baru belajar puasa, tapi pas buka gak ada ibu yang menemani. Syukurlah dulu, biarpun mama saya seorang wanita karir dengan dua pekerjaan, beliau gak pernah sekali pun bukber di mana-mana kecuali di rumah. Buka puasa di rumah adalah momen istimewa, dibimbing orang tua mengucapkan doa berbuka puasa. Coba pikirkan anak-anak yang buka puasa sendiri karena mamanya sibuk bukber di mana gitu.....
Kemarin saya membaca tautan tentang seorang penulis terkenal yang di masa tuanya sendirian tanpa uang dan terpaksa tinggal di panti jompo. Padahal, dia punya dua anak yang sudah dewasa, usianya di atas 35 tahun. Semua yang membaca berita itu bertanya-tanya, "ke mana anak-anaknya? Kok mereka gak memperhatikan ibunya? Ada satu komen yang menancap di hati saya. "Mungkin dulu dia (penulis itu) sibuk sendiri, jadi sekarang anak-anaknya juga cuek...."
Ibu karir memang dilematis. Di satu sisi, disibukkan dengan pekerjaan karir, di sisi lain ada anak-anak. Anak-anak itu polos, jujur, dan bisa melihat apakah ibunya peduli atau tidak. Waktu itu saya juga pernah baca kisah hidup Enid Blyton, yang demi karir menulisnya, dia menyingkirkan anak-anaknya. Kedua anaknya diasuh sama baby sitter dan sama sekali dilarang mendekatinya. Ketika dia mati, anak-anaknya tak ada yang menunjukkan rasa cinta kepada ibunya.
Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai. Kalau sekarang kita cuek sama anak-anak, ya besok juga mereka cuek sama kita. Eh, saya gak bilang kalau emak-emak blogger yang sering bukber itu cuek sama anak-anak lho.. siapa tau kan bukbernya bawa anak. Ini untuk menasihati diri sendiri yang galau karena gak bisa bukber di mana-mana. Tulisan juga untuk anak-anakku kelak. Mama gak bisa ikut bukber di mana-mana karena menjagai kalian, apalagi sekarang kalian sedang sakit tiga-tiganya. Mama berharap kelak kalian juga siap menjaga Mama di masa tua :'(
semoga lekas sembuh 3 jagoannya ya, anakku Faris malah senangnya bukber di masjid bareng teman2 ngajinya, udah sholat magrib baru pulang. Tapi, emang enggak tiap hari sih, di rumah juga sering hehe...
ReplyDeletedari dulu sy malah gak terlalu suka bukber, Mbak. Sy gak terlalu suka makan di temapt yg terlalu rame udah gitu beribadah juga susah. Apalagi stlh sy py anak, makin bertambah lagi pertimbangan saya :)
ReplyDeleteSemoga anak2nya cpt sembuh, ya :)
Aku tak pernah ikut bukber, Mak. Gak tega sama anak-anak dan suami, walaupun mereka mengizinkan. Udah satu paket soalnya, kemana2 harus rombongan sirkus xixixi.
ReplyDeleteMak Naqy: Aamiin.. bukber di masjid kan dekat dari rumah :-)
ReplyDeleteMak Myra: iya Mak, memang rempong solatnya, apalagi bawa anak2 :-)
Mak Sary: sama kita, sepaket, kudu bawa anak-anak dan suami :D
heumm,seneng sih bukber tapi ya itu gimana kl pnya anak...yah setidaknya harus ada prioritas hehe..
ReplyDeleteloh,sakit tiga2nya mak???akhirnya nular ya..semoga lekas sembuh :D