Ismail dan Sidiq ke sekolah pakai sandal tapi gak difoto sandalnya ;-) |
Perintah itu bukan datang dari bibirmu, Nak. Bukaaan... itu perintah yang datang dari bibir ibu gurumu. Kamu sendiri malah tak pernah meminta Mama membelikan sepatu. Kalau kita ke mall dan Mama menawari sepatu, kamu cuek saja. Tak ada bedanya antara sandal dan sepatu, menurutmu.
Ah, buat Mama, mudah saja membelikanmu sepatu. Tapi bukan itu permasalahannya. Menurut Mama, sandalmu masih bisa dipakai. Lagipula, kamu kan masih PAUD. Kenapa tho harus pakai sepatu? Mama lihat teman-temanmu begitu repotnya mengikati tali sepatu, sepulang sekolah. Ibu Guru harus membantu satu per satu.
Kamu tahu Pak Dahlan kan? Beliau juga ke sekolah TIDAK memakai sepatu, dan beliau bisa menjadi menteri. Iya, Pak Dahlan Iskan. Mama membaca ceritanya di novel Sepatu Dahlan. Beliau harus berusaha keras untuk mendapatkan sepatu. Orang tuanya tidak mampu membelikannya sepatu. Itulah mengapa beliau menjadi orang sukses. Sebab, beliau harus berusaha dulu jika ingin mendapatkan sesuatu.
Begitu juga denganmu, Nak. Nikmatilah dulu masa-masa ke sekolah memakai sandal. Kemarin Mama sudah melihat-lihat sepatu. Mama dapat voucher belanja sepatu gratis Rp 100.000, tapi begitu Mama lihat harganya, semuanya di atas Rp 300.000. Ah, hanya sepatu anak saja mahal sekali. Berarti Mama harus menambahkan Rp 200.000. Voucher itupun hangus karena tak dipakai. Biar saja. Toh, kita belum butuh. Kalaupun butuh, Mama tak akan membelikan semahal itu.
Terima kasih ya, Nak, karena kamu tetap bahagia meskipun ke sekolah "hanya" memakai sandal. Semoga kelak kamu bisa menyamai, bahkan melebihi Dahlan Iskan.
si dedek2 itu berarti tidak gampang terpengaruh oleh dunia luar...apalagi klu cuma fassion!,sip....
ReplyDelete